65. Biasa

352 31 5
                                    






Jangan lupa untuk tinggalkan vote, komen dan follow akun penulis ViPril_Aprilia agar bisa mengikuti seluruh aktivitas aku 🐚








Happy Reading 🏰



°°°





Sebelumnya :

Apa yang kau tau?

Lius duduk dengan wajah bingung, saat ini ia masih terkunci di dalam diri Julius. Kemarin ia dan William sempat duduk berdua untuk mengambil minuman hangat.

"Kakak pasti agak pusing," ujar William menyerahkan teh tanpa gula pada Lius.

"Aku agak sedikit tak nyaman, kenapa di sini tak ada yang berlalu lalang," kata Lius yang kebingungan. Ini tidak seperti di rumahnya.

Ia tau dan masih ingat bahwa yang mengatur kepergian mereka adalah dirinya sendiri, tapi untuk seterusnya Juliuslah yang tau.

"Kakak kau pergi ke sini dengan menyamar sebagai penyihir yang di kirim dari Aranda," beber William untuk menyadarkan Lius.

William agak kesal karena Lius terkadang agak lama dalam berpikir, padahal ia sendiri salah satu penyusun dari rencana ini.

Lius tidak menyeramkan kok, kadang ia agak susah untuk mencerna hal-hal yang tidak ia mengerti. Kepalanya memerlukan waktu untuk memproses itu semua.

Setelah cukup mengerti, Lius baru mengangguk. "Terus kita ngapain ada di tempat ini, apa ini rumah Serena?"

Keyakinan Lius adalah Julius dan Serena telah bertemu, entah kenapa sepertinya Julius menyimpan rahasia sendiri, pria tua itu agak menyebalkan. Ia sok diam tapi tetap mencari Serena.

"Bukan," ujar William lelah. "Kakak kita harus menjadi murid di sini, aku menyusul dirimu dengan sepupu dan Markus. Apa kakak tidak ingin pulang saja?" bujuk William pada kakaknya.

Mungkin jika saat banyak orang William tidak suka mengeluarkan banyak pendapat, tapi jika berbicara secara pribadi William adalah orang yang bisa di ajak bicara dari hati ke hati.

"Kenapa kalian harus menyusul, aku akan baik-baik saja," sambung Lius dengan menggigit ujung gelas.

Lius memang tidak sepintar Julius, kendali dirinya saja seperti obeng yang mudah lepas. Tapi ia tak seburuk itu juga.

Tau kakaknya agak tersinggung, William mencoba menjelaskan. "Kakak kamu memiliki tanggung jawab sebagai contoh untuk adik-adikmu, kakak putra mahkota jelas kami harus melindungi kakak dengan sepenuhnya."

"Bagaimana keadaan Jerry?" tanya Lius, matanya membayangkan sebagaimana tersiksanya Jerry ketika ia pergi. Kekehan samar muncul di bibirnya.

William mendengus. "Kakak tau sendiri bukan jika kak Jerry pasti kesulitan, dia adalah saudara kita," ungkap William mencoba menyadarkan Lius.

Mengehentikan tawanya Lius mengangguk. "Andai saja bibi mau memberitahu di mana Serena aku tak perlu repot-repot ke sini," cibir Lius yang agak kecewa dengan tindakan ibu mertua.

RoosWhere stories live. Discover now