Menjauh

495 48 0
                                    

"Siapa yang ngajarin ngomong kayak gitu?" Gumamnya.

April sendiri mengatakan hal itu hanya dengan modal nekat, ia belum terlalu pintar mengatur kalimat untuk menghadapi pria dewasa seperti Om Tio. Pria itu menatapnya tajam menunggu jawaban, tapi April tak tahu harus berkata apa. April hanya ingin menyudahi semuanya dengan Om Tio.

Perlahan April berdiri dari duduknya, "Om pulang aja!" Ujar gadis itu yang langsung masuk ke dalam rumah lalu menutup pintu, lagi pula tidak ada kedua orang tua April malam ini. Jadi April rasa tidak perlu ada drama jika Om Tio ngotot menunggunya di teras rumah berlama-lama.

April kembali ke dalam kamar, membuka kembali jaketnya sembari mengirim pesan kepada Mas Dian karena membatalkan rencananya malam ini karena suatu alasan. Sekarang yang ada di benak April bagaimana cara menjauhi Om Tio, April tahu pria itu tidak akan mudah pergi begitu saja. Teman-teman, Nopa bahkan Clara semuanya benar tentang Om Tio, hanya saja April terlalu bodoh untuk menyadarinya karena terlalu terbuai dengan wajah tampan itu.

Tak lama kemudian terdengar suara motor sport Om Tio meninggalkan rumah April, gadis itu sempat bernafas lega. Entah terlalu malas menunggu April atau memang hari sudah malam, April berusaha memutar otak untuk menghindari Om Tio. Ia tak mungkin terus-menerus berada di rumah ini.

Seperti yang sudah terjadi, Om Tio akan selalu datang dan kedua orang tua April yang tidak tahu apa-apa pasti akan menerima Om Tio begitu saja.

"Mah, April tinggal di mess boleh nggak?"
Kini April dan kedua orang tuanya tengah menyantap sarapan pagi, semalaman penuh April mencari alasan agar yang tepat agar kedua orang tuanya tak menaruh curiga. Tersenyum kikuk menampilkan deretan giginya yang putih, April berharap kedua orang tuanya memberikan ijin.
"Mau ngapain tinggal di mess? Mama sama Bapak di rumah berdua aja." Balas Ibu April, gadis itu menggaruk belakang kepalanya sendiri kembali memutar otak.

"Si Clara ngajakin tinggal di mess bareng, katanga capek kalau harus pulang-pergi rumahnya 'kan jauh." Kata April, mau tak mau kali ini ia harus menumbalkan temannya sendiri.
"Clara minta ditemenin tinggal di mess, banyak juga sih perempuan tinggal di mess. Cuman Clara sendirian di kamarnya." Tambah April, kedua orang tuanya masih diam menyantap makanan. Membuat April makin bingung.
"Hmm, April capek juga pulang-balik kadang sampai di rumah udah malem. Kalau tinggal di mess 'kan enak, tinggal nyeberang gedung udah bisa rebahan sepulang kerja." Tambahnya meyakinkan.
"Emang bisa?" Tanya Ayah April.
"Ya bisa lah." Balas April dengan mantap, April adalah anak tunggal, jelas kedua orang tuanya sangat protektif kepadanya.

"Ya udah, jadi kapan mau pindah?" Tanya Ibunya, kedua bola mata April berbinar seolah tak percaya. Ia menjawab dengan lantang hari ini juga akan pindah, dan tentu saja dengan menggunakan nama Clara agar meyakinkan kedua orang tuanya.

April segera mengirim sebuah pesan teks kepada salah satu teman sekantornya agar menyiapkan satu kamar kosong di mess, beruntung banyak kamar kosong di sana. Dan tak lupa April juga memberitahu Clara tentang hal ini agar temannya itu tidak salah bicara jikalau bertemu dengan kedua orang tua April.

Pada awalnya Clara sempat terkejut, tiba-tiba saja April membuat keputusan seperti ini dan membawa namanya. Namun karena April sambil memohon kepada temannya itu agar membantunya menjauh dari Om Tio, pada akhirnya Clara mau membantunya. April buru-buru memasukan beberapa lembar seragam kerja dan pakaiannya, ia sudah mendapat ijin dari pihak perusahaan dan juga bosnya tentunya dengan alasan agar lebih dekat dengan kantor. Diantar oleh Ayahnya, April berharap tidak bertemu Om Tio di jalan pagi ini.
"Ayo cepetan, 'Pak!" Kata April sembari menoleh ke kanan dan kiri dengan perasaan was-was.
"Iya bentar, ini kopernya ditaruh di depan dulu." Jawab Ayahnya.

Tak lama kemudian mereka pun pergi, April sempat melambai ke arah Ibunya yang tersenyum hangat kepadanya. April pasti akan merindukan Ayah dan Ibunya, seminggu atau sebulan sekali April telah berjanji kepada kedua orang tuanya akan pulang ke rumah. Tentu saja di saat hari sudah malam agar pria yang April hindari tak tahu perihal ini.
Selama perjalanan pun April masih merasa was-was, semoga saja tidak ada penampakan dari Om Tio.

"Nah, sampai!" Ujar Ayah April.
Dengan semangat April menurunkan kopernya dibantu oleh Ayahnya, menaiki tangga karena kamar April berada di lantai tiga bangunan yang berada tak jauh dari kantornya.

"Kamu sendirian di lantai tiga ini?" Tanya Ayahnya saat menengok ke kanan dan kiri semua pintu nampak tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti rak sepatu atau sandal dan sepatu.
"Belum tahu pak, nanti malam 'kan orang-orang baru pulang kerja. Pasti tahu juga entar." Balas April, jujur saja ia tak mengkhawatirkan apapun selain Om Tio untuk sekarang ini.
"Ya udah, temannya mana?" Tanya Ayahnya lagi, April baru tersadar jika ia berkata akan tinggal bersama dengan Clara.
"Hmm, bentar lagi datang. April tunggu di sini aja, Bapak kalau mau pulang, pulang aja!" Kata April seraya tersenyum.
Ayah April pun pulang, sehabis mengambil kunci kamar April kembali ke kamar memasukan kopernya.

Di dalam kamar mess terdapat dua buah ranjang berukuran kecil dan dua buah lemari, terdapat kamar mandi dan juga sebuah televisi dan meja serta kursi kerja. April tersenyum, ia buru-buru membuka ponsel lalu mengeluarkan kartunya. April mematahkan benda mungil itu, tak ingin lagi berkomunikasi dengan Om Tio apapun alasannya. Lagipula semalam April sudah memutuskan hubungan dengan pria itu secara baik-baik, apapun pendapat Om Tio, April tidak perduli. Ia memiliki hidupnya sendiri dan berhak memutuskan apapun keinginannya.

April membenarkan seragam kerjanya, jam sudah menunjukan pukul 7 pagi dan waktunya untuk bekerja. Mungkin sepulang bekerja ia akan berberes kamar dan menata kamar barunya.

Pagi-pagi sekali di kantor April mencari Clara, seperti biasa gadis itu sudah ada di meja kerjanya menyeruput secangkir kopi pagi. Kedua gadis itu nampak bahagia satu sama lain, April sempat berpikir jika Clara akan keberatan karena telah menggunakan namanya. Tapi ternyata Clara malah mendukung April untuk menjauh dari Om Tio.
April hanya berharap semua ini menjadi awal yang baik untuk hidupnya kelak, berharap Om Tio mampu melepaskan dirinya dan menjalani hidupnya seperti biasa. Seolah mereka tidak pernah bertemu sebelumnya, seolah mereka tidak pernah bertemu di lapangan voli kala itu.





***

To be continued

15 Agst 2023

****

AND HAPPLY EVER AFTER.
TAMAT!!!!

Eh belum ye 🤣
Baru mau masuk konflik

Om TioWhere stories live. Discover now