22. Untuk Nenek Permaisuri

2.2K 252 5
                                    


Aku sudah lumayan membaik ♥️

Vote and Komen dong 💅

Mari follow akun aku ViPril_Aprilia












Happy reading 🧘🏻‍♀️



∅⁰∅⁰∅



Kaisar Verdus berjalan memasuki kuil bersama dengan pendeta. Pintu utama kuil langsung di tutup tanda bahwa peringatan empat puluh tahun kepergian permaisuri akan segera dimulai. Lengkap dengan baju kebesarannya ia berjalan membelah para tamu undangan.

Semua orang memberikan hormat termasuk anggota keluarga dan cucunya. Wajah sedih pasti terlihat hanya saja tidak terlalu menonjol, walaupun begitu kaisar Verdus tetap merasakan rasa kehilangan.

Zorten, Yuran sebagai kedua anak dari mendiang permaisuri merasakan rindu. Hari ini semua kenangan yang telah lama terkubur menjadi bangkit kembali.

Semua cucu permaisuri tidak ada yang pernah bertemu dengannya secara langsung. Hanya lewat lukisan, tulisan dan beberapa kisah di sebuah buku yang menceritakan bagaimana sosok neneknya.

Serena membungkuk sampai kaisar berjalan pergi melaluinya. Barulah ia bisa berdiri dengan sempurna tapi tidak untuk duduk tetap harus menunggu kaisar duduk terlebih dahulu.

"Hadirin yang terhormat. Kali ini kita semuanya datang ke kuil utama dengan maksud memberikan doa untuk permaisuri sekaligus istri dari kaisar yang memperintah saat ini," ucap pendeta dengan menatap seluruh orang yang menghadiri acara ini.

Memberikan sedikit jeda, pendeta melanjutkan perkataannya. "Kita akan sekilas mengingat kembali bagaimana sosok mendiang permaisuri, untuk itu bisakah kaisar mengijinkan para tamu untuk duduk," pinta pendeta memohon izin.

Kaisar Verdus menyetujuinya, ia langsung mengeluarkan suara. "Duduklah."

Suara decitan terdengar, untuk banyak tamu seperti ini itu adalah hal yang bisa dimaklumi. Pasalnya suara sekecil apapun jika dilakukan oleh banyak orang secara bersamaan akan menimbulkan suara besar.

Dua cucu tertua bangkit dan membawa sebuah lukisan yang tertutup sebuah kain putih. Menurut kebiasaan bahwa anggota keluarga yang harus meletakkan lukisan keluarganya dengan tangannya sendiri. Itu bisa dibilang sebagai perhargaan dan juga bentuk penghormatan.

Pendeta meminta izin untuk membuka lukisan permaisuri. Kedua pangeran itu menyetujuinya dan berjalan mundur dua langkah menjauh. Perlahan pendeta membuka kain penutup dengan perlahan. Barulah terpampang wajah seorang wanita dengan gaun hijau daun, di kepalanya terdapat sebuah tiara indah membentuk pola bunga mawar melingkar berwarna emas.

"Ini diambil saat lady Marissa mengadakan acara pengangkatannya sebagai tunangan kaisar yang saat itu masih menjadi putra mahkotanya."

"Tepat di usianya yang ke delapan belas lukisan ini di gambar oleh pelukis kerajaan. Itu semua terlihat sangat indah, dan seperti kecantikan mendiang permaisuri tanya dapat ditemukan pada sang putri Serena," sambung pendeta berusaha mencarikan suasana.

Kaisar Verdus tersenyum, benar sekali itu hanya bisa diwariskan pada cucu perempuannya, mereka tak dikaruniai seorang putri sampai akhir perpisahan keduannya.

Penjelasan dari pendeta membawa ingatan bagaimana Verdus bertemu dengan Marissa, keduanya memiliki asal usul yang sama. Sebenarnya Marissa juga adalah anggota kerajaan, bedanya adalah ia bukan dalam garis langsung.

RoosWhere stories live. Discover now