Perpisahan

706 70 0
                                    

April tersenyum ke arah kedua temannya, Nita dan Amy. Kedua gadis itu menyempatkan untuk singgah sebentar di rumah April.
"Tumben ke sini tiba-tiba nggak ngasih tau dulu!" Ujar April saat mereka bertiga ada di dalam kamar April.
"Kita cuman mau pamitan!" Sahut Nita, seketika membuat April merasa sedih.

"Udah dapet kos-kosan, Nit?" Tanya April, temannya itu lalu mengangguk.
"Udah! Deket sama kampus, gila akhirnya aku lulus juga tes di sana!" Sahut Nita.
"Jurusan apa?" Tanya Amy.
"Kebidanan." Jawab Nita yang membuat April dan Amy terdiam melihat satu sama lain.
"Bidan? Kamu 'kan IPS!" Tukas Amy yang baru saja mengetahui jika temannya itu ada ketertarikan menjadi bidan.
"Ya terus masa nggak boleh, buktinya bisa aja kok." Balas Nita.
"Iya, tapi kenapa bidan? Jurusan lainnya kenapa?" Tanya Amy penasaran.
"Eh, asal kamu tahu ya! Otakku ini pas-pasan, nggak bisa seenaknya milih jurusan ini itu. Apalagi jurusan IPS semuanya susah-susah! Aku 'kan nggak kaya April yang pinter." Omel Nita seraya memajukan bibirnya.

April tersenyum mendengar celotehan kedua temannya itu sementara ia hanya bisa menjadi pendengar ketika dua temannya itu akan melanjutkan kuliah sementara dirinya sibuk mencari pekerjaan.
"Amy lulus di geologi?" Tanya Nita.
"Lulus dong! Aku 'kan nggak bego-bego amat kaya kamu." Jawab Amy yang dibalas senyum kecut dari wajah Nita.
April hanya diam, melihat kediaman April kedua temannya itu merasa tidak enak dan mengganti topik obrolan mereka.
"Hmm, Om Tio gimana Pril?" Tanya Nita tiba-tiba, mereka hanya ingin memastikan pria itu masih bersama April setelah temannya itu memilih Om Tio.

"Baik, masih baik sama aku. Semalem habis pulang dari party dia nungguin aku pulang." Jawab April.
"Tengah malem? Dimana?" Tanya Amy, April mengangguk.
"Ya di rumah, My. Masa di pinggir jalan." Balas April.
"Duh! So sweet amat sih ditungguin di rumah sampe tengah malam pula tuh." Tukas Amy.
"Tapi kamu beneran lagi baik-baik aja 'kan Pril sama Om Tio? Dia nggak jahat lagi 'kan sama kamu kaya kemarin atau selingkuh di belakangmu?" Tanya Nita hanya memastikan temannya itu dalam keadaan baik-baik saja, sehingga ketika mereka berdua pergi dari kota ini untuk menempuh pendidikan dan meninggalkan April. Mereka bisa pergi dengan keadaan tenang tanpa khawatir sesuatu terjadi pada temannya.

"Beneran, Nit! Semuanya aman." Jawab April seraya tersenyum lembut ke arah dua temannya itu.
"Kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk curhat ke kita! Biar pun cuman lewat sosial media, kita 'kan tetep temenan." Kata Amy.
"Iya, lagian rumah orang tua kita 'kan di sini. Terutama Mami aku, jadi kita berdua pasti bakal sering-sering pulang ke sini. Jadi kita bertiga bisa ngumpul bareng lagi!" Tukas Nita memberi semangat, ketiga gadis itu di dalam kamar berpelukan dengan erat.

Tak ada yang menyangka mereka bertiga akan berteman sampai sejauh ini sedari kecil.
"Makasih guys! Kalian yang terbaik." Kata April.
"Mudah-mudahan cepet dapet kerja ya, biar bisa traktir kita makan-makan!" Ujar Nita.
"Hehehe... iya deh! Tunggu aja nanti kabarnya, asal kalian pulang ke sini pasti aku traktir kok." Balas April.
Ketiga gadis itu mengobrol dengan hangat, segala canda tawa dan kebersamaan seperti ini akan April rindukan sampai kapan pun. Ketika semua temannya mengejar mimpinya sementara April hanya bisa mendukung mereka dari belakang tanpa bisa April ikuti, tapi gadis itu tak patah semangat. Masih berusaha yang terbaik apalagi ia sudah berjanji kepada kedua orang tuanya agar tak menyusahkan mereka semua.

"Kalau Om Tio selingkuh lagi, kasih tau ke kita. Nanti aku cariin pengganti Om Tio di sana!" Ujar Nita, seketika membuat mereka bertiga tertawa.
"Om Tio masih ngatur-ngatur atau ngelarang ini itu ke kamu nggak sih, Pril?" Tanya Amy, April berpikir sejenak. Beberapa hari ini setelah keputusan April yang telah bulat memilih Om Tio dari pada pendidikannya, pria itu sedikit memberikan ruang kepada April. Tidak seperti dulu yang terlalu mengekang gadis itu kemana pun ia pergi, April harap ini adalah sebuah kemajuan bagi hubungannya dengan Om Tio.
"Belakangan ini sih enggak, nggak tau besok-besok." Jawab April.

"Apa mungkin dia sudah berubah?" Tanya Amy.
"Nggak yakin sih, secara mantan-mantannya sendiri aja bilang kalau dia memang posesif orangnya. Itu artinya dia nggak bakal bisa berubah meski apapun yang terjadi!" Cecar Nita.
"Idih! Kamu kok gitu amat sih, nggak mau lihat temannya seneng apa ya?" Balas Amy.
"Bukannya nggak mau lihat April seneng, tapi ya gitu lah. Yah, pokoknya doa yang terbaik aja buat April. Semoga Om Tio sudah berubah ke kamu dan kalau nggak berubah juga, semoga kamu dapat pengganti Om Tio yang lebih baik." Kata Nita.
"Hush! Doanya kok jelek." Balas Amy.

"Ya, kali aja Om Tio udah nggak mau sama April lagi. Biar April dapat penggantinya yang lebih baik lagi 'kan?" Kata Nita.
"Serah mu deh!"
Seketika membuat April berpikir keras di balik senyum manisnya, apakah Om Tio bisa meninggalkan April atau membiarkan dirinya pergi dari pria itu? Entahlah!
April hanya takut kehilangan pria itu meski Om Tio belum pernah melakukan hal yang aneh-aneh padanya, merasa lucu saja! Ketika April tidak dapat bertahan sedetik saja tanpa pria itu di hidupnya.
"Kalau kalian dapat pacar di sana, jangan lupa kabarin aku!" Kata April berusaha mengganti topik obrolan agar tak hanya memikirkan Om Tio di setiap harinya.

"Pasti dong! Aku 'kan udah ngincer abang-abang senior yang di engineering.." kata Amy dengan sombongnya.
"Emangnya mau sama kamu yang blo'on?" Sahut Nita seraya menunjuk dahi gadis itu.
"Ya kalo jodoh mana kita tau." Balas Amy.
"Kuliah belom mulai malah mikirin jodoh! Tuh mamakmu jual tanah ke Papiku buat biaya kuliah!" Cecar Nita yang seketika membuat Amy terkekeh geli.
"Udah.. udah.. kenapa jadi buka-bukaan kartu gini sih?" Ujar April mencoba melerai kedua orang itu yang terus berseteru.
"Santai, Pril! Kita emang suka kaya gitu." Sahut Nita.
"Iya, tapi nggak sampai buka-bukaan kaya gitu dong."

"Ya udah, kita pamit pulang dulu ya. Soalnya aku besok berangkat pagi-pagi karena harus ngeberesin kamar kos dulu!" Ujar Nita yang mulai beranjak berdiri dari ranjang April.
"Sama, aku juga. Papi ngajak pergi pagi-pagi." Tambah Amy, lalu kedua gadis itu pamit kepada April.
Saat pertemuan terakhir mereka berpelukan cukup lama sambil berdiri, April tidak tahu apa yang ia lakukan jika dirinya tidak mengenal dua gadis ini. Mungkin April akan terjebak semalanya bersama dengan Om Tio dan menangisinya setiap malam, tapi Nita dan Amy telah menunjukan keberanian kepada April sehingga gadis itu bisa berpkiran lebih dewasa lagi.

***

To be continued

6 Okt 2022

Om TioWhere stories live. Discover now