Tio tertangkap

544 54 11
                                    

Tangisan dan air mata tak ada hentinya sampai detik dimana ia bertemu dengan kedua orang tuanya, dengan perut buncit April memeluk kedua orang tuanya sehari setelah keluarga Om Tio menemukan April. Tangis haru bahagia bercampur dengan perasaan sedih ketika anak semata wayang mereka harus menanggung kehamilan di usia yang terbilang masih muda.
Namun yang paling penting adalah anak mereka sudah kembali dalam keadaan utuh dan baik-baik saja, keluarga Tio yang merasa paling bertanggung jawab dengan semua hal ini meminta maaf kepada kedua orang tua April. Kepulangan April tentu saja menjadi kabar yang cukup geger, semua orang datang melihat dan hal itu cukup membuat April malu.

Tanpa terkecuali teman-temannya seperti Nita dan Amy, kedua sahabatnya itu nampak gembira dengan kedatangan April meski juga sedih dengan kondisi gadis itu yang tengah hamil. Andaikan mereka bisa mencegah April waktu itu, pasti kisah cinta gadis itu tidak akan seburuk ini. Ini juga kali pertama Nita dan Amy melihat secara langsung keluarga Om Tio, semuanya terlihat turut sedih. Keluarga Om Tio terutama Ibunya tak henti-hentinya meminta maaf sembari menangis atas perbuatan Putranya kepada April, namun Amy dan Nita paham betul bagaimana sifat dan watak kedua orang tua April, mereka tidak pernah marah dan memaafkan Om Tio.

Tapi proses hukum tetap harus berjalan..
Keluarga Om Tio memberitahukan keadaan Tio, usai hari itu mereka menemukan April di rumah Tio. Ternyata pria itu juga ditangkap oleh pihak kepolisian tepat di jalanan saat mengendarai motor sportnya, Tio tidak melawan, dan juga tidak menyewa pengacara ketika sidang pengadilan yang akan berlangsung beberapa hari ke depan. Sepertinya pria itu nampak pasrah dan sudah tahu jika semua orang mencarinya dan yang paling utama mencari April.
Kedua orang tua April memang sudah memaafkan Tio lewat permintaan maaf Ibu Tio, namun semua orang yang berpihak kepada April tentu tidak tinggal diam dan membiarkan pria itu bebas begitu saja.

Hingga pada akhirnya, Tio dijebloskan ke penjara dan sidang putusannya menyatakan bahwa hukuman pria itu kurang lebih hanya lima tahun penjara setelah Ibu Tio menyewa pengacara yang handal. Tetap saja perasaan seorang Ibu kepada anak laki-lakinya tidak akan tega melihat Tio berada di dalam penjara terlalu lama.
"Cepet keluar ya! Kamu sebentar lagi mau punya anak." Kata Ibu Tio sembari menangis pelan, melihat Ibunya seperti itu, Tio merasa malas karena tak tega harus melihat Ibunya menangis. Tio yang sudah mengenakan seragam tahanan terlihat biasa saja dan malah menikmati hari-harinya, namun yang selalu mengganggu pikirannya setiap hari adalah bagaimana kondisi April.

"April gimana?" Tanya Tio tak menghiraukan tangisan Ibunya.
"Kamu masih mikirin dia? Setelah apa yang kamu perbuat." Sahut Ibunya, Tio kembali diam. Yang ia butuhkan bukan celotehan Ibunya, namun kabar April saat ini.
Ibunya terlihat menarik nafas panjang lalu menghembuskannya sesaat, "dia baik-baik aja, tinggal sama kedua orang tuanya." Jawah Ibunya yang kebetulan rajin mengunjungi April meski jarak tempuh perjalanan yang cukup jauh, entah mengapa Ibu Tio lebih menyukai April yang pendiam dan tidam banyak bicara, terlebih gadis itu sudah hamil anak Tio, yang sebentar lagi akan menjadi cucunya.

"Kirain udah nikah." Balas Tio singkat, itu yang ia khawatirkan. Saat April harus menikah hanya karena untuk menutupi kehamilannya atau dipaksa oleh orang tuanya.
"Orang Tua April nggak kayak gitu, kamu harusnya bersyukur punya pacar kayak April dan Orang Tua yang baik walaupun sederhana." Kata Ibu Tio yang mulai kesal.
"Terus nanti dia lahiran gimana? Mau berharap sama Orang Tuanya aja?" Sahut Tio tak kalah kesal, kesal kepada dirinya sendiri yang membuat semuanya nampak kacau.
"Ya nanti biar Mami yang ngurus semuanya. Hitung-hitung tanggung jawab." Kata Ibu Tio.
"Kenapa nggak sekalian tinggal di rumah aja, daripada bolak-balik!" Ujar Tio, seketika Ibunya sependapat.

"Ya udah, nanti Mami ngomong ke Orang Tuanya dulu." Jawab Ibunya, dalam hati Ibu Tio sempat berpikir mungkin dengan perlahan kelak ia bisa membujuk April untuk menikahi Putranya dengan serius, kali ini dengan pernikahan sungguhan. Setelah tahu bahwa Tio membohongi April ketika membawa gadis itu ke rumah, dengan alasan memperkenalkan April ke keluarga Tio. Namun pada kenyataannya, Tio malah membawa April kabur dan menjebak gadis itu.
"Kalau April tinggal di rumah, sampai kapan?" Tanya Ibunya, Tio menaikan bahunya acuh.
"Terserah."
"Kalau nanti kamu keluar dari penjara?" Ibunya menaikan sebelah alisnya, ingin mengetahui bagaimana obsesi Putranya terhadap April apakah bisa berubah.

"Mami nggak usah khawatirkan aku, Mami mau punya cucu nggak?" Tio balik bertanya.
"Oh, ya jelas! Semua cucu-cucu Mami pada dibawain sama Mamahnya, udah pada punya rumah sendiri, jadi pada angkat kaki." Kata Ibunya menjelaskan.
"Oh, ya? Jadi rumah kosong?" Tanya Tio.
"Ada Surya, dia lagi proses perceraian sama istrinya." Sahut Ibunya.
"Kenapa?"
"Tempramental." Jawab Ibunya singkat, Tio langsung menghembuskan nafas kasar. Bagaimana jika pernikahan itu benar-benar terjadi antara dirinya dan April, mungkin pernikahan mereka juga akan berakhir seperti itu. Itulah salah satu sebab Tio tidak berani mengambil keputusan untuk segera menikah.

Sementara di rumah April, gadis itu kembali berkumpul dengan sahabat lamanya. Bercerita panjang lebar tentang pekerjaannya yang dulu, hingga seorang rekan kerja yang menghianati dirinya. Miris memang, tapi setidaknya sekarang April dapat menghirup udara segar. Perihal kehamilan, entahlah. April belum berpikir sampai ke sana sejauh ini, bagaimana nantinya anak ini lahir? Bagaimana pendidikan dan bagaimana semua biaya yang harus ia tanggung seorang diri? Tentu saja April tidak ingin menyusahkan kedua orang tuanya, jika April sudah melahirkan dan kembali sehat, ia tentu akan kembali mencari pekerjaan meskipun harus menitipkan anaknya kepada Ibunya.
"Cariin kerjaan aja sih dulu." Kata April malah memikirkan hal yang belum terjadi, padahal saat ini ia harus banyak istirahat untuk persalinan yang tinggal menghitung hari.

"Mending urusin persalinan aja dulu, ngapain ngurusin kerjaan?!" Sahut Nita.
"Ya 'kan biaya lahiran dan lain-lain juga perlu duit, nggak mungkin aku minta sama Bapak terus." Kata April ketika di kepalanya dipenuhi segala kebutuhan bayi.
"Yang di kamar tadi siapa yang beli perlengkapan bayi baru lahir? Buat persiapan 'kan?" Tanya Amy.
"Iya, itu Mami yang beli'in." Jawab April.
"Mami?" Sontak kedua sahabatnya terkejut.
"Ibunya Om Tio." Jawabnya.
"Oh!" Kedua sahabatnya saling melihat satu sama lain.
"Enak dong punya mertua baik hati." Goda Amy, April hanya menyunggingkan senyum tipis.
"Jadi, nanti mau balikan apa nggak? Atau kamu dendam sama dia? Atau benci banget?" Tanya Nita.

April hanya bisa terdiam memandang awan yang mulai berubah menjadi warna jingga, awan yang sama ketika ia selalu menunggu di setiap harinya Om Tio pulang bekerja. Ada sesuatu hal yang ia sukai ketika tinggal bersama dengan Om Tio.
Namun di sisi lain, sifat tempramen pria itu tidak akan bisa berubah meski apapun yang April lakukan dan korbankan.
Jadi, jawabannya. Entahlah!
Saat ini April hanya butuh istirahat sebentar dari selama beberapa tahun terakhir terkekang oleh pria itu, menikmati hidupnya yang tidak terlalu bahagia seperti kali pertama ia berjumpa dengan pria itu.

Mungkin ia akan mati kebosanan tanpa gangguan dari Om Tio, tapi seperti ada yang hilang ketika pria itu tak lagi mengisi hari-harinya. Mengantar-jemput sekolah atapun bekerja, mengelilingi kota sembari menikmati pekan raya menggunakan motor sport.

Semua orang bilang yang ia lalui adalah Toxic Relationship..
Namun tak semua orang paham akan kebahagiaan yang pernah pria itu berikan, mungkin seperti itulah kurang-lebih apa yang dirasakan seseorang ketika semuanya berakhir, kosong...

***

To be continued

4 Sept 2023

****

Jadi mau dilanjut atau udah end aja nih?

👉

Kalau enggak, Author mau semedi dulu.
Mau buka cerita baru

Om TioWhere stories live. Discover now