Sekolah

632 82 3
                                    

Beberapa hari usai ujian akhir..
Akhirnya April bisa bertemu dengan Om Tio, seperti biasa pria itu akan datang ke rumah April di malam hari. Menggunakan setelan santai namun masih terlihat tampan bagi April, tersenyum manis seolah tidak ada masalah. Padahal di dalam hati April berusaha merangkai kata yang tepat menyampaikan hal ini kepada pria itu.

Awal pembicaraan terasa ringan, Om Tio duduk di samping April dengan wangi yang begitu menggoda. Membuat April rasanya tidak rela untuk berpisah dengan pria itu meski hanya beberapa tahun.
"Gimana ujiannya, susah nggak?" Tanya Om Tio.
"Susah Om." Jawab gadis itu.
"Tapi bisa 'kan ngerjainnya?"
"Bisa nggak bisa ya harus bisa." Kata April, Om Tio mengangguk seraya tersenyum.
"Jadi, kalau lulus mau kemana?" Tanya Om Tio lagi.
"Ih, jangan bilang 'kalau' Om! April pasti lulus kok." Kata gadis itu dengan suara yang dibuat-buat, membuat Tio merasa gemas saat mendengarnya.

"Iya deh, April pasti lulus. Gadisnya Om 'kan pinter!" Seru Om Tio seraya mengacak rambut gadis itu, membuat April tersipu mendengarnya.
"Setelah lulus mau kemana?" Tanya Om Tio lagi, padahal April sudah berusaha keras untuk menghindari jawaban ini karena sampai saat ini ia masih sulit merangkai kalimat untuk menyampaikan sesuatu kepada Om Tio.
"Hmm, sebenarnya itu yang pengen April ceritain malam ini." Kata April, kening Tio mengernyit heran.
"Ceritain apa?" Tanya Tio, April menggigit bibir bawahnya sendiri. Khawatir jika Om Tio akan marah atau bahkan meninggalkan dirinya. Melihat kediaman April, Tio merasa ada sesuatu yang tidak beres dialami oleh gadis itu.

"Apa? Ngomong aja!" Tukasnya lagi kembali menekan April, pada akhirnya April memberanikan diri untuk mengatakan semuanya kepada Om Tio. Termasuk hubungan mereka yang harus terhenti untuk sementara waktu demi kuliah April.
"Jadi, kemarin Mama sama Bapak ngomong ke April. Soal lanjut kuliah setelah lulus sekolah, terus April jawab aja iya." Kata April menjelaskan.
"Terus?" Tio masih penasaran.
"Terus, Mama sama Bapak bilang untuk fokus ke kuliah dulu kalau memang niat mau kuliah. Dengan syarat, Om Tio sama April harus break dulu biar kuliahnya fokus." Lanjut gadis itu, di akhir kalimat lidah April seolah kelu mengatakan hal itu. Seolah tak ingin menyakiti pria itu meski dia sudah menyakiti April terlebih dahulu.

Seketika Om Tio terdiam, raut wajanya berubah lain secara tiba-tiba setelah mendengar hal itu. April menuggu jawaban dengan perasaan takut, takut jika Om Tio akan meninggalkannya atau malah lebih buruk lagi.
"Emangnya Om sering ganggu kamu kalau lagi belajar?" Tanya Om Tio seolah tak yakin dengan alasan yang April buat, dan gadis itu sangat tidak pandai dalam menjelaskan maksud perkataannya.
"Enggak, Om! Bukan gitu, cuman... gimana ya? April bingung jelasinnya."
"Emangnya Om pernah ngapa-ngapain April sampe setakut itu kalau kuliahnya nggak bakal selesai?" Tanya Om Tio lagi, April menggeleng lemah.

Om Tio telah salah paham dengan maksud April.
"Enggak Om." Jawab April dengan nada suara yang pelan.
"Terus?"
April lalu menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, sudah April duga ia tidak terlalu baik dalam penyampaian pesan.
"Maksudnya, biar April bisa fokus ke kuliahnya dulu." Sambung April.
"Terus kira break pas April kuliah, nanti sudah selesai balik lagi gitu?" Tanya Om Tio, April mengangguk lemah seraya tersenyum kecut. Om Tio lalu membuang muka, yang April takutkan mungkin akan terjadi jika dirinya terus mengotot.
"Om nggak yakin kita bakal balik lagi kalau break dulu." Kata Om Tio setelah lama terdiam seolah berpikir keras.

Dan yang April takutkan akhirnya terjadi juga, seharusnya April sudah bisa menduganya. Bahwa pria seperti itu Tio tidak akan mudah percaya begitu saja jika membiarkan April sendiri dan kembali beberapa tahun lagi.
"Kenapa Om?" Tanya April memastikan, siapa tahu dirinya bisa kembali meyakinkan Om Tio.
"Rumah kamu jauh dari kampus, dan pasti kamu bakal ngekost. Terus Om nggak tahu, selama kita break kamu tidur sama siapa aja di kost itu!" Kata Om Tio, April menutup mulutnya sendiri karena tak percaya dengan apa yang Om Tio katakan barusan.
"Om kok mikirnya ke situ? April itu mau menimba ilmu loh, bukan mau yang macem-macem gitu!" Sahut April masih berusaha keras meyakinkan Om Tio.

"Yakin cuman nimba ilmu? Om nggak yakin sih!" Sahut Tio seraya mengambil sepuntung rokok dari dalan sakunya, menyalakan api di ujung rokoknya lalu menyesap batangan nikotin itu dalam-dalam.
"Ya yakin lah Om!" Suara April mulai meninggi.
"Nggak, Om nggak bisa. Kalau mau lanjut ya lanjut, tapi kalau mau break mending nggak usah kembali aja. Karena hasil akhirnya kita berdua juga pasti tau, nggak ada orang yang mau jauh dari kekasihnya." Ujar Tio yang menyadarkan April dengan satu hal.

"Jadi Om nggak setuju April lanjut kuliah?" Suara April terdengar memelas, Tio yang mendengarnya merasa kasihan pada gadis itu. Tapi membiarkan April dengan segala kebebasannya membuat Tio ragu jika gadis itu akan kembali lagi kepadanya.
"Bukan nggak mau, tapi Om nggak mau kalau kita break dulu." Kata Om Tio, April paham maksudnya. Hanya saja April masih tak percaya jika pria itu tidak seantusias April yang baru saja melewati ujiannya.

Gadis itu tertunduk lesu, Tio menyadari hal itu namun ia tak berusaha menghibur April. Karena ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak melepaskan gadis itu, masalah kedua orang tua April yang tidak setuju. Tio tidak perduli.

Yang ia inginkan saat ini hanyalah April ada bersamanya terus sampai waktu yang mengatakan kepada mereka berdua waktunya bersatu.
April sendiri terdiam dengan segala pemikirannya yang seolah berputar di atas kepalanya, jujur saja ini adalah sebuah kesempatan emas. Teman-temannya seperti Amy dan Nita pasti tengah sibuk mempersiapkan atau memikirkan universitas mana yang bagus untuk mereka datangi.
Sementara April, terdiam duduk dengan pandangan lesu tanpa ada canda tawa dari bibir manis itu lagi.
"Kamu pikirin baik-baik, Pril. Mana yang terbaik, karena aku nggak mau ngelepasin kamu dan juga nggak mau break seolah kita akan kembali lagi. Padahal kita belum tahu." Kata Tio.

"Tiga, empat tahun. Itu bukan waktu yang sebentar loh!" Ujar Tio, April hanya bisa mengangguk mengerti.
"Itu pun kalau kamu masih inget sama Om, kalau enggak gimana? Apa ada jaminan? Apa kamu bisa yakin kalau dalam empat tahun itu kita akan kembali kaya gini lagi? Om rasa enggak!"
"Jadi, dipikirin aja dulu matang-matang. Mana yang lebih penting buat diri kamu. Om bukannya melarang atau nggak suka April lanjut kuliah, tapi kalau break. Mending kita putus aja!" Tambah Om Tio..
Akhir kalimat pria itu tentu saja berhasil membuat April terkejut dan takut sekaligus.


***

To be continued

30 Sept 2022

Om TioWhere stories live. Discover now