Ulang Tahun

782 81 2
                                    

"Happy birthday, April!"
Seru kedua teman April yang tak lain adalah Nita dan Amy lewat video call bertiga, seperti biasa kedua temannya itu akan menghubunginya pagi-pagi sekali jika ada momen penting seperti ini. Dan April merasa sangat beruntung memiliki kedua teman yang sangat peduli kepadanya itu.

April bahkan masih menguap saat Amy dan Nita menghubunginya pagi ini.
"Makasih! Harusnya kalian berdua pulang ke sini, jadi kita bertiga bisa ngumpul bareng." Sahut April yang sudah beberapa bulan ini tak melihat kedua sahabatnya itu.
"Iya nih, kemarin pas tahun baru mau pulang. Tapi nggak jadi karena nggak ada tumpangan, hehehe!" Kata Amy.
"Kalau kamu kenapa nggak pulang, Nit?" Tanya April.
"Biasalah, sibuk nugas! Males juga mau pulang terus balik lagi, capek tau nggak!" Kata Nita, April tersenyum tipis memahami keadaan kedua temannya itu. Kelak ia yakin mereka bertiga pasti akan bertemu dan berbincang lagi.

"Ya udah, nggak apa-apa! Lain kali bisa ngumpul lagi." Ucap April.
"Dapet kado apa dari Om Tio, Pril?" Tanya Nita tiba-tiba, April terdiam sejenak seraya berpikir. Tak terasa, hampir dua tahun sudah hubungan mereka berlangsung. Tahun kemarin saat April berulang tahun pria itu tidak memberi apapun bahkan tidak mengucapkan selamat ulang tahun kepada April, padahal Om Tio tahu persis tanggal dan bulan serta tahun kelahiran April. Entah pria itu memang tipe pria yang acuh atau bagaimana, April sendiri tidak pernah meminta apapun terhadap pria itu selain kasih sayang yang permanen dan tentu saja kesetiaan.
"Nggak dikasih apa-apa, hehehe!" Jawab April sembari meringis.

"Duh! Tahun kemarin juga nggak dikasih apa-apa, sebenernya kalian itu pacaran nggak sih?!" Celetuk Nita yang selalu ketus terhadap apapun apalagi soal Om Tio.
"Udah lah! Itu 'kan urusan hubungan mereka, kok kamu yang sewot." Sahut Amy yang selalu berusaha membela April, terlebih ia merasa kasihan kepada sahabatnya itu karena terlalu banyak disakiti oleh Om Tio. Amy masih tidak mengerti mengapa sampai detik ini April masih setia bersama dengan pria itu sementara dirinya dan juga Nita masih menjomblo.
"Ya udah, aku mau bangun dulu nih. Mau berangkat kerja, sambung ntar malem lagi ya!" Ujar April lalu mematikan sambungan telepon untuk segera bergegas membersihkan diri.

Hari-hari seperti biasa April lalui, beberapa rekan kerjanya yang mengetahui bahwa hari ini adalah hari lahir April mengucapkan selamat kepada gadis itu. Tentu saja hal itu membuat April merasa terharu, tapi sampai detik ini. Pria yang selalu dekat dengannya dan bahkan selalu ada setiap hari dengannya, tak kunjung memberi ucapan selamat kepadanya. April bolak-balik mengecek ponselnya hanya demi memastikan pria itu mengirim pesan ucapan meski hanya tiga kata, 'selamat ulang tahun!'.
Tapi ternyata tidak ada!
Tahun ini April kembali tersenyum pahit, merasa iri dengan beberapa teman kerjanya yang selalu diberikan kado bagus oleh pasangan mereka.

Sementara April tidak pernah seperti itu..
April bukan tipe wanita yang menginginkan harta atau yang biasa disebut matre, tapi ia hanya ingin sebuah ungkapan kasih sayang dari pria itu yang salah satunya adalah menunjukan kepeduliannya kepada April apalagi di hari ulang tahunnya seperti ini. Tapi seperti biasa pria itu selalu bersikap acuh seolah tak perduli pada apapun, dengan bahu tertunduk lesu April pulang ke rumah seperti biasa dijemput oleh Om Tio. Masih bersikap seperti biasa saja seolah hari ini bukan hari yang spesial untuk April, gadis itu sendiri hanya diam tak ingin terlalu banyak menuntut jika Om Tio tak bersedia memberinya sekedari ucapan singkat.

Sampai di rumah April, Om Tio langsung pulang ke rumah karena juga baru saja pulang bekerja, sama seperti April. Tak ada percakapan yang menarik sama sekali, hanya percakapan biasa. Hari ini terasa menyenangkan jika berada di kantor, tapi saat bertemu dengan Om Tio dan pulang ke rumah. April merasa bosan. Kedua orang tua April sempat memberi kejutan sebuah kue ulang tahun kepada gadis itu, April merasa terharu. Setelah itu, gadis itu membersihkan diri setelah itu mengenakan baju tidur, tapi saat April menaiki ranjang dan merebahkan diri di atas ranjangnya.

April mengingat sesuatu..
Sesuatu yang pernah Om Tio janjikan beberapa bulan yang lalu, sesuatu yang Om Tio janjikan akan melakukannya setelah April berusia tepat dua puluh tahun. Dan hari ini, gadis itu tepat berusia dua puluh tahun. April segera mengambil ponselnya, menekan tombol panggilan di kontak bernama 'My Om' guna menghubungi pria itu. Tapi beberapa kali April mencoba menghubunginya, Om Tio tak kunjung menjawab. Membuat April bertanya-tanya apa yang sedang pria itu lakukan di sana sampai tidak bisa menjawab telepon April.
April berpikir keras, dari pada ia bertanya-tanya dan hanya mencari pria itu di dalam rumah. Lebih baik April mengunjungi langsung ke rumah Om Tio.

April meminta ijin kepada kedua orang tuanya untuk keluar sebentar, lalu menuju ke rumah kontrakan Om Tio menggunakan sepeda motornya. Cukup jauh perjalanan, apalagi hari sudah malam dan angin dingin menembus pakaian yang dikenakan oleh gadis itu.
Sesampai April di rumah Om Tio, ia melihat motor sport pria itu terparkir manis di depan rumahnya. Itu berarti, Om Tio ada di rumah dan tidak pergi kemana-mana seperti yang ada di dalam pikiran April. April mengetuk pelan pintu rumah pria itu, cukup lama ia menunggu. Entah apa yang sedang pria itu lakukan di dalam sana.

Tak lama kemudian pintu terbuka, menampilkan pria itu yang hanya mengenakan celana boxer terlihat bingung dengan kehadiran April.
"Heh, sama siapa ke sini?" Tanya Om Tio setelah memastikan dengan benar yang ada di hadapannya saat ini adalah gadisnya.
"Sendiri." Jawab April.
"Naik motor?"
"Iya lah, emang ada denger suara pesawat tadi?" Sahut April.
"Kok nggak bilang mau ke sini? Tau gitu 'kan Om jemput aja." Kata Tio yang langsung menarik bahu gadis itu secara perlahan agar masuk ke dalam rumah.
"Dari tadi nelpon Om Tio, tapi nggak diangkat." Ucap April.
"Oh, Om nggak denger. Lagi beres-beres rumah." Kata pria itu.

April hanya mengangguk, sementara Tio menatap gadis itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dahinya terlihat mengernyit heran melihat April yang hanya mengenakan setelan baju tidur.
"Kok pake baju ginian?" Kata Tio mulai membuat April merasa jengah, padahal tujuan gadis itu datang kemari hanya untuk menagih janji Om Tio.
"Dah lah, nggak usah ngurusin baju! April ke sini cuman mau nagih satu kado ke Om Tio." Kata April.
"Kado, buat apa?" Tanya Tio seolah tak mengerti.
"Hari ini 'kan ulang tahun April!" Seru gadis itu.
"Oh, ya udah minta kado apa?" Jawabnya dengan enteng sementara April menghembuskan nafas kasar.
"Kado yang Om janji'in beberapa bulan yang lalu." Ucap gadis itu dengan lantang dan membuat Tio pada akhirnya terdiam.



***

To be continued

15 Okt 2022

Om TioWhere stories live. Discover now