7. Aku Tak Mengenalmu?

4.9K 568 5
                                    

Wah 100 pembaca pertama ♥️

Terimakasih dan selamat menjadi orang teristimewa untuk menjadi pembaca Roos terawal 😍

Vote and Komen selalu ditunggu supaya aku lebih semangat 🍒

Yok share and bantu cerita ini ke teman kalian 🤗




Happy reading 🧘🏻‍♀️


∅⁰∅⁰∅

Kaisar Verdus mengarahkan pandangan matanya ke arah gadis kecil yang ia taksir usianya sekitar tujuh atau delapan tahun. Di dalam istana yang memiliki pilar-pilar tinggi ia sungguh terlalu kecil.

"Anak Yuran? sejak kapan ia membuatnya?" tanya Kaisar Verdus pada Raka dan kasim Arman.

Jander melirik ke arah Serena yang memiliki wajah sendu, sungguh buruk sekali perkataan kakek tua itu menyakiti anak perempuan seperti itu benar-benar layak dicontoh, untuk menyingkirkan para nona muda yang suka mengejar-ngejarnya.

Kasim Arman terbatuk-batuk, sungguh tuannya sangatlah kejam karena tak menjaga ucapannya. "Putri Serena Ayuran berusia delapan tahun yang mulia," jawabnya dengan suara lembut, memberikan sedikit senyumannya pada gadis kecil itu.

"Oh," ucap kaisar sebagai responnya.

Tak ada penyambutan pelukan apa semacamnya, kaisar Verdus baru tau ia memiliki cucu perempuan. Apakah anak ini baru menetas dari telur mangkanya ia baru melihatnya?

"Beri hormat pada kaisar Aranda yang memiliki kehormatan disepanjang nafasnya," titah Verdus dengan nada tinggi sesuai dengan citranya.

Raka,  Bryn dan Jander menggeleng berusaha meyakinkan Serena agar tak usah mengikuti ucapan kakek tua itu. Mereka seperti sedang berbicara tanpa suara.

"Salam pada paduka kaisar Aranda, yang memiliki semua wilayah Aranda baik kekaisaran dan kerajaannya. Yang dihormati dengan seluruh nafasnya." Serena mengucapkan salam dengan menekuk kaki kirinya kebelang. Merendahkan tubuhnya untuk berlutut.

Kaisar Verdus tersenyum. Ia merasa bahwa akhirnya ada cucu yang menghormatinya seperti ini, dia menatap tiga cucunya yang lain dengan menjulurkan lidahnya sedikit yang hanya bisa dilihat sekilas oleh orang yang ia tuju.

"Bangun, wah senang melihat sosok Yuran kecil yang menggunakan gaun dan pita, rasanya aku ingin tertawa saja," kata Verdus dengan senyuman. Ia menarik Serena untuk mendekat ke arahnya.

"Benar-benar Yuran sekali, aku ingin bertanya apa ayahmu itu menyukai pita seperti ini juga?" tanya Verdus yang tak bisa menahan diri untuk bertanya.

Serena yang bahunya dipegang oleh kakeknya menjawab. "Aku tidak tahu."

"Kau harus membuatnya menyukainya aku nanti mengirimkan dua pita yang sama untuk kalian pakai," seru Verdus dengan bersemangat, ia sudah seperti bocah empat tahun.

Disepanjang jalan Serena digandeng oleh kakeknya, ketiga kakaknya berjalan dibelakang kasim Arman.

"Kau tau Yuran itu memiliki boneka beruang ungu muda," celoteh kakeknya dengan nada menyenangkan.

"Dulu dia selalu bilang. 'Ayah aku tidak bisa tidur tanpa Berum milikku' setelah itu dia akan menangis saat aku sengaja tak memberikannya, ha ha ha aku sungguh keren bukan?"
Verdus mengibaskan tangannya. "Tak usah kau pikirkan, itu semua kenyataan."

Memasuki aula pertemuan wajah cengengesan dan tak berwibawa milik kakeknya hilang. Ia langsung menjadi sosok serius yang membuat Serena kaget.

Apakah ini yang dinamakan manusia berwajah dua.

RoosTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon