74. Talak?

440 46 6
                                    









Aku Back🐰



Jangan lupa untuk tinggalkan vote, komen dan follow akun penulis ViPril_Aprilia agar bisa mengikuti seluruh aktivitas aku🐻‍❄️





Happy Reading 🐦




°°°














Zelena memilih untuk meninggalkan istana, beberapa pelayan dan kstaria mengejarnya. Tapi Zelena menutup telinganya rapat-rapat.

Apakah keluarganya merepotkan kakak iparnya?

Kenapa seolah-olah mereka sangat merepotkan.

Bukannya raja dan kaisarlah yang sering membuat ia dan suaminya terus bekerja, anak-anak mereka bahkan hampir menjadi yatim piatu di setiap tugas yang mereka lakukan.

Tapi baik Yuran dan Zelena tidak pernah mengeluhkan hal itu. Kursi kereta kuda Zelena agak tegang, ia tetap menjalankan kereta ini meninggalkan istana.

Mereka pergi menuju tempat latihan grand duke. Di istana para pelayan langsung pergi ke arah ruang raja, Zorten hampir melempar mulut mereka ke kandang singa jika hal yang mereka ributkan hanya angin lalu.

"Tanah Serana?" ulang Zorten tak percaya. Lima belas pelayan langsung mengangguk.

"Ratu berkata ingin memberikan ayah lady Guetta di salah satu tempat di tanah Serana," cicit Mery, dia pelayan senior yang berkerja selama bertahun-tahun.

"KARIN!"

Lima belas pelayan itu menutup telinganya saat mendengar teriakkan dari raja, mereka langsung buru-buru pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.

___




"Nyonya, kenapa anda menangis," tanya Sofie ia merengkuh tubuh kakak dan majikannya itu.

Zelena menangis. "Sofie, kita harus bersiap-siap. Sepertinya ada orang jahat yang ingin mengambil tanah Serana," seru Zelena. Hal ini harus ia katakan padas suaminya.

Baginya apa yang dilakukan ratu sudah tidak menghargai mereka, apakah dia lupa status ratunya sekarang didapatkan karena menikah dengan seorang raja. Dia bukan ratu yang berkuasa.

"Ada apa nyonya, siapa orang itu. Biar aku yang menghadapinya," kesal Sofie, siapa yang berani menghujani tanah Serana dengan kemurkaan ia pastikan orang itu akan hancur.

Kusir yang membawa Zelena, berlari ke arah tempat tuan dan tuan muda sedang berlatih, ia menerobos hingga Rexi hampir saja melukai lehernya.

"Paman," seru Rexi kaget. Bagiamana jika pedangnya benar-benar salah sasaran.

Pertandingan itu dihentikan, Rexi berjalan ke arah paman Nax. Ia harus memastikan paman kusir ini baik-baik saja.

Yuran mengangkat tangannya, ia meminta putranya untuk berdiri. "Apa yang terjadi?" tanya Yuran, dia bukanlah orang yang mengabaikan siapa saja orang yang bertugas di kediamannya.

RoosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang