Peran

457 47 10
                                    

Hari-hari berlalu seperti biasa..
Setiap pagi Tio mengantar Theo sekolah lalu pergi bekerja, sementara April di rumah mengurus segala keperluan rumah tangga dibantu oleh ART. Tidak ada percakapan yang serius antara Tio dan April, hanya sekedar berbicara seadanya jika benar-benar perlu atau sedang bersama dengan Theo. Pergi berbelanja bulanan bertiga bersama Theo, tidak ada yang menarik. Dan April merasa lega akan hal itu, tidak ada yang membuatnya bisa terkena serangan jantung mengingat sifat dan watak Tio yang buruk. Tio memenuhi semua kebutuhan April seperti seorang suami pada umumnya, meskipun pria itu tak pernah menuntut apapun kepada April sebagai seorang istri yang harusnya melayani suami.

Sampai suatu hari..
Theo pulang sekolah diantar oleh gurunya, mengetuk pintu pagar yang terkunci. Beruntung ART sedang berada di luar menyirami tanaman, April yang berada di dapur mendengar suara Theo langsung menuju keluar rumah.
"Loh, kok pulang sendiri? Ayah mana?" Tanya April.
"Ayah nggak jemput lagi, Bu Guru yang nganter pulang!" Seru Theo seraya membanting tas sekolah dan melepas kasar sepatunya, sepertinya bocah itu kesal karena menunggu Ayahnya menjemputnya. Terbukti dari waktu pulang sekolah yang kelewatan.
"Theo nungguin di pagar sekolah, lama banget! Ayah nggak jemput, akhirnya Bu Guru nawarin mau anter Theo. Ya udah, Theo ikut aja!" Jelas Theo, membuka pintu kamarnya dengan kasar.

April hanya bisa menghela nafas kasar, perangainya persis seperti Ayahnya jika marah. April hanya bisa memungut tas, sepatu dan kaos kaki yang berserakan di atas lantai.
Ini bukan kali pertama Tio tidak menjemput Theo sepulang sekolah, beberapa hari lalu April menyuruh ART untuk melihat ke sekolah Theo karena bocah itu belum pulang. Dan benar saja, Theo menunggu di sekolah seorang diri hanya ditemani seorang guru sampai ada pihak keluarga yang menjemput Theo. Semakin hari semakin sering, Tio seolah sibuk tapi anehnya tidak memberi kabar kepada April. Harusnya jika pria itu benar-benar sedang banyak pekerjaan, ia bisa memberitahu April agar Theo tak menunggu terlalu lama di sekolahnya.

Belakangan April memang jarang bertatap muka dengan Tio, selain jarak kamar mereka yang jauh. Kamar Tio di atas sementara kamar April di bawah, April juga selalu menghindar jika pria itu ada di rumah. Tapi kali ini, ia harus bicara dengan Tio perihal anak mereka.

Sampai malam, April menunggu Tio pulang. Duduk di sofa ruang keluarga yang persis ada di depan kamar April, jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, Theo dan bahkan ART sudah tertidur masing-masing di kamar mereka. Dahi April berkerut bingung, apakah Tio selalu pulang selarut ini? Karena April tidak pernah sama sekali terjaga hingga larut malam. Biasanya, seusai menidurkan Theo, April pun langsung kembali ke kamarnya untuk tidur.

April menghela nafas kasar, bahkan sampai tengah malam menunggu Tio tak kunjung pulang. Sembari menguap dan hampir tertidur di atas sofa, April berusaha untuk tetap terbangun karena hal ini begitu penting ia sampaikan kepada Tio.

Sampai akhirnya jam menunjukan pukul satu malam...
Suara mobil akhirnya tiba di halaman, akhirnya setelah ini April bisa tertidur karena saking mengantuknya. April tidak biasa tidur terlalu larut malam seperti ini.
Tapi tiba-tiba, entah mengapa seperti ada yang aneh di pendengaran April.

