21. Hari Berkabung

2.4K 278 2
                                    


Terimakasih 1k> lebih pembaca cerita ini ♥️

Vote and Komen yuk💅

FollowViPril_Aprilia





Happy reading🧘🏻‍♀️





∅⁰∅⁰∅




Kekeringan telah usai sekitar dari empat bulan yang lalu. Kini semua anggota kerajaan tengah bersiap untuk pergi ke kuil untuk berdoa. Hari ini adalah tepat empat puluh tahun permaisuri dari kaisar Verdus pergi meninggalkan dunia.

"Jangan lupakan sarung tangan anda putri," ucap Sofie sambil memasangkan barang itu ke tangan Serena.

Mentap penampilannya sendiri, Serena mengenakan gaun hitam panjang dengan model brokat penuh. Untuk pergi ke kuil semua orang wajib memakai pakaian tertutup, bahkan terkadang para anak perempuan wajib mengenakan stocking untuk menutupi bagian kakinya.

"Sayang apa kau telah siap?" tanya Ibu Serena memasuki kamar putrinya. Grand duchess telah siap dengan gaun hitam panjang yang tertutup hingga lengan, sebuah topi bundar berwarna ungu gelap menambah kesan elegan. Tak lupa beberapa selempang dan bros tanda bahwa ia adalah anggota kerajaan dan pasangan pemilik kediaman Yuran.

Serena menengok. "Belum, Sofie tak tahu apa aku harus mengenakan topi juga?" Awalnya ia kira bahwa dirinya akan berdandan ala biasanya. Nyatanya tidak, ternyata Serena harus mengenakan gaun panjang.

Zelena meneliti penampilan putrinya Serena mengenakan gaun brokat hitam dengan sarung tangan putih di dada kanannya juga terdapat tanda mawar emas. "Apakah Serena memiliki topi yang sedikit berwarna gelap?"

Sofie buru-buru mencarinya. Ia membuka lemari dengan wajah serius mencari. "Tidak ada nyonya, saya lupa bahwa putri tak memiliki topi untuk acara resmi," ungkap Sofie dengan menunjukkan beberapa topi kebun.

Menghampiri Sofie, Zelena melihat hiasan kepala yang dimiliki oleh putrinya. "Sofie setelah ini pergilah ke toko pakaian, cari beberapa pakaian resmi dan hiasan kepala untuk Serena, kali ini kita hanya memakaikan bando ini saja," tunjuk Zelena pada sebuah bando dengan mutiara putih.

Serena merasakan rambutnya di sisir rapih, anak-anak rambut yang biasanya selalu menggangu diberikan semprotan kaku. Wajahnya diberikan hiasan sederhana. "Apakah semua orang telah siap ibu?" tanya Serena dengan wajah penasaran.

"Sudah, kita tinggal menunggu kereta kuda dari istana. Kau sudah ingat apakah yang harus dilakukan saat turun dari kereta kuda kan?" Zelena menanyakan apakah Serena paham tata cara duduk dan naik turun dari kereta kuda. Pasalnya mereka akan berpisah kereta kuda.

"Naik dengan memegang tangan kusir, duduk dengan sempurna sambil tersenyum dan melambaikan tangan. Ketika turun harus menerima uluran tangan serta berhati-hati dalam pijakan, tak boleh membungkukkan badan," jelas Serena mengingat apa yang bibinya latih.

Zelana memasangkan bando tersebut. "Ingat ketika sampai kuil, ikuti kak Bernan jika kau bingung. Nanti berjalanlah di karpet merah sebelum duduk, jangan lupa berikan jabat tangan pada pendeta."

"Ketika masuk pasti ada yang membantu menunjukkan kursimu jadi ikuti dia saja jika melihat Bernan berjalan menjauh," peringat Zelena menjelaskan tentang apa saja yang Serena lakukan.

Ia dan suaminya akan pergi dengan jarak lumayan jauh. Rencananya para bangsawan dan pemilik undangan khusus sudah lebih dahulu hadir. Untuk kedatangan para bangsawan kaisar Verdus telah menyampaikan bahwa semua cucunya akan datang dengan sesuai urutannya.

RoosDonde viven las historias. Descúbrelo ahora