14. Kami Malu Ayah

3.2K 350 2
                                    



Bertemu di Sabtu ♥️

Terimakasih 400 orang pertama untuk cerita ini, mari buat pencapaian yang lebih banyak 🤗

Tekan vote dulu yuk, komen di paragraf yang paling kamu suka 💅





Happy reading 🧘🏻‍♀️


∅⁰∅⁰∅

Duke mengerinyit, baru pertama kali anak laki-lakinya berusaha menyembunyikan tubuhnya pada saudaranya yang lain. Wajah mereka sangat merah, Yuran berani bertaruh selain yang berbeda ia mengenalkan semua anak laki-lakinya pada halayak umum sedini mungkin.

"Jangan di belakangku."

"Aku lebih muda tahu!"

"Sana pake gaun saja seperti Serena."

Semua anak laki-laki duke Yuran kini tak memiliki kepercayaan diri. Rencananya mereka akan memulai tugas memberikan kesan keluarga harmonis di depan rakyat, walaupun ibu mereka tak ikut tetap saja duke dan para anaknya lebih dikenal rakyat.

"Baju seperti apa yang kalian inginkan?" Jander dengan pena dan kertas menanyakan hal itu pada semua saudaranya.

"Warna merah muda," teriak Serena dengan semangat menggebu-gebu. Ia mengatakan seolah-olah pilihannya adalah yang terbaik.

"Tak mau!" tolak Daren, ia adalah anti dengan semua berwana merah muda. Entah kenapa dimatanya warna itu terlalu cerah saat dilihat.

"Jijik." Lagi Varsen mengeluarkan pendapat yang tak setuju. Ia adalah penyuka warna cokelat. Baginya perpaduan warna cokelat adalah hal terbaik yang pernah ada

"Itu anak perempuan!" tuding Raka sambil memakan mie goreng di depannya.

"Yang paling banyak anak laki-laki, kau harus mengalah bungsu." Bryn dengan wajah tak bersalah semakin menambahkan kalimat yang tak Serena sukai.

"Aku yakin hanya Bernan yang akan setuju," ujar Steven dengan datar. Sebagai pria yang memasuki usia dewasa warna itu adalah haram.

Mata Serena berkaca-kaca dengan semua omongan netizen kepadanya. Buku yang diberikan ibunya benar tertulis bahwa perkataan dari anak laki-laki terkadang lebih tajam dari gosip panas para gadis.

"Bahkan mereka tak segan-segan mencibir segalanya sampai ke dasarnya."

"Bukankah kita salah kostum ayah?" tanya Rexi yang membandingkan warna pakaian mereka, yang lebih terlihat akan pergi melayat dari pada untuk berlibur.

Duke Yuran langsung berjalan ke putra sulungnya. "Diamlah, kita tetap terbaik," bisiknya dengan mata melirik ke arah sekitarnya.

Para rakyat dan bangsawan banyak memakai pakaian musim panas, walaupun musim itu belum tiba. Bahan baju yang tipis adalah salah satu ciri khas yang selalu menjadi langganan toko-toko pakaian dikala musim panas datang.

Merah, kuning dengan perpaduan putih dan biru menjadi warna dominan. Corak kotak-kotak, dengan daun-daun kering yang berwarna merah kekuningan sangat jelas terlihat.

Dengan membawa keranjang piknik, dilengkapi pilihan antara karpet lantai atau tikar yang bisa digelar dipinggir danau benar-benar sangat cocok untuk bersantai. Apalagi jika anda tak memiliki barang itu dirumahnya anda tinggal menyewanya dibeberapa pedangan, hanya merogoh kocek dua koin perak untuk tikar dan tiga koin emas untuk karpet lengkap dengan tiga buah bantal kecil.

Kebanyakan mereka memakan roti isi stoberi dan camilan yang dibawa dari rumah yang bisa dibuat oleh istri atau ibu mereka. Selebihnya banyak anak yang membeli es krim atau sosis bakar. Untuk permainan yang dijual juga banyak seperti, layang-layang, kelereng, lompat tali dan beberapa usaha lukis pemula. Anda bisa melukis dan hasilnya bisa dibawa pulang.

RoosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang