Teman Kantor

1.5K 98 10
                                    

"Hari ini jangan pulang duluan ya, soalnya si Bos lagi ulang tahun jadi ada traktiran!" Seru salah satu teman sekantor, April yang duduk termanggu memandangi layar komputer dengan pikiran melayang entah kemana sedikit terkejut. Semua orang yang ada di kantor terlihat sangat antusias jika ada acara kecil-kecilan seperti ini dan traktiran, selalu seperti itu. April pun sebenarnya begitu, tapi ia tak ingin membuat Om Tio menunggu karena malam hari ini pria itu pasti datang ke rumah.

Dan Om Tio pasti tidak akan suka jika April ikut..
"Ayo, Pril!" Seru Clara yang langsung menarik lengan April untuk mengikuti rombongan yang sedang menuju pantry tersebut, April sebenarnya ingin menolak. Tapi gadis itu bukanlah seseorang yang mudah memberi penolakan begitu saja, April yang selalu merasa tidak enakan dan tidak tega.
"Tapi Ra, aku harus segera pulang!" Ujar April saat Clara terus menarik lengannya dan hampir menuju pantry.
"Ahh, masa nggak mau ngumpul kaya gini. Jarang-jarang loh kita semua sekantor bisa ngumpul kaya gini." Ucap Clara, seolah melupakan kenyataan bahwa hal ini akan menjadi masalah besar bagi April.

April tak tega melepaskan tangan Clara dari lengannya, hingga pada akhirnya Clara membawa April duduk bersama dengan beberapa karyawan kantor lainnya. Bercengrama menunggu makanan datang, "weh! Gini dong kalo ngada'in acara makan-makan, makanannya nggak ada yang nggak enak!" Seru salah satu pria yang duduk di hadapan April.
"Ya memang harusnya gitu kalo bos besar yang ulang tahun." Sahut teman lainnya.
Sementara April rasanya tak berselera makan, apalagi setelah mengetahui bahwa ponselnya tertinggal di meja kerjanya. Akan lebih sulit meyakinkan Om Tio kalau sudah begini, dan jika sudah seperti ini April tidak bisa pergi begitu saja dan dilihat banyak orang.

Seolah April tak menghargai bos besar yang sedang berulang tahun hari ini..
"Ayo dimakan!" Seru Clara, April hanya mengangguk lalu memakan makanannya. Mendengar semua orang terlihat saling bercengkrama dengan canda tawa, dan April tidak bisa menghilangkan ketakutannya jika Om Tio kembali marah padanya.
Pak Bos yang bernama Mr. Pete sedang berpidato, membuat semua orang yang tadi saling berbicara menjadi terdiam mendengar bos besar mereka. April melihat ke arah jam dinding, waktu menunjukan pukul tujuh malam. Dan pidato ini akan memakan waktu lebih lama lagi membuat April tidak sabar ingin pulang sekarang juga.

Beruntung hari ini April membawa kendaraan sendiri. Jika tidak, mungkin Om Tio akan menunggunya terlalu lama di luar kantor April.
"Masih lama ya?" Bisik April pada Clara yang tengah fokus mendengar ucapan Mr. Pete yang sudah seperti pidato itu, hanya karena ini adalah hari ulang tahun pria itu, Mr. Pete terlalu terharu meski tidak ada yang memberinya ucapan.
"Sssttt!" Sahut Clara tak melirik sedikit pun ke arah wajah April yang sudah sangat panik, namun berusaha gadis itu tahan.
April menghembuskan nafas kasar, berdoa dalam hati agar Mr. Pete segera menyelesaikan acara ini agar ia bisa segera pulang.

Tapi ternyata, setelah pidato yang April sendiri tidak paham isinya. Semua orang masih di sana dan kembali bercengkrama, membuat gadis itu merasa bingung.
"Raa, barengan keluar yuk! Aku mau pulang." Ujar April meminta bantuan kepada salah satu gadis yang kini dekat dengannya itu.
"Kok mau pulang? Makanannya masih banyak, tuh pencuci mulutnya aja bentar lagi nyusul." Sahut Clara.
"Duh, bukan masalah itu!" April berusaha meyakinkan Clara.
"Jadi?"
"Pacarku bakal nyari'in." Kata April dengan raut wajah yang benar-benar khawatir.
"Ya terus? 'Kan kamu bisa ngasih tau kalau kita lagi ada acara di kantor-" seketika Clara terdiam di akhir kalimatnya lalu memandangi wajah April.

Wajah gadis cantik yang baru saja bercerita panjang lebar siang tadi tentang pacarnya yang super posesif itu.
"Ya ampun, April maaf banget aku lupa!" Seru Clara.
Pada akhirnya, kedua gadis itu keluar dari ruangan pantry dengan memasang wajah tembok seolah tak perduli dengan tatapan tajam beberapa orang ketika mereka meninggalkan pantry.
Clara segera membantu April, setengah berlari menuju meja kerja April dan mengemasi semua barang-barangnya ke dalam tas.
"Mau aku antar pulang?" Ujar Clara memberi penawaran.
"Hah, nggak usah! Aku bawa motor sendiri kok, kamu balik aja lagi ke pantry kalau masih mau ngumpul sama yang lain." Kata April.

"Yakin? Nggak apa-apa pulang sendirian? Gelap loh!"
April tersenyum meski saat ini ia khawatir, "nggak apa-apa, udah biasa kok." Jawabnya, Clara lalu mengangguk sebelum akhirnya kembali ke pantry dan meninggalkan April seorang diri di dalam ruangan yang sepi dan sunyi itu.
April mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja, terdapat puluhan panggilan tak terjawab dan beberapa pesan singkat. Yang tak lain adalah dari Om Tio, April dapat melihat dari pesan teks yang dikirim oleh Om Tio pertanda pria itu sedang marah besar.
Tak apa, April akan mendatangi Om Tio di rumahnya setelah pulang nanti dan meminta maaf kepada pria itu.

Meski menjelaskan sesuatu kepada Om Tio tidak semudah menjelaskan sesuatu kepada seorang teman, Om Tio tidak selalu percaya kepada April. Tidak sebelum pria itu mendapatkan bukti-buktinya sendiri, tapi lama-kelamaan April sudah tahu bagaimana karakter dan sifat Om Tio. Dan ia juga akan menerima apapun termasuk kemarahan Om Tio kepadanya nanti, di sepanjang perjalanan pulang April tengah memikirkan kalimat apa yang tepat untuk memberi penjelasan kepada Om Tio. Otaknya sibuk mengatur kalimat-kalimat itu agar tidak membuat Om Tio bertambah marah, April sengaja tak membalas pesan singkat dari Om Tio dan memilih untuk mengabaikannya saja.

Karena sepertinya akan jauh lebih meyakinkan jika April memberitahunya sendiri secara langsung, tapi sebelum itu April pulang ke rumahnya sendiri untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian. Lalu ia akan segera mendatangi Om Tio di rumahnya, tak perduli jika pria itu akan menghukum atau memukul bokongnya lagi.
April berbelok ke rumahnya sendiri dan terkejut melihat motor sport milik Om Tio ternyata sudah terparkir manis di halaman rumah April, dan sang pemilik berada di teras rumah seperti biasa duduk di sana seorang diri. Dengan tatapan tajamnya yang tak berkedip sedikit pun, seakan menusukan pisau belati tepat ke arah jantung April.
April hanya bisa mengumpat dalam hati dan berharap pria itu tidak akan marah besar kepadanya setelah ini, karena April teringat akan kalimat Clara siang tadi. Bahwa pria seperti Om Tio tidak akan melepaskan pasangannya dengan mudah..



***

To be continued

23 Okt 2022


***

Author mau hiatus dulu story ini ya
Sampai waktu yg tidak bisa Author janjikan
Krn ada sesuatu yg mendadak, jadi tulisan belum bisa dilanjut..

Mohon pengertiannya...

Kalau sudah bisa lanjut nanti pasti akan ada notif dari story ini, yg masih mau menunggu terimakasih banyak 🙏

See u guys

Om TioWhere stories live. Discover now