60. Mungkin Dia Bercanda

695 61 0
                                    









Apakah menurut kalian cerita ini alurnya agak lambat?

Jangan lupa untuk vote, komen dan follow akun penulis ViPril_Aprilia agar bisa mengikuti seluruh aktivitas aku ❤️











Happy reading 🐽


°•°•°•°•°•°•°•°•°







Jander yang melihat itu menyiku William. "Sana urus kakakmu," bisik Jander pada sepupunya. Mata tajam Julius benar-benar menyeramkan.

"Ah tuan Abra bisa tolong kami melihat sekeliling menara?" tanya Jander pada rekan satu kamar mereka.

Agar tak meninggalkan kecurigaan bahwa mereka adalah saudara, Jander menarik Abra untuk keluar dari kamar.

"Ah apakah kalian tidak lelah. Bukan aku tidak ingin mengajak kalian, tapi tempat ini sangat luas," kata Abra mencoba menjelaskan. Dari matanya terlihat kejujuran.

Bernan yang tau apa yang dimaksud kakaknya menambahkan. "Tidak, kami agak susah menghapal tempat baru," jawab Bernan menyakinkan teman baru mereka.

Julius yang melihat itu tetap diam, ia tau bahwa kedua sepupunya ingin memberikan mereka waktu untuk bicara.

Dengan mengulas senyum, Abra akhirnya menyetujui. "Ah ayo," balas Abra yang memang merasa tubuhnya menjadi sedikit sakit karena tidak banyak bekerja. Mungkin jalan-jalan santai akan membuat tidurnya lebih tenang. Sama seperti yang sering ia lakukan dulu.

"Ah aku dan Markus tidak ikut, kalian saja," ujar William yang berpura-pura kelelahan.

"Baik-baik, semoga anda bisa bugar kembali untuk makan malam," pamit Abra dengan sopan.

Setelah itu mereka bertiga pergi ke luar bersama dengan dua teman barunya.

"Kakak kenapa pergi begitu saja," kata Markus membuka suaranya.

Julius yang duduk di atas kasur itu menoleh. "Apa pedulimu," balasnya datar. Saat ini ia hanya memakai kemeja kuning dengan celana abu-abu. Terlihat sangat cerah, tapi tidak seperti wajahnya.

"Kakak, kasian kak Jery ia bekerja  sangat keras. Apa kakak tidak ingin menjadi raja?" tanya William yang tak habis pikir dengan kakaknya. Biasanya putra mahkota selalu berusaha menjaga hak mereka, tapi kenapa kakaknya ini benar-benar tidak peduli.

Merasa tersinggung Julius mengeluarkan suaranya. "Tidak buruk, setelah itu Lius akan pergi dan aku bisa hidup normal."

"Kakak pasti tidak akan sebodoh itu!" Baik Markus dan William tau tidak bisa melihat kakaknya bersikap seperti itu. Mungkin dengan otak pintar milik kakaknya ia akan mendapatkan pekerjaan yang layak.

Tanpa tahta sekalipun Julius bisa bekerja di pemerintahan atau membuka usaha. Ada banyak jalan yang bisa ia raih, termasuk menjadi penyihir.

"Itu kau tau, aku tidak akan pulang tanpa dirinya," balas Julius datar. Matanya sedikit memiliki kilatan merah. Mulai detik ini baik Lius dan Julius memilih jalan yang sama.

Mendengar itu William dan Markus mundur beberapa langkah, mereka tau bahwa pilihan sang calon raja adalah hal yang harus mereka hormati juga. Hal itu membuat tubuh Wiliam dan Markus menjadi sedikit lebih rendah.








..........













"Setelah ini kita akan pergi ke tempat pakaian, ibu mendengar hari ini akan banyak jubah dan rompi yang memiliki model terbaru," jelas Dara di depan mereka tersaji satu buah daging rusa panas yang dengan tambahan beberapa sayuran.

RoosWhere stories live. Discover now