44. Tak Jadi

835 117 11
                                    








Dikit lagi mau 15k

Jangan pelit-pelit vote and komen yuk, follow akun penulis ViPril_Aprilia untuk melihat aktivitas aku 🌼














Happy reading 🧘




∅⁰∅⁰∅










Profesor Hisya memarahi Sean karena ceroboh terlalu cepat mengajarkan putrinya. "Kau tau ini adalah kesalahmu juga!" kesal Hisya dengan wajah yang jarang ia munculkan.

Profesor Hisya terkenal sebagai sosok yang ramah dan pengertian. Ia tak suka membeda-bedakan antara murid yang berasal dari kalangan bangsawan maupun orang biasa.

Sean menunduk. "Aku tidak tahu kalau orang yang melakukan hal itu putriku sendiri," kilahnya. Ia melirik ke arah Eren yang masih murung.

Dara mencoba menghiburnya. "Tidak tak apa, kakakmu cuman bocor  sedikit, ia tak akan marah," hibur Dara dengan mengusap kepala putrinya.

Eren makin memasukkan tubuhnya ke pelukan ibunya setelah ayahnya memandangnya sinis. Tak lama keluarga mereka keluar untuk menemui Jeffry, ya acara ini tak berakhir perseteruan merek berdamai.

"Aku minta maaf," kata Eren dengan menunduk. Ia tahu kakaknya sedang marah, sebuah fakta yang jarang ditemui bahwa sebenarnya Jeffry adalah orang yang sulit di bujuk.

Memalingkan wajahnya, Jeffry malah mengupas sebuah jeruk. Ia sedang tak ingin berbaikan, banyangkan kepalanya sakit tapi harus menerima itu semua dengan hanya kata maaf? ayolah ia tak semurah itu, adiknya hampir membuat dirinya mengalami geger otak dan dia harus diam saja.

Hanya orang gila yang akan melakukan itu!

Sean yang melihat itu mendengus, awalnya ia ingin sekali melampiaskan emosinya pada orang yang mencelakai putranya. "Kalian halus akur lagi ketika pulang ke rumah," putus Sean lantas pergi untuk kembali membahas satu hal dengan profesor Hisya.

Dara yang melihat suaminya pergi memberikan kecupan untuk dua anaknya. "Ibu tau kalian akan baik-baik saja, jadi ayo Jadilah anak manis yang tidak saling pendendam dan memiliki hati yang lapang," pinta Dara dengan wajah lembut. Ia tau hal ini pasti terjadi karena ketidak sengajaan.

Tak lama Dara meninggalkan anak-anak, ia menyusul Sean pasti suaminya itu sedikit menahan malu. "Sean terkadang sangatlah merepotkan, ia lebih tak sabaran dari anak-anaknya," ujar Dara sambil berjalan.

Jeffry memakan jeruk dengan kasar, ia tidak membuka mulutnya. Yang paling membuat Jeffry kesal karena ia memiliki ujian dan tugas sebagai salah satu murid yang akan di tampilkan untuk kunjungan yang mulia. Sekarang ia harus pergi dengan luka di kepalanya, hal itu pasti akan membuat banyak orang bertanya-tanya.

"Kakak," rengek Eren dari tempatnya berdiri, wajahnya memelas. Ia kehabisan akal untuk membuat kakaknya bisa menjadi baik lagi.

Jeffry hanya diam saja ia sebenarnya mendengar tapi mencoba acuh. Bibirnya terus bergerak saat sebuah jeruk kembali ia masukkan.

Eren yang merasa diacuhkan merapalkan mantra diam-diam, agar jeruk yang kakaknya makan menjadi asam.

"KAU!" tuduh Jeffry saat hampir tersedak, bukannya meminta maaf adiknya malah menyihir rasa makanan yang ia makan. "Berani sekali! Apa kau ingin membunuhku," tuding Jeffry dengan mata melotot.

"Kakak mengabaikan diriku," balas Eren dengan tangan di lipat.

Memberanikan diri Eren berjalan dan memeluk tangan kakaknya. "Maafkan aku kak Effry," bisik Eren dengan suara lembut seperti malaikat, sekaligus sengaja menggunakan nama kecil kakaknya.

RoosWhere stories live. Discover now