Pergi

542 50 1
                                    

April terbangun di saat hari masih subuh..
Hanya beberapa jam tidur mungkin tak terlalu membuat rasa kantuknya hilang, tapi ia harus pergi hari ini juga.
Pria di sebelahnya masih tertidur lelap, beberapa kali April mencoba membangunkannya tapi Tio masih tidur. Pertanda obat tidur yang April masukan semalam ke dalam air mineral yang ia ambil dari dalam kamarnya telah bekerja.

April tak mungkin pergi mengendap meski pria itu tengah tertidur, Tio akan selalu terjaga dan pasti akan mengetahui kepergian April. Hingga pada akhirnya April memutuskan untuk memberinya obat tidur agar pria itu benar-benar tidak mengetahui kepergian April.

Wanita itu sudah bertekad ia harus pergi hari ini juga, sudah ia pikirkan matang-matang segala resiko dan konsekwensinya. April bangun dari tidurnya membersihkan diri terlebih dahulu tanpa khawatir Tio akan bangun, memasukan semua baju dan barang-barangnya ke dalam sebuah koper tak lupa dengan surat-surat penting miliknya sendiri.

Saat April hampir bergegas untuk pergi, ia melihat pria itu dengan nafas teratur masih terbaring di atas ranjang. Dengan kedua mata tertutup seolah-olah tidurnya sangat lelap. April menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya menghampiri Tio dan memeluk tubuh berotor itu.
April menyandarkan kepalanya ke dada bidang pria itu sembari memeluknya erat, sempat tersenyum sekilas dan berpikir mungkin kelak ia akan sangat merindukan tubuh ini.

Merindukan suara khas dan beratnya, serta wajah tampan yang memiliki alis tajam dan bibir yang seksi. Tanpa April sadari air mata kembali terjatuh dari kedua netranya dan membasahi dada Tio, April sempat terisak di sana beberapa detik. Seolah ia tak mau melepaskan pemilik tubuh yang selalu membuatnya candu tersebut.

Namun April berusaha kuat..
Ia sudah bertekad tak ingin terjebak dengan hubungan atau pernikahan yang toxic seperti ini, Tio harus berubah. Dengan atau tanpa April, pria itu harus berpikir dewasa. Mungkin kelak akan ada wanita yang beruntung yang merasakan perubahan Tio.

Meskipun wanita itu bukan April, tapi April akan bahagia untuk Tio. April berharap Tio berhenti mempermainkan wanita dan mulai melembutkan sikapnya terhadap semua wanita. Ia meletakan sepucuk surat di atas meja nakas yang ada di sebelah ranjang, berharap Tio akan membacanya dan mengerti keinginan April. Bahwa April tidak lagi bisa melanjutkan pernikahan ini..

Meski berat melepaskan Tio, nyatanya ini adalah jalan yang harus April ambil. Sebelum akhirnya pergi, April sempat memberi kecupan terakhir di dahi, bibir, dan juga dada pria itu. Mengabaikan tetesan air mata yang kini membasahi dada Tio dan juga sebagian lehernya. April memeluknya dengan erat, tapi pada akhirnya, ia harus melepaskan Tio.

April menjauh dari Tio dan mulai meninggalkan kamar itu, kamar yang mempunyai segala kenangan mulai dari kali pertama Tio membeli rumah ini. Kamar yang menjadi saksi bisu segala percintaan mereka dan juga segala kejahatan Tio terhadap April, sekaligus rumah yang tak pernah April inginkan jika Tio tak juga berubah.

Langkahnya seolah berat meninggalkan Tio, bahkan saat berada di ambang pintu kamar April hanya bisa melihat tubuh itu tertidur lelap di atas pembaringannya. April menutup pintu dan akhirnya pergi meninggalkan rumah itu.
Di saat hari masih gelap dan kedua ARTnya juga masih tertidur lelap, April menuju kebebasannya yang selama ini tak ia miliki.

Meskipun harus ia bayar dengan perasaan sakit yang tak akan sembuh, meskipun harus ia bayar dengan melihat pria yang ia cintai mungkin akan bersama wanita lain. April rasa, inilah yang terbaik untuk mereka berdua. Sementara Theo, April serahkan kepada Tio karena pria itu memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anak lelakinya.

Theo tetap akan bahagia karena ia memiliki seorang Ayah dan juga Oma serta Kakek dan Nenek yang menyayanginya, ada banyak Aunty dan Paman serta kedua ART yang mengurus segala keperluannya. Sebab itulah April berinisiatif mencari ART baru sebelum ia meninggalkan Tio.

Kenangan yang April buat untuk Tio rasanya sudah cukup, ditutup dengan liburan kemarin yang akan sangat membekas di ingatan April dan tidak akan pernah ia lupakan. Sampai kapan pun, pria itu akan selalu menjadi cinta pertama dan terakhirnya. Meski ia dan pria itu kelak akan memiliki kehidupan masing-masing.
April tersenyum saat berjalan kaki keluar dari kompleks perumahan tersebut dengan pandangan kosong...

Pukul sebelas pagi..
Tio terbangun dengan rasa pusing yang luar biasa, tidak seperti biasanya ia tertidur dengan sangat pulas dan tidak mendengar apa-apa. Matahari sudah meninggi dan ketika ia melihat jam dinding, ternyata hari sudah hampir siang.

Tio meraba ranjang dan tak mendapati istrinya di sampingnya, ia masih berpikir positif mungkin April sudah bangun dan sekarang sedang sibuk di dapur seperti kebiasaannya sehari-hari. Tanpa merasa ada yang aneh bahkan tak menyadari ada secarik kertas di atas meja nakas, Tio menuju kamar mandi untuk mandi karena kepalanya terasa pusing.

Saat keluar dari kamar mandi pun, Tio merasa belum ada yang aneh. Ia mengambil pakaian dari dalam lemari, kaos polos serta celana pendek lalu keluar dari dalam kamar menuju dapur untuk sarapan.
Tio berharap ada senyuman April yang sudah menunggunya di meja makan sembari menyodorkan sarapan untuknya.

Nyatanya hanya ada Mbak Tuti dan suara ART yang baru di belakang rumah sedang membersihkan halaman belakang rumah.
Ada sarapan di atas meja, namun Tio yakin itu bukan buatan April. Tio langsung memakannya karena lapar, tapi ia terheran begitu melihat ada piring sarapan dan segelas jus di sebelahnya.

"Mbak, ini punya siapa?" Tanya Tio heran, karena Theo belum kembali dari liburan di rumah Nenek dan Kakeknya.
"Punya Bunda, tapi kayaknya Bunda belum bangun juga ya Yah?" Sahut Mbak Tuti, seketika Tio terdiam. Makanan yang ia pegang terjatuh ke atas piring, Tio jadi tak berselera makan dan mulai merasa ada yang tidak beres.

"Bunda belum ada kelihatan 'kah dari tadi pagi?" Tanya Tio memastikan.
"Nggak ada, Yah! Mbak Tuti sama temennya satu lagi nggak ada lihat Bunda dari pagi, kirain masih tidur sama Ayah di kamar karena kecapean pulang larut semalam." Kata Mbak Tuti, saat itu juga debaran jantung Tio terasa berbeda dan lebih cepat dari biasanya.

Ia beranjak dari duduknya langsung berlari ke lantai atas menuju kamarnya, Tio panik tak menemui April dimana pun termasuk kamar Theo. Saat Tio kembali ke kamarnya untuk memastikan semua pakaian dan barang-barang April masih ada, ternyata yang ia takutkan selama ini akhirnya terjadi juga. Wanita itu benar-benar pergi meninggalkannya, saat itu juga Tio melihat ada secarik kertas di atas meja nakas.

***

To be continued

29 Sept 2023

Om TioOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz