Keluarga April

371 40 2
                                    

Clara terdiam lemas saat pihak kepolisian untuk ke sekian kalinya mendatangi kantor tempatnya bekerja untuk melakukan investigasi, ia adalah orang terakhir yang melihat April setelah gadis itu dinyatakan hilang. Clara tentu tidak mau memberikan pernyataan yang sebenarnya karena waktu itu dirinya berada di rumah kontrakan Om Tio.
"Saudari Clara?"
"Ya Pak?" Clara mencoba untuk tersenyum, namun kali ini bibirnya terasa beku. Terus berbohong ternyata berdampak buruk bagi kesehatan mentalnya, apalagi setelah mengetahui April menghilang dan Clara yakin dalang di balik menghilangnya April adalah Om Tio. Jika saja Clara mau jujur, mungkin pihak kepolisian tidak akan sepusing ini.
"Apakah benar anda tidak mengetahui kapan terakhir kali April berada? Semua orang di kantor ini bersaksi bahwa anda adalah teman dekatnya." Kata salah satu pria yang mengenakan seragam polisi.

April menarik nafasnya dalam-dalam, polisi tersebut yakin jika ada sesuatu yang tidak dikatakan oleh Clara. Karena jawaban Clara selalu berubah-ubah dan hari ini gadis itu seolah menyembunyikan sesuatu.
"Tidak apa, anda bisa mengatakan apa aja. Ini demi orang tua korban, sudah beberapa hari ini orang tua korban berada di Rumah Sakit karena terus memikirkan anaknya." Kata Polisi tersebut berusaha membujuk Clara, menghadapi seorang gadis haruslah lemah lembut, mungkin saja ada asmara yang disembunyikan oleh Clara.

Dan dugaan polisi itu tidak salah, Clara ragu ingin mengatakan kejadian yang sebenarnya. Ia takut dan juga malu jika semua orang apalagi seisi kantor tahu apa yang dilakukannya malam itu di rumah Om Tio sebelum April menghilang, haruskah ia mengatakan bahwa ia tengah menggoda Om Tio dan tidur dengan pria itu selagi April juga berada di rumah kontrakan Om Tio?
Clara tetap ingin mengubur dalam-dalam hal itu, tapi kelihatannya polisi itu sudah tahu jika Clara memberikan kesaksian palsu sedari kemarin dimintai keterangan.
"Maaf, Pak. Saya mau tanya, kalau saya berbohong apakah saya juga akan dituntut?" Tanya Clara memastikan, apakah ia lebih baik dimasukan juga ke dalam penjara atau tetap diam.

"Ya, tentu. Karena menyulitkan pencarian polisi." Jawab polisi tersebut, kedua mata Clara sudah memerah ingin menangis. Mengapa ia bisa ditempatkan di posisi seperti ini? Yang ternyata Om Tio secinta dan seposesif itu terhadap April hingga membawa kabur gadis itu, beruntung bukan dirinya, batinnya begitu.
"Saya akan memberitahu kejadian yang sebenarnya, tapi setelah ini saya tidak akan terlibat lagi." Kata Clara bernegosiasi, polisi itu mengangguk. Clara menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, ia mulai menceritakan bagaimana toxicnya hubungan Om Tio dan April dan yang paling mencengangkan polisi tidak pernah menyadari jika korban memiliki seorang pacar.

"Malam terakhir saya melihat April di dalam kamar Om Tio, pacar April. Dikunciin nggak boleh keluar dari dalam kamar, terus saya diusir gitu aja setelah anu.." Clara tidak berani melanjutkan kalimatnya karena adegannya yang terlalu vulgar, polisi sendiri sampai menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan pria dan wanita jaman sekarang ini. Menggoda kekasih orang lain sementara kekasih orang lain terobsesi dengan temannya sendiri.
"Jadi, hubungan mereka terbilang toxic?" Clara mengangguk membenarkan.
"Toxic yang bagaimana?" Tanya polisi itu.
"Posesif, tempramen.."
"Tempramen?" Polisi itu menaikan sebelah alisnya heran, Clara mengangguk lagi.
"Ya, April pernah bilang dia hampir saja dipukul dan sering dibentak." Kata Clara, gadis itu memberikan kesaksian yang ia tahu saja.

"Tapi orang tua April tidak pernah memberitahu jika April punya pacar." Kata polisi.
"Bapak polisi apakah sudah memeriksa pacarnya, namanya Tio. Saya yakin kalau dia sudah tidak berada di sini, pasti kontrakannya kosong." Tukas Clara, karena sebelumnya Clara sudah pernah beberapa kali mengunjungi rumah Om Tio untuk mencari April. Namun rumah kontrakan itu sudah kosong tak berpenghuni.
"Oke, kami akan ke sana. Semoga aja omongan kamu benar."
"Ya Pak, saya yakin kalau Tio yang bawa April kabur." Kata Clara dengan penuh keyakinan.

Berharap pria itu akan segera tertangkap dan akan dijebloskan segera ke penjara, gara-gara Om Tio, kini Clara harus menanggung malu karena aibnya tersebar.

Sementara di rumah April, Amy dan Nita membantu Ibu April duduk di sofa. Baru saja wanita paruh baya itu keluar dari Rumah Sakit, bahkan pernah koma karena penyakit hipertensi yanh dideritanya. Amy dan Nita yakin semua itu pasti karena memikirkan April.
Amy dan Nita sendiri menyempatkan untuk pulang ke kampung halaman setelah mendengar berita menghilangnya April, Nita sendiri yang tidak menyukai Om Tio langsung berspekulasi bahwa pria itu yang membawa April kabur.

"Kamu udah bilang ke polisi untuk periksa Om Tio juga?" Bisik Amy saat mereka sudah berada di teras rumah April, membiarkan Ibu April beristirahat ditemani oleh Ayah April.
"Belum, habis dari sini pokoknya aku langsung ke kantor polisi. Bisa-bisanya Om Tio lolos dari pemeriksaan polisi, padahal dia pacarnya." Balas Nita yang sedari kemarin emosi.
"Mungkin orang tua April nggak ngomong ke polisi kalau April punya pacar, lagian 'kan selama ini orang tua April nggak tau kalau April ada masalah sama Om Tio." Kata Amy, Nita mengangguk membenarkan. Selama ini April hanya bercerita ke teman-temannya saja, April bukan sosok manja yang selalu menceritakan setiap masalahnya kepada kedua orang tuanya.

"Kontrakannya udah kosong, pasti Om Tio lah siapa lagi? Kalau misalkan bukan Om Tio yang bawa kabur April atau nyulik April, pasti Om Tio udah kebakaran jenggot kalau tau April hilang. Nah ini malah ikut-ikutan menghilang, ya nggak sih?" Ucap Nita.
"Iya bener-bener."
"Tapi kemana ya?" Amy dan Nita bertanya-tanya.
"By the way, yang punya rumah kontrakan itu siapa sih?" Tanya Amy.
"Pamanku, yang di sebelah rumah." Jawab Nita.
"Kira-kira pamanmu tahu nggak sih orang-orang yang ngontrak rumahnya itu asalnya dari mana aja? Atau seenggaknya punya fotocopy KTPnya gitu." Amy berusaha memberikan ide.
"Iya ya, ayok dah kita pergi!" Ajak Nita pergi saat itu juga, sebelum akhirnya pamit kepada kedua orang tua April.

Buru-buru mereka berdua melajukan motor ke rumah Nita, tiba-tiba saja ada mobil polisi terparkir tepat di depan rumah kontrakan Om Tio beserta dengan pemilik rumah yang tak lain adalah Paman Nita.
"Nah, syukurlah polisi udah kesitu, Nit!" Seru Amy.
"Iya. Ayok kita kesana!" Nita dan Amy menghampiri Paman Nita setelah polisi pergi.
"Paman, itu tadi polisi ngapain?" Tanya Nita berbasa-basi.
"Nanya orang yang pernah ngontrak di sini." Jawab pamannya.
"Terus, paman ada datanya?" Tanya Nita lagi langsung to-the-point.
"Ada, langsung paman kasih aja fotocopy KTPnya." Amy dan Nita seolah menghembuskan nafas lega, berharap semoga polisi lekas menemukan April dan membawa temannya itu pulang ke rumah.

****

To be continued

29 Agst 2023

***

Gajadi hidup selamanya deh Om, gregetan Author ☺

Om TioWhere stories live. Discover now