Orang Tua Om Tio

462 56 0
                                    

Pukul sepuluh pagi, April tiba di kota kelahiran Om Tio. Sekitar dua jam lebih menempuh perjalanan menggunakan motor sport milik pria itu, waktu yang cukup lama bagi April yang jarang sekali berpergian jauh. Di sepanjang perjalanan di kota itu terlihat bersih dan sejuk, berbeda jauh dari kota tempat April tinggal. Mungkin karena ada banyak perusahaan di sana, sementara di kota kelahiran Om Tio ini tak nampak kegiatan perusahaan beroperasi. Terlihat seperti kota modern namun tetap asri, maklum saja April sama sekali belum pernah menginjakan kedua kakinya ke kota ini.
"Bagus 'kan? Kamu bakal betah tinggal di sini." Kata Om Tio.

April yang berada di belakang tak begitu menghiraukan perkataan pria itu, April tak sadar bahwa dirinya selangkah semakin menjauh dari kedua orang tuanya sendiri. Tak lama motor sport itu berbelok ke sebuah perumahan, berhenti tepat di sebuah rumah dengan warna cat yang sama persis seperti rumah-rumah lainnya.
Terparkir sebuah mobil dan sepeda motor di halaman rumah, halaman rumah nampak asri dihiasi oleh tumbuhan yang segar dan bunga berbagai macam warna. Hingga tiba di kediaman kedua orang tua Om Tio, April baru sadar bahwa ia harus bertemu dengan kedua orang tua Om Tio. April bahkan belum sempat mempersiapkan diri.

"Ayo!" Ajak Om Tio melihat April hanya berdiri sembari menenteng helmnya.
"Orang tua Om Tio bakalan suka sama April nggak ya?" Nyali April mulai menciut, ia sama sekali tidak pernah terpikirkan Om Tio akan membawanya sejauh ini.
"Kalau berdiri di situ terus ya nggak bakal tahu." Jawab Om Tio, ia segera mengambil helm April yang dipegang oleh gadis itu. Menuntun April menuju pintu utama lalu mengetuk pintu.

Cekle...

Jantung April berdegub dengan kencang, ketika pintu terbuka sosok wanita muda nampak muncul dari balik pintu. Terkejut melihat Tio dan segera memeluknya.
"Kak, Kak Tio pulang!" Seru wanita itu dengan suara lumayan nyaring langsung memeluk Om Tio dengan girangnya.

Dari panggilannya, April dapat menyimpulkan bahwa wanita itu adalah adiknya Om Tio. Sesaat setelah mereka berdua melepaskan rindu, wanita itu beralih ke arah April dengan pandangan bingung ia melirik ke arah Om Tio.
Om Tio hanya bisa menyengir dan bertanya keberadaan Ibunya.
"Mana Ibu?" Tanya Om Tio langsung memasuki rumah tanpa dipersilakan terlebih dahulu oleh adik perempuannya, sembari menarik tangan April seolah tak ingin lepas dari gadis itu. April yang belum sempat memperkenalkan diri hanya bisa tersenyum kikuk berusaha bersikap sopan, tanpa basa-basi Om Tio mendudukan April di ruang tengah lalu memanggil semua orang yang ada di rumah itu.

Ternyata rumah sebesar itu dihuni oleh banyak orang, ada beberapa anak kecil berlarian di sekitar April yang ia duga adalah keponakan Om Tio. Ada juga wanita dan juga pria, namun April sama sekali belum melihat kedua orang tua Om Tio.
Tak lama Om Tio kembali ke ruang tengah setelah semua orang berkumpul di sana, dengan menggandeng seorang wanita yang usianya sudah hampir setengah abad, yang April duga adalah Ibu Om Tio.
"Inikah orangnya, Tio?" Tanya wanita tua itu, Tio meng-iyakan. Mendengar hal itu, April yakin kalau wanit itu adalah Ibu Om Tio. Dengan sigap April berusaha sesopan mungkin dengan menyalami wanita itu.

Mereka semua duduk di atas sofa, meski ada suara anak-anak yang bermain berlarian ke sana kemari. Nyatanya April masih sempat mendengar bisik-bisik dari beberapa anggota keluarga Om Tio.
"Nggak terlalu muda 'kah, Tio? Kamu sudah ijin sama orang tuanya?" Tanya Ibu Om Tio memastikan sesuatu, April sendiri sebenarnya tidak yakin. Apakah iya secepat ini ia dan Om Tio akan menikah? Apalagi, semua keluarga Om Tio terlihat begitu heran. Bagi Aprik itu adalah hal yang wajar, karena keputusan itu dibuat sepihak oleh Om Tio dan sangat mendadak. Keluarga Om Tio juga pasti terkejut.

"Enggak, usianya udah 24 sekarang." Kata Om Tio berusaha meyakinkan.
"Beda sepuluh tahun sama kamu." Sahut Ibunya, desas-desus kembali terdengar di telinga April saat Ibu Om Tio mengungkit perbedaan usia.
"Hmm." Om Tio hanya bergumam.
Beberapa menit berlalu Om Tio beragumen dengan Ibunya, namun hingga detik ini April sama sekali tidak melihat Ayah dari Om Tio.

"Ya sudah, kalian berdua istirahat dulu. Pasti capek, besok kita diskusikan lagi mengenai lamaran ke rumah perempuannya." Kata Ibu Om Tio, semua orang terlihat bubar kembali ke tempat masing-masing. Mendengar kata lamaran sebenarnya April masih belum siap untuk momen seperti itu, terlebih Om Tio sama sekali tidak pernah melamarnya secara serius.

April dibawa oleh Om Tio ke sebuah kamar yang berdekatan dengan pintu utama, kamar kecil yang memang khusus untuk kamar tamu jika ada yang berkunjung. Membantu gadis itu menyiapkan kamar seperti memasang seprei dan selimut.
"Kamu mau tidur dimana?!" Tanya Ibu Om Tio yang tiba-tiba muncul dari belakang, membuat Om Tio jadi salah tingkah dan menggaruk leher belakangnya sendiri.
"Tidur di sofa aja." Balas pria itu lalu keluar dari dalam kamar tanpa sempat April bertanya-tanya tentang keluarganya, karena terlalu banyak orang di sini sehingga April tidak tahu siapa saja mereka.

Ibu Om Tio yang melihat April lantas tersenyum ramah ke arah gadis itu, membantu April menyiapkan kamar dan menata pakaian ke dalam lemari.
"Maaf ya, di sini suka ribut. Banyak anak-anak." Kata Ibu Om Tio, April mengangguk sembari tersenyum. Bagi April yang seorang anak tunggal dan terbiasa tinggal di rumah yang sunyi mungkin hal itu akan sedikit mengganggu, tapi toh dia tidak akan lama berada di sini. April dan Om Tio akan kembali ke kota asal April, begitu pikir gadis itu.
"Itu semua kakak dan adiknya Tio, anak-anak itu keponakannya semua." Jelas Ibu Om Tio, lagi-lagi April mengangguk. Betul dugaannya..

"Terus Bapak dimana, Bu?" Tanya April yang seharian ini sama sekali belum melihat keberadaan Ayah Om Tio.
"Bapaknya Tio sudah lama meninggal karena sakit keras." Jawabnya, April lalu terdiam. Om Tio tidak pernah menjelaskan silsilah keluarganya, hingga April tak pernah tahu jika pria itu sudah tidak memiliki seorang Ayah.
"Maaf.." cicit April.
"Nggak apa-apa, lagipula kamu perempuan pertama yang dibawa Tio kemari. Sebelumnya dia nggak pernah bawa perempuan selain si Nopa sama si Titi." Kata Ibu Om Tio, ya.. April mengenal kedua nama itu. Haruskah April bersyukur karena ia menjadi salah satu perempuan beruntung yang dibawa Om Tio ke rumah ini?

***

To be continued

22 Agst 2023

Om TioWhere stories live. Discover now