19. Belajar oh Belajar

2.6K 255 1
                                    






Follow ViPril_Aprilia

Terimakasih 800 pembacanya ♥️

Vote duku yuk untuk menaikkan rating cerita ini💅

Happy reading 🧘🏻‍♀️

∅⁰∅⁰∅



Duke Yuran menatap camp perkemahan sementara yang mereka dirikan telah hancur lebur. Mau marah tapi sepertinya anak itu mendapatkan sifat bajingan itu darinya, tapi kalau tidak marah juga rasanya kesal.

"Saya sudah berusaha menahannya yang mulia, tapi tuan muda ternyata langsung menunggangi kuda dan tanpa diduga bergerak ke sini saat anda dan para pangeran pergi mengunjungi raja," jelas lord Gara dengan wajah pucat, berusaha mengambil beberapa tiang kayu yang digunakan sebagai tulang penyangga  alas tenda yang sudah terbakar. Beberapa kali lord Gara gagal memegangnya karena tiang-tiang itu berubah menjadi bara kayu, yang hampir saja membakar telapak tangannya jika tak hati-hati.

Rexi menggeleng, pelaku yang disebutkan oleh lord Gara juga masih berada di sini. "Mau ikut aku?" tawar Rexi pada Bernan yang duduk dipojok sisa-sisa tenda yang terbakar.

"MAU SERENA!" tekan Bernan dengan posisi masih berjongkok, tangan memeluk kedua lututnya. Mata Bernan mulai dibanjiri air mata.

Semua orang mundur beberapa langkah karena teriakan putra bungsu duke Yuran itu sangat menggema di telinga. Saat ini ada beberapa ksatria termasuk diantaranya lord Gara, duke Yuran dan keempat belas putranya lengkap yaitu : Rexi, Steven, Daren, Justin, Arthur,Marvin, Renan, Dustin, Raka, Bryn, Jander, Versen, Loren dan Bernan.

Daren yang biasanya lebih menyukai ketenangan. langsung meraih tangan Bernan. "Sudahlah, apa kau tak malu menangis seperti ini," tegas Daren mewakili semua saudaranya. Ia bahkan menepuk-nepuk debu yang menempel di pakaian Bernan.

Mengusap kembali ingus di hidungnya Bernan baru sadar bahwa ia tak keren. "Pokoknya Serena harus kemari!"

"Keras kepala!" cemooh duke Yuran dengan menarik bibir bawah antara giginya, sungguh gemas sekali dengan perlakuan anak-anak yang tak menurut.

"Ayah," seru Arthur mengintruksi. Walaupun baris iblis tetap di depan umum mereka tak boleh memperlihatkan bahwa sebenarnya mereka sudah sangat tak sabar.

Matahari sangat terik, apalagi mereka mendirikan perkemahan sementara diwilayah timur dari Kekaisaran Aranda yang bersebrangan dengan laut merah. Peluh membanjiri apalagi dalam kondisi kekeringan mereka tak bisa menggunakan air sesering mungkin, lebih baik digunakan untuk membasahi tenggorokan.

Versen anak nomor dua belas yang baru saja pulang dari pelajaran berlayarnya langsung ikut serta dalam acara ini. Rambut sebahu miliknya berwarna kecokelatan akibat terlalu sering terpapar panas matahari langsung saat berlayar melintasi banyak samudera.

"Bagaimana untuk tidur? untung kau tak membakar pertanian warga, lain kali kau harus memperhatikan sikapmu itu, marah boleh tapi jangan sampai merugikan." Versen memperingati adiknya itu untuk tak bertindak seenaknya saat marah.

"Jander." Panggilan itu berasal dari mulut duke Yuran dengan cepat putranya itu buru-buru berdiri di depan tubuh ayahnya.

Jander memakai kemeja lengan pendek berwarna merah muda lembut yang dipadukan dengan celana koboy yang memiliki warna hijau tentara. "Ya ayah," sahut Jander dengan wajah bercahaya.

Duke Yuran bahkan harus sedikit memalingkan wajah miliknya. Silau sekali melihat wajah Jander yang terlalu mulus seperti pantat bayi yang bercahaya itu. "Aku akan menyewa tenda jualanmu," putus dirinya melihat tak ada yang bisa diselamatkan lagi.

RoosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang