Dia Datang

490 54 6
                                    

Mami nampak gusar berdiri di teras rumah, terkadang berjalan kesana-kemari menunggu seseorang. Debaran jantungnya seolah lebih cepat dari biasanya sembari terus melihat ke arah dalam rumah.
"Oma, Theo bisa pakai sepedanya 'kan?" Ujar Theo dari jalanan komplek perumahan yang sepi mengendarai sepeda barunya yang ia dapat dari tante Wilda.
"Iya Theo, main jauh-jauh sana!" Balas Mami, padahal sebelum-sebelumnya Mami selalu protektif terhadap Theo jika bermain di luar rumah. Tapi sekarang, sepertinya lebih baik Theo berada jauh dulu dari rumah.
"Bunda mana?" Tanya Theo.
"Bunda di dapur bikin jus buah buat Theo, Theo main sana! Nanti dipanggil Bunda kalau sudah siap jusnya." Kata Mami.

Theo pun lalu melanjutkan bermain sepedanya, sembari menoleh ke dalam rumah, sepertinya April masih sibuk membuat jus di dapur.
Tak lama yang ditunggu pun datang, mobil berwarna hitam berhenti tepat di halaman rumah. Seorang pria keluar dari dalam mobil dengan raut wajah yang gusar persis seperti Mami.
"Jam berapa dia sampai?" Tanya Surya mendatangi Mami sembari berbisik, khawatir April yang berada di dalam rumah mendengar hal itu.
"Nggak tahu, kata petugas sih pagi-pagi. Tapi ini belum nyampe." Jawab Mami.
"Mami sih belum ngomong ke April, gini 'kan jadinya. Theo juga belum dikasih tahu, gimana sih, Mam?"

Surya makin bingung, Theo yang sudah sebesar itu sama sekali tidak pernah diberitahu tentang Ayah biologisnya. Dan sekarang, pria itu sudah habis masa tahanannya dan sedang menuju pulang, ke rumah ini. Sementara April, yang mungkin masih menyimpan trauma, syok atau kebencian di dalam hatinya terhadap pria itu, juga tidak diberitahu soal ini oleh Mami. Surya khawatir terjadi sesuatu kepada April, wanita itu baru saja merasakan kebahagiaan selama empat tahun terakhir semenjak melahirkan Theo. Dan kini, trauma itu mendadak akan muncul di hadapannya.
"Kamu juga diem-diem aja, nggak bantuin Mami. Ya udah berdo'a aja semoga semuanya baik-baik aja..."

"...soal Theo, nanti Mami yang berusaha kasih penjelasan dan pengertian. Tapi April, Mami minta kamu awasin dia ya!" Ujar Mami, Surya hanya diam, sejujurnya dia tidak tahu harus berbuat apa. April yang ia khawatirkan dan adiknya yang memiliki sifat dan watak yang keras, entah setelah keluar dari penjara apakah pria itu berubah menjadi lebih baik atau bahkan lebih buruk.
Beberapa menit kemudian, yang ditunggu pun datang..
Mobil polisi berhenti tepat di depan rumah Mami, Surya dan Mami merasa khawatir dan juga was-was. Seorang pria keluar dari jok belakang mengenakan setelan serba hitam membawa tas ransel yang berisi barang-barangnya sebelum ditangkap.

"Motor sport besok diantar!" Ujar salah satu polisi yang berada di balik kemudi, ia tak menghiraukan seruan polisi tersebut. Kedua mata elangnya memerhatikan rumah yang sudah lama tak ia lihat lagi, tak nampak seseorang yang ia cari. Setelah mobil polisi tersebut kembali melaju, ia melangkahkan kedua kakinya memasuki halaman rumah tersebut. Tampilannya nampak sama, tidak ada yang berbeda. Tak nampak menua dan tak nampak berubah, masih seperti dulu dan inilah yang Mami dan Surya takutkan. Pria itu sama sekali tidak berubah..
"Mana Theo?" Kalimat pertama yang ia lontarkan selepas keluar dari penjara, tidak ada basa-basi atau pelukan hangat kepada Ibu dan Kakaknya sendiri.

Mami sebenarnya merindukan sosok anaknya, namun saat ini kondisi April dan Theo yang Mami dahulukan.
"Lagi main sepeda sama teman-temannya!" Jawab Mami sembari menujuk jalanan, pria itu hanya menoleh sebentar lalu menatap ke arah Mami, terutama Kakaknya, Surya.
"April mana?"
Deg-
Surya dan Mami menarik nafas dalam-dalam, khawatir akan apa yang pria itu lakukan jika berhadapan dengan April.
Melihat kedua orang itu nampak terdiam, pria itu nampak menuntut jawaban.
"Hm, ada di dapur. Lagi bikin jus buat Theo!" Jawab Mami sedikit terbata, pria itu langsung melangkahkan kakinya memasuki rumah. Melewati Surya begitu saja dengan tatapan yang Surya sendiri tak paham apa maksudnya.

Perlahan tapi pasti..
Ia sudah memantapkan diri untuk menemui gadisnya yang sudah selama empat tahun ini tak pernah ia lihat, tak memperdulikan jika kelak ia akan mendapat penolakan, cacian atau amarah. Ia hanya ingin melihat gadis itu dan memastikan bahwa dia baik-baik saja.
"Duh, gimana ini, Sur?" Mami hampir menangis jika saja Surya tak menenangkan Ibunya.
"Udah, Mam. Nggak apa-apa, cepat atau lambat mereka berdua pasti akan ketemu juga. Jadi nggak usah dicegah, percuma!" Kata Surya berusaha memberi pengertian kepada Mami.
"Mendingan Mami cari Theo, bilang ada orang penting yang mau ketemu. Mami nggak bisa menyembunyikan semuanya sekarang, Theo harus tahu. Dia itu Ayahnya juga, kalau bukan karena dia, Theo nggak bakal ada dan Mami nggak bakal punya cucu kayak Theo." Jelas Surya panjang lebar.

Meski berat, akhirnya Mami mengangguk. Dengan lemas ia berjalan keluar dari halaman rumah mencari Theo, memanggil-manggil nama Theo sementara Surya tetap berada di teras memastikan April di dalam sana baik-baik saja melihat hantu yang baru saja keluar dari semedinya.
Sesampai di dapur, pria itu menghentikan langkahnya. Terdapat seorang wanita yang membelakanginya di ujung sana sedang sibuk dengan peralatan dapur.

Wanita berambut hitam legam dan lurus nan panjang itu nampak gesit, mengenakan kaos yang membentuk tubuhnya yang nampak tak berbeda dari kali pertama mereka bertemu. Ia ingin sekali memeluk tubuh itu dan berkata bahwa ia rindu, tapi ia paham bagaimana kondisi mereka berdua saat ini dan ia tidak lagi ingin membuat wanita itu takut bahkan trauma.
"Mam, Mami mau juga nggak? Kalau mau April bikinin!" Ujar gadis itu.
Dan ya, suara merdu itu juga selalu ia rindukan di sehari-harinya selama berada di penjara kurang lebih empat tahun lamanya ia tak mendengar suara itu lagi. Seolah mimpi saat ini ia sama sekali tidak bisa bergerak maju ataupun mundur.

"Mam?" Sadar akan hal yang tidak beres, seolah ada yang berdiri jauh dari belakang punggungnya. April yang memegang segelas jus untuk Theo akhirnya berbalik badan, ia sempat berpikir itu adalah Mami. April sempat bertanya namun tak ada jawaban, Mami selalu berbicara dan barusan tidak ada jawaban sama sekali yang membuat April heran.
Namun yang dilihatnya saat ini membuat tubuhnya terkejut setengah mati sampai gelas yang berisi jus untuk Theo , terjatuh ke atas lantai tanpa April sadari.
Yang ia sadari saat ini hanyalah seorang pria yang telah membuat hidupnya berubah drastis sedang berdiri tak jauh darinya dengan pandangan yang tidak dapat April artikan.

***

To be continued

9 Sept 2023

Om TioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang