79. Pergi

388 39 0
                                    

Aku datang ❤

Jangan lupa untuk tinggalkan vote, komen dan follow akun penulis ViPril_Aprilia agar bisa mengikuti seluruh aktivitas aku ❤


Happy Reading ❤

°°°

"Ayah aku merindukan dirimu," ujar Eren antusias. Ia mendekap ayahnya penuh rindu.

Sean membalas pelukan Eren tidak kalah erat. "Ayah juga, kau tau ayah bahkan tidak kuat memegang sendok karena tak bisa melihat dirimu," ujar Sean sedih.

Mata Eren menyipit, tubuh ayahnya ini makin besar dan berotot. Dari mananya tidak kuat mengangkat sendok. "Aku tetap merindukan ayah, walau ayah suka berbohong."

"Heh ayah tidak berbohong, soalnya ibumu yang selalu menyuapi ayah," ujar Sean dengan semburat merah.

Melepaskan pelukannya Eren menaruh tangannya di pinggang. "Aku tidak ingin adik!" Ketidakadaan ia dan kakaknya akan sangat memberikan peluang besar untuk ayah dan ibunya untuk memiliki waktu berdua.

Sean tertawa cekikikan. "Tidak kok bayinya memang tidak ada. Tapi ayah harus tetap melakukannya," balas Sean sambil memonyongkan bibirnya. Ia ingin memberikan kecupan di pipi putrinya.

Menggunakan satu telapak kanannya Eren menghentikan upaya ayahnya. "Tidak usah ayah, kau tidak mau melakukan," bisik Eren menyeret ayahnya kepojokkan.

"Ulululu anak ayah seorang gadis sekarang. Tapi kenapa pipimu makin besar, ibumu akan marah jika tau ini. Ayo berikan ayah kecupan tutup mulut," rayu Sean sambil memainkan pipi putihnya.

"Membuat janji sendiri tapi aku yang harus melakukannya," kesal Eren pada ayahnya. Ini benar-benar penindasan namanya.

Walau begitu Sean kesenangan. Yuran akan dipastikan menjadi iri dengki sampai keurat-urat nadi. Sean tertawa jahat dipojokkan.

Sementara Dara, Zelena dan Yuran menepuk dahi. Profesor Hisya malu sendiri.

"Sepertinya sedang memikirkan rencana jahat," ujar Hisya tanpa beban. Mantan muridnya itu benar-benar tidak bisa menutupi wajahnya.

Dara melengos malu. "Dia kadang suka berlebihan. Eren yang akan mengikutinya, tapi Jeffry tidak menyukai sifat ayahnya itu," jelas Dara hampir ingin pingsan. Suaminya itu kadang benar-benar bodoh sampai ke akar-akarnya.

"Kakak terobsesi dengan anak perempuan," balas Zelena. Sewaktu ia kecil kakanya sering melakukan hal itu.

Kata Sean anak perempuan lebih gampang di atur, mereka penurut yang cantik. Melihat sikap Sean yang seperti ini tidak membuat Zelena kaget.

Berbeda dengan Yuran yang melihat wajah putrinya. Anak itu benar-benar mengambil semua wajahnya, dulu ia tidak menyukai Serena karena selalu memakai gaun. Tapi apa sekarang pipinya ikut menjadi besar.

Ia cemburu!

Dengan langkah berat Yuran mendekati keduanya. Serena sudah melihatnya, ia hanya mengkhawatirkan Sean yang hampir tersedak dengan ludahnya sendiri.

"Aku Yuran, ayahmu," jelas Yuran tanpa basa-basi. Wajahnya yang dingin itu masih sama saja.

Eren mengangkat kepalanya. "Ayahku itu dia," tunjuk Eren pelan pada Sean.

RoosWhere stories live. Discover now