Malam Terakhir

724 52 1
                                    

Tio menarik dagu gadis itu..
Sedikit mendongak untuk dapat melihat wajah pria yang kini telah menjadi suaminya itu, wajah cantik April terlihat sedikit membengkak di bagian bibir dan kelopak mata karena habis menangis. Kedua matanya tertutup karena guyuran air shower terus membasahi wajah cantik itu. Seolah dunia berhenti berputar, Tio hampir lupa bahwa wanita itu masih sangat cantik seperti kali pertama mereka bertemu. Bibir yang masih memerah dan juga pipi yang terkadang bersemu merah, rambut hitam dan lurusnya basah oleh air. Seluruh tubuhnya pun basah tanpa terkecuali, Tio berinisiatif untuk menghilangkan rasa sedih wanita itu dengan mengecup bibirnya.

Ia pikir wanita itu akan marah atau malah menamparnya, namun satu kecupan tersebut mendapat balasan dari April. Wanita itu membuka bibirnya tanpa sadar dan membiarkan Tio meraup lebih ganas lagi, deru nafas Tio berhasil membuat April mendesah di bawah guyuran air shower yang tak henti-hentinya membasahi tubuh keduanya.
Tio makin menempelkan tubuhnya dengan tubuh April terus mendorong pinggul wanita itu, khawatir akan terjatuh karena kondisi lantai kamar mandi yang basah, April berpegangan pada lengan kokoh Tio hingga pegangan tersebut menjalar ke bahu dan punggung pria itu. April menekan tengkuk belakang leher Tio agar tak melepaskan ciumannya, jemari berurat milik Tio kini sudah berada di paha gadis itu membimbingnya untuk naik ke gendongan Tio.

April sedikit terkikik geli saat Tio menggendongnya keluar dari kamar mandi tanpa melepaskan ciuman mereka, tanpa menghiraukan sprei ranjang yang basah karena tubuh mereka, Tio merebahkan April di atas ranjang dan kembali mencumbu wanita itu.
April hampir saja menjerit jika Tio tak menutup bibir gadis itu dengan sebelah tangannya, "Shhh! Jangan bangunkan orang-orang sekitar, nanti mereka pengen juga." Bisik Tio di telinga April. Lagi-lagi April hanya terkikik geli, ia menjerit karena suatu alasan. Terkejut ketika Tio menyatukan dirinya dengan April cukup keras dengan satu hentakan.

"Masih ingat waktu pertama kali?" Tanya Tio yang mulai bergerak di atas April, wanita itu mengangguk seraya menikmati permainan. Tak henti-hentinya Tio menghujani wajah dan leher serta dada April dengan ciuman panas dan hal itu sangat berhasil membuat jeritan tertahan di bibir April.
"Waktu itu kamu yang minta." Lanjut Tio terus meracau, dan entah mengapa bayangan masa lalu ketika mereka bercumbu untuk pertama kalinya muncul kembali dan membuat malam ini semakin panas.
"Sudah ku tolak, tapi kamu tetap minta. Pada awalnya sakit, tapi lama-lama terus minta digoyang." Racau Tio, jujur saja racauan pria itu makin membuat April melengkingkan tubuhnya di atas ranjang.

"Akhirnya kamu sampai ke klimaks dan sedikit menjerit, aku tahu rasanya. Sakit, tapi nikmat, 'kan?" Tio menggigit daun telinga April.
"Astaga, Tio!" April melenguh tak henti-hentinya Tio menggoda April secara fisik maupun mental, menyiksa wanita itu di bawah tubuhnya seolah April meminta terus dihujami rasa sakit yang seperti dulu.
"Tinggal minta aja, dengan senang hati aku kasih." Kedua mata April tertutup seraya mencengkram dengan kuat bahu Tio, hingga pada akhirnya wanita itu sudah tak sanggup lagi.
"Lebih kencang, Tio!" Suaranya mulai serak, Tio menyunggingkan senyum kemenangan. Seperti biasa ia yang selalu memegang kendali dalam sebuah permainan orang dewasa.

"Apa? Aku nggak dengar sayang?" Kedua mata Tio mulai menggelap, suara desahan April juga hampir membuatnya kehilangan kewarasannya. Tak henti-hentinya meraup bibir yang sudah sangat bengkak dan memerah karena Tio, belum lagi lenguhan yang terus-menerus keluar dari bibir itu.
"Please... Tio!" April mendesah kuat, geraman Tio juga mulai kuat. Tio benar-benar melihat April mencapai puncaknya dan jika saja Tio tak menutup bibir April dengan bibirnya, wanita itu bisa saja membangunkan seisi motel.

Seketika lemah dan lunglai, Tio melihat April sembari menyengir layaknya kuda yang telah mengalahkan lawannya. Tapi Tio belum selesai, ia kembali menggoda April yang masih mengatur nafas dan suaranya.

Membalikan tubuh April dan membuat gadis itu memunggunginya, Tio mengecup punggung mulus tanpa cela itu. Belum lagi bongkahan padat yang berhasil membuat nafas Tio semakin berat, April sedikit menjerit ketika Tio tiba-tiba menampar bokongnya. Panas dan perih menjadi satu, yang anehnya hal itu malah membuat April kembali bersemangat setelah tadi merasa lelah seusai pelepasan.
Tio menarik rambut April lalu menungganginya layaknya kuda dari belakang, peluh mulai membanjiri tubuh keduanya menggantikan basah air yang sudah mengering di badan. Bibir April tak terasa terbuka saat Tio menghentak dirinya dengan cukup keras, tapi hal itu malah membuatnya merasa melayang.

Tak dapat melihat wajah April yang memunggunginya, Tio kembali membalikan tubuh April agar telentang di bawahnya. Dengan ganas Tio menggagahi April membuat tubuh wanita itu terus bergoyang karena hentakan yang keras. Tio menggeram nikmat hingga akhirnya pria itu mencapai puncaknya di dalam April, hingga tubuh berotot itu jatuh ke dalam pelukan April sambil membenamkan wajahnya di lekukan leher April.

Deru nafas keduanya terdengar berat dan terasa panas.
"Selesai ini, aku mau lagi!" Bisik Tio, April menyunggingkan senyum memeluk pria itu.
"Lakukanlah sebanyak yang kamu mau." Jawab wanita itu meski di dalam hatinya ia berbisik bahwa ini adalah malam terakhir dan kau puas melakukan apa yang kamu mau.

April tersenyum sedih sembari mengecup dahi pria itu yang kini telah diselimuti oleh peluh.

April beranjak dari atas ranjang membiarkan Tio beristirahat di sana, menuju kamar mandi untuk kembali membersihkan diri karena ia pikir hari sudah larut malam dan Tio pasti sudah sangat lelah setelah perjalanan yang panjang. Namun baru saja April akan melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi, tiba-tiba tengkuh lehernya ditarik kuat oleh Tio yang April sendiri tak sadar jika pria itu juga sudah beranjak dari atas ranjang.

Menarik tubuh April lalu menggendongnya ke atas meja yang ada disudut ruangan.
"Ku kira kamu tidur!" Kata April melihat pria itu memposisikan dirinya kembali.
"Ada daging segar begini mana bisa aku tidur." Jawab pria itu tanpa aba-aba langsung membuat April merintih karena tubuhnya yang perih.

"Salah satu kesalahan terbesarmu adalah ikut liburan ini bersamaku." Bisik Tio secara erotis lagi-lagi menggoda April agar rasa perih wanita itu sedikit berkurang.
"Karena aku nggak akan biarkan kamu pakai celana dalam." Lanjutnya, April memandang nakal ke arah Tio seraya tersenyum menggigit bibir bawahnya sendiri.
"Aku juga nggak berniat pakai celana dalam." Balas April, sontak hal itu tentu saja mengundang hasrat Tio yang menggebu di malam yang panas ini.

***

To be continued

26 Sept 2023

Om TioWhere stories live. Discover now