30. Ibu Mertua Hehehe

2K 189 9
                                    


Masih semangat???

Hari ini tanggal merah ya💤




Jangan lupa untuk vote and coment dulu, followViPril_Aprilia







Happy reading 🧘🏻‍♀️




∅⁰∅⁰∅






Zelena tersenyum ramah menyambut kedatangan Julius yang tiba-tiba seperti jelangkung ini. "Apakah kau datang untuk menemuiku?" tanya Zelena ramah, ia menuangkan teh melati dari teko untuk Julius.

"Iya," Jawab Julius dengan sedikit tegang. Mata merahnya menatap bibinya yang masih terlihat cantik walau usianya semakin bertambah.

Gerakan yang dibuat Julius sangatlah mudah ditebak. Zelena mengusap lembut bahunya, agar calon raja itu bisa minum dengan perlahan dan tak terburu-buru.

Zelena ikut meminum teh dengan wajah penuh selidik, ia sudah mengetahui bahwa Julius menaruh rasa pada putrinya. Hanya saja mereka tidak bisa berbicara kasar dan langsung pada intinya, Julius yang saat ini mereka tangani sulit untuk mengontrol emosinya.

"Aku minum terlalu banyak," ungkap Julius dengan wajah bersalah, sangat melihat teh di cangkirnya telah habis dalam satu kali minum. Bibirnya mengerucut, karena ingat seorang bangsawan tak boleh bertindak ceroboh.

Membantu menuangkan kembali teh ke cangkir di sebelahnya. "Lihat, sudah sama lagi kan. Apakah kau mau kue?" Zelena berusaha mengalihkan perhatian Julius, diam-diam Zelena sengaja menyalurkan sedikit kekuatannya untuk melihat sejauh mana energi mana yang lawan bicaranya keluarkan.

"Serena juga menyukainya," tambah Zelena dengan menjual nama anaknya. Ia meminta maaf semoga cara ini bisa membantu.

Mendengar itu mata Julius langsung berbinar, ia mengambil kue tersebut dengan semangat. "Wah aku juga menyukainya," seru Julius yang tanpa sadar menyentuh lengan Zelena.

Sekita itu Zelena mendapatkan banyak Informasi yang bermunculan. Ternyata jiwa Julius yang lain sedang tertidur pulas, dari wajahnya Zelena bisa melihat kerutan samar di dahinya.

Memakan kue dengan riang. Perasaan Julius sedikit membaik, ujung rambutnya mulai sedikit memiliki warna emas lagi, iris merahnya juga tak setajam sebelumnya. Sekarang ia lebih terlihat seperti anak kucing menggemaskan.

Jander datang ke tempat ibunya bersamaan dengan kedua kakaknya. Saat ini mereka sedang melakukan penelitian ilmiah yang mengharuskan mereka bekerja di kuil suci selama tiga bulan. Surat itu ia bawa lengkap dengan persiapan alat-alat dan perlengkapan untuk tinggal.

Raka menurunkan peti berisi pakaian yang mereka bawa, saat ini ketiganya sudah tahap menengah sebagai murid akademi Aranda. "Apakah kita perlu membeli beberapa makanan?"

"Tidak tahu coba kakak tanya Jander." Alih-alih menjawab Bryn mengalihkan perhatiannya itu ke adiknya lagi.

"Kita coba tanyakan saja dulu," jelas Jander sambil mengangkat empat peti kecil sekaligus, yang berisi bahan-bahan yang telah mereka kumpulkan.

Mereka bertiga masuk ke dalam langsung ke ruang ibunya. Sebenarnya pihak akademi sendiri telah memberikan surat resmi yang pastilah telah diterima oleh pemimpin kuil suci, apalagi mereka bertiga juga memiliki bantuan orang dalam pasti semuanya lebih mudah.

"Salam pangeran," sapa Raka dengan menundukkan kepalanya, begitupun kedua adiknya.

Bryn mengikuti apa yang Raka telah contohkan, ia langsung mengambil jarak dari tempat ia berdiri lantas menundukkan kepalanya. "Salam pangeran."

Roosजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें