Penolakan

662 58 7
                                    

"Seseorang yang punya rasa sayang berlebihan bisa menjadi posesif dan obsesi, lama-kelamaan rasa sayang itu bakal hilang apalagi kalau pasangannya nggak bisa nurut dan ngebantah apa yang dia mau..."

"...dan kalau sudah seperti itu, pasangannya bakal ngerasa nggak nyaman dan akhirnya milih putus atau pisah. Tapi nggak semudah itu, karena pasangannya sudah nerima dia dari awal. Sampai kapan pun, kalau rasa obsesi itu masih ada. Kamu nggak akan pernah bisa lepas!" Jelas Clara, di akhir kalimat gadis itu tersenyum sinis ke arah April. Entah pengalaman atau bukan, April seolah yakin dengan perkataan Clara barusan. Dan setelah mendengar hal itu April hanya bisa terdiam lesu.

_____

Di bawah guyuran air April berdiri, memikirkan kalimat-kalimat Clara yang masih terngiang di otaknya. Apakah Om Tio seperti yang Clara katakan? Pria itu masih duduk di teras, April melewati tatapan tajam yang sudah bisa April artikan bahwa pria itu sedang marah padanya karena pulang kantor lewat dari waktunya.

Bukan alasan atau penjelasan yang April pikirkan saat ini, tapi tentang watak Om Tio yang semakin hari semakin menunjukan taringnya. April sadar ia sudah memberikan segalanya, tapi itu demi rasa cintanya. Dan entah mengapa perlahan rasa itu mulai luntur, akibat sikap Om Tio yang semakin posesif.

"Diminum tehnya!" Ucap April seperti biasa meletakan secangkir teh dan makanan kecil di meja, selesai mandi gadis itu terlihat segar dan wangi. Om Tio akhirnya bertatapan dengannya, kedua sorot matanya masih sama seperti tadi. Terlihat kejam seolah menahan amarah, April sudah bisa menduga jika mereka berdua ada di rumah Om Tio, pria itu pasti akan meluapkan amarahnya.

Berhubung saat ini mereka berdua ada di rumah April, jadi saat ini mereka hanya bisa diam.
"Kenapa telfon gak diangkat?" Tanya pria itu dengan nada yang sangat pelan.
"Di kantor lagi ada acara makan-makan gitu, soalnya bos besar lagi ngerayain ulang tahun." Jelas April.

"Terus ikut makan-makan juga?" Tanya Om Tio lagi, April mengangguk pelan. Tak ingin bohong karena pria itu pasti akan segera mengetahuinya.
"Deket-deketan ama cowok?" Kali ini suara Om Tio mulai meninggi, April yang mulai merasa jenuh menghela nafas kasar seraya memutar kedua bola matanya. Ini kali pertama ia melakukan hal itu di hadapan Om Tio.

"Kok malah hela nafas, ya dijawab!" Kata Om Tio.
"Enggak, duduknya di samping Clara mepet dinding!" Jawab April setengah kesal.
Setelah itu Om Tio hanya diam beberapa menit, hening membuat April mulai bosan dan bertanya-tanya apakah Om Tio mendiamkannya begitu saja?

Di sela keheningan itu, tiba-tiba ada sebuah sepeda motor berhenti tepat di depan rumah April. Sorot lampu motor menyilaukan pandangan April dan Om Tio yang duduk di teras rumah, tak lama mesin motor dimatikan dan otomatis sorot lampu juga mati. April mencoba melihat siapa yang ingin bertamu ke rumahnya, ternyata seorang pria. Turun dari motornya membawa sebuah kantung di tangan sebelah kirinya, berjalan menuju April sambil mengucapkan salam sebelum memasuki teras rumah.
"Lah, Mas Dian. Kok tahu rumah April? Sini masuk!" Ujar April yang tak menyangka teman kantornya itu datang tiba-tiba.

"Udah di sini aja, mau nganter makanan ini ada banyak lebihan tadi. Dari pada dibuang, kata Mr. Pete dibagikan aja ke orang-orang kantor. Ini punya kamu ya!" Seraya menyerahkan kantung tadi kepada April.
"Wah! Makasih ya udah dianterin!" April tersenyum hangat setelah beberapa menit tadi terdiam tak tersenyum. Melihat senyuman April kepada teman sekantornya jelas membuat Tio terbakar api cemburu, meskipun itu hanya sebuah senyuman kecil.
"Ya udah aku pulang dulu, udah kemaleman ini." Kata Mas Dian.
"Jadi cuman nganter punyaku doang ini?" Tanya April.
"Ya iya, 'kan cuman kamu yang pulang duluan tadi." Balas Mas Dian, April hanya mengangguk masih tersenyum manis ke arah Mas Dian.

"Mari mas!" Ujar Mas Dian kepada Tio yang hanya duduk mendengarkan obrolan asik kedua orang itu. Merasa tak digubris oleh Tio, Mas Dian lalu pergi begitu saja menggunakan sepeda motornya. Sementara April yang menyadari raut wajah Om Tio lalu kembali duduk di kursi seraya meletakan kantung yang dibawakan Mas Dian.
"Mas Dian itu temen kantor, repot banget bawain kaya gini segala. Padahal April udah makan tadi di sana!" Kata April berusaha memecah keheningan dan meluluhkan amarah Om Tio, walau ia tahu hal itu tidak akan berhasil. Om Tio masih saja diam seolah tak ingin membuka bibirnya.

Masih teringat wajah cantik yang tersenyum manis kepada teman sekantornya itu, teman sekantor yang cukup tampan dengan postur tubuh tinggi dan kulit putih. Sikap ramah dan juga berpenampilan rapih, berbeda jauh dengan Tio yang terlihat urak-urakan dengan kulit sedikit kecoklatan. Terbesit di pikiran Tio untuk menghamili April sekarang juga agar gadis itu menjadi miliknya saja dan tidak usah bekerja dan berinteraksi dengan banyak orang. Tapi gadis itu baru saja bekerja dan masih berusia dua puluh tahun.
Segala pemikiran berkecamuk di kepala Tio, sembari menghembuskan asap rokok ia mulai frustasi.
"Kalau mau bengong, pulang aja!" Bentak April meski dengan suara yang pelan.

Seketika itu juga Tio tersadar dari lamunannnya..
"Pulang aja deh! April juga udah mau tidur, udah malem!" Kata April, ketika gadis itu beranjak dari duduknya Tio segera menarik lengan gadis itu.
"Besok Om anter aja ya!" Kata Tio.
"Gak usah, April bisa bawa motor sendiri!" Kata April ketus.
"Ngeyel banget sih nih anak, besok pokoknya Om anter!" Kata Tio, lalu melepaskan lengan April dan mengambil kantung yang dibawa Mas Dian tadi.
"Loh, itu 'kan punya April!" Kata April.
"Nggak bagus ini, ada peletnya!" Sahut Tio yang melenggang pergi begitu saja ke arah motor sportnya lalu meninggalkan rumah April.

April hanya bisa menghela nafas kasar, ia kembali ke kamarnya setelah menutup pintu dan membereskan meja di teras. Entah mengapa kini April mulai ragu terhadap Om Tio, meski ada perasaan sayang karena April sudah merelakan segalanya termasuk kuliah dan juga dirinya sendiri. April berharap tidak ada kata terlambat jika ia terjun lebih dalam menjalin hubungan dengan Om Tio.
Gadis itu masih labil dan belum bisa berpikir dengan jernih, masih ada perasaan cinta untuk Om Tio meski sekarang pikirannya dipengaruhi oleh kalimat-kalimat Clara di kantor siang tadi. Apakah April tidak bisa lepas dari Om Tio? Lalu, mengapa April ingin lepas dari Om Tio jika tidak ada masalah antara mereka berdua?



***

To be continued

22 July 2023

***

Yeay! Om Tio is back! 🥰

Mon maap kelamaan ya gaes, kalau lupa alurnya boleh dibaca dari bab 1 sambil remind lagi hubungan antara Om Tio dan April..

Ehehehe, terimakasih yang setia menunggu Om Tio 😘

Om TioWhere stories live. Discover now