71. Keras

382 31 2
                                    







Jangan lupa untuk tinggalkan vote, komen dan follow akun penulis ViPril_Aprilia agar bisa mengikuti seluruh aktivitas aku ❤





Tandai Jika kalian menemukan typo
🔍👀❗










Happy Reading 🐻‍❄️



°°°







Eren menata pakaian di sebuah lemari kayu, Vionna pergi ke luar untuk mengambil air minum. "Apakah kakak merindukan aku?" Pertanyaan itu muncul ketika Eren sadar bahwa sudah lebih dari satu bulan kakaknya tidak mengiriminya surat.

Bulan ini saja Eren telah tiga kali mengirimkan kakaknya surat, tapi sama sekali tidak mendapatkan balasan.

Vionna pergi ke kantin dengan membawa dua botol berukuran masing-masing satu liter. "Ya, tolong air putih," pinta Vionna pada penjaga kantin.

Tempat ini agak lebih kecil dari pada kantin akademi, mungkin pengaruh penghuni menara sihir juga yang tidak sebanyak murid di akademi.

Mata Vionna sesekali melirik ke beberapa orang yang sepertinya sibuk dengan urusan dapur. Vionna bahkan hampir menelan air liurnya, sepertinya makan itu sangat enak.

"Ini nona," kata penjaga kantin menyerahkan air yang diminta.

Segera sadar, Vionna mengucapkan terima kasih. Ia bergegas kembali ke kamarnya dan Eren. "Aku tau pasti itu sup kepala ikan," gumam Vionna memikirkan kembali apa yang ia lihat sebelumnya.

Sup kepala ikan itu sangat terkenal enak, selain cocok dimakan di segala musim. Sup kepala ikan juga memiliki banyak manfaat, bahkan orang-orang yang sakit saja boleh memakannya.

Abra berjalan ke arah perpustakaan, ia memerlukan beberapa buku untuk pergi ke desa. Tak sengaja sepertinya ada orang yang tersandung karena jubahnya.

"Brakk!"

Karena terlalu fokus memikirkan sup kepala ikan Vionna tersandung oleh kain hitam yang memanjang hingga lantai.

"Kau baik-baik saja?" tanya Abra khawatir, takut jika gadis di depannya ini terluka. Apalagi bunyi jatuhan itu lumayan keras untuk menghantam lantai kayu.

Vionna meringis, dengkulnya  sepertinya akan berubah warna menjadi biru. "Tidak, maaf karena telah ceroboh," ringis Vionna saat mencoba untuk berdiri.

Abra mengangguk, ia melirik ke arah dengkul gadis itu. "Mari saya antar ke ruang perawatan," ajak Abra sebagai bentuk tanggung jawab. Ia tidak mengenal siapa gadis ini.

"Tidak, saya ada urusan sebentar lagi. Terima kasih atas bantuannya," pamit Vionna dengan menunduk. Tadi penyihir menengah Julius telah mengatakan bahwa mereka harus langsung pergi ke tempatnya setelah menyelesaikan menaruh pakaian.

"Hati-hati." Hanya itu yang bisa Abar katakan, ia juga tak bisa membantah atau memaksanya. Jadi mereka berpisah dengan tujuannya masing-masing.

Di kamar Eren telah selesai menyusun pakaiannya dan Vionna. Ia sedang menunggu kembalinya temannya itu. "Kau terluka?" tanya Eren kaget saat melihat cara jalan Vionna yang agak pincang.

RoosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang