18. Bakat Lius

162 17 0
                                    









Update ❤


Cuaca hujan melulu 🙃, masih bingung hujan sekarang gak ada gerimis-gerimisnya langsung gede aja.

Kalian juga ngerasa sama gak?


Jangan lupa vote, komen dan follow akun penulis ViPril_Aprilia agar bisa mengikuti akun aku terus ❤

Tandai jika kalian menemukan typo❤








Happy Reading ❤





°°°











"Apa kau sudah berhasil mengendalikan dia?"

Serena langsung mengangguk. "Rencana pertama, kita harus menyelidiki seorang bangsawan paling tinggi di Aranda."

"Ayahmu?" tanya Lius bingung, bangsawan paling besar di Aranda jelas grand duke.

"Bukan kediaman Histon. Lius kau tidak boleh mengatakan hal buruk seperti itu."

"Berhenti memanggilku Lius, dasar tidak sopan. Kau memanggilnya kakak, sementara aku kau hanya memanggil dengan nama saja."

"Lagi pula, kita harus berjaga-jaga. Terkadang yang paling jahat ada di jantung terdekat."

Mulai, Serena berdecak. Lius berkata benar, tapi sifatnya jauh lebih dewasa Serena.

"Kalau gitu panggil aku ratu."

Lius berhenti memainkan lidahnya. "Sungguh? kau suka menjadi ratu?"

"Bagaimana kalau sekarang kita menikah di dunia bawah, kau bisa menjadi ratuku loh." Air liur Lius makin mengumpul, setelah tadi dia cukup sering menggerakkan lidah yang membuat para enzim memproduksinya lebih banyak air liur.

Serena memberikan senyum penuh dengan semua giginya. "Kita akan menikah nanti, setelah semua pengikut dewi bulan hancur."

Kakeknya mengatakan jika para raja terdahulu sengaja menciptakan taman penuh ilalang di belakang istana, agar mempermudahkan pelarian diri sekaligus punya tempat untuk mengecoh musuh.

Lius ikut menyingkap ilalang, sedari tadi tangannya sudah gatal ingin mengeluarkan kekuatan gelap untuk membakar semua ilalang di depannya.

"Nakal," kesal Lius. Tangannya langsung mematahkan satu batang ilalang yang menusuk bagian dada Serena.

Seorang gadis dalam masa pertumbuhan menuju dewasa seperti Serena langsung memalingkan wajah. Mungkin sang pelaku tidak sadar dia terlalu imut.

Lius berkedip. "Serena ayo kita pergi lebih cepat, aku rasa ada kekuatan dewi bulan di sekitar sini," bisik Lius dari belakang tubuh Serena.

Dari depan yang dilakukan keduanya seperti sedang berpelukan.

"Sungguh?"

Mengadahkan telapak tangannya, Lius memberikan gambaran. "Lihat titik bintang adalah kita, bulan paling besar adalah dewi sedangkan anak bulan kecil adalah pengikutnya."

Mata Serena terbuka. "Kau tidak pernah bilang bisa melacak mereka!" dengusan itu muncul.

Tidak salah menggantikan Julius dengan Lius jika begini kenyataannya.

"Aku tidak tau ini akan berguna, sedari kecil saat bertemu ibu aku selalu melihat simbol anak bulan. Jadi aku pikir ibu tidak menyukai bakatku," kata Lius jujur.

RoosWhere stories live. Discover now