Seperti suara seorang wanita yang tertawa di luar sana, sontak hal itu membuat rasa kantuk April hilang seketika. Tak lama terdengar suara ketukan kaki memasuki rumah, tapi bukan hanya sepasang kaki seolah hanya satu orang yang masuk ke dalam rumah. April menunggu hingga suara ketukan kaki itu tiba di ruang keluarga.

Dan benar saja..
Yang ia tunggu sedari tadi memang sudah pulang, tapi Tio menggandeng seorang wanita berpakaian seksi. April yang melihatnya hanya bisa terdiam terpaku, mereka berdua melewati April yang duduk di sofa begitu saja seolah April tak ada di sana. Menaiki tangga dan sudah jelas mereka menuju ke kamar Tio.

Bau semerbak alkohol bercampur parfum tercium oleh April, terlihat jelas jika pria itu sedang mabuk begitu pun dengan sang wanita yang tidak April kenal. Pintu kamar Tio tertutup dengan kencang diiringi dengan suara tawa wanita itu lagi. April buru-buru naik ke lantai atas menuju kamar Theo, khawatir jika anaknya akan terbangun dan mendengar suara wanita lain di kamar Ayahnya.

Tapi beruntung saat April membuka pintu, Theo masih tertidur dengan pulas dan sama sekali tidak terganggu dengan suara tawa wanita itu. Namun suara tawa itu tiba-tiba tergantikan dengan suara desahan dan geraman Tio.

Ada suara kecupan yang April dengar dan hal itu sontak membuat dada April terasa sesak seolah diremas dengan kuat, ia memegangi dadanya sendiri. Suara desahan makin kuat diiringi dengan suara tawa seolah mereka berdua benar-benar bahagia.

April yang baru tersadar bahwa ia tak boleh terlalu jauh membawa perasaannya, karena sejatinya ia hanya menjalankan sebuah peran sebagai Ibu. April menarik selimut Theo untuk menutupi sebagian tubuh anak itu, kembali menutup pintu kamarnya secara perlahan berharap agar Theo tidak terbangun mendengar suara yang cukup nyaring dari kamar Ayahnya. April berniat kembali ke dalam kamar melewati kamar Tio yang masih berisik dengan suara erangan nikmat.

April sampai menutup telinganya tak mau mendengar suara yang mampu menggetarkan hatinya tersebut, kedua mata April sampai memerah bukan karena rasa kantuknya tadi, tapi karena menahan perasaan sedih dan air mata yang seolah ingin keluar.
Sampai di dalam kamar April menutup pintu lalu duduk di pinggiran ranjang, dengan nafas berat ia berusaha mengatur perasaannya dan menyadarkan dirinya bahwa pria itu bukanlah miliknya lagi seperti dulu. Ini hanya sebuah pernikahan yang dilandasi oleh perjanjian, hanya ingin membahagiakan Theo dan tidak lebih. Walaupun sulit April terima, nyatanya hal itu sudah terjadi dan mau tidak mau, April harus menerimanya.

Suara erangan itu terdengar lebih kuat dari sebelumnya, Tio menekan kedua pipi wanita itu dengan kuat membayangkan di bawahnya adalah April. Ia sampai menyebut wanita yang ia temui di klub malam itu dengan nama April saat Tio sudah berada di puncaknya, terjatuh di atas wanita itu dengan bermandikan peluh. Namun saat menyadari wanita itu bukanlah April, Tio segera menyuruh wanita itu untuk pergi dan Tio tertidur di atas ranjangnya.
Marah tentu saja, wanita itu mengumpat seraya mengenakan pakaiannya kembali lalu meninggalkan Tio yang terbaring setelah pelepasannya ditambah rasa sakit kepala karena setengah mabuk. Tio meraba ranjangnya sendiri, ada tempat kosong yang harusnya ada April di sana sementara ia tidak dapat membuat April berada di sebelahnya.

***

To be continued

17 Sept 2023

****

Huft! Part ini sangat² membuat Author sesak nafas 😭

Om TioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang