Cium aja!

1K 92 8
                                    

Masuk ke dalam rumah Om Tio dengan perasaan canggung, Tio sendiri merasa bingung harus memulai dari mana karena April bukan wanita dewasa yang sudah paham bagaimana melakukan sesuatu yang intens. Pria itu menggaruk tengkuk belakangnya sendiri yang terasa tidak gatal setelah melepas jaketnya dan membuangnya ke atas sofa, sementara April menghindari sofa yang membuatnya merasa mual mengingat sesuatu. Berjalan ke sana kemari melihat-lihat koleksi foto yang terpajang di dinding rumah itu.
"Ini bukan rumah Om Tio tapi fotonya banyak juga ya!" Seru April, ia tiba di sebuah foto yang memperlihatkan pria itu mengenakan seragam sekolah sembari memegang bola voli.

Terlihat dengan jelas wajah pria itu masih muda sekali, Om Tio ternyata memang sudah menggemari permainan bola voli semenjak sekolah, persis seperti April.
"Emangnya kalau bukan rumah sendiri, nggak boleh ngatur di dalamnya gitu?" Sahut Om Tio, April hanya menyunggingkan senyum mendengarnya.
Secara perlahan, Tio mulai mendekati April. Berdiri tepat di belakang gadis itu yang masih sibuk memperhatikan setiap foto yang terpajang indah di dinding, April sudah tahu dan bisa merasakan pria itu ada di belakangnya. Dengan sengaja April mundur dan membentur dada bidang itu, ia berbalik badan seraya mendongak menatap wajah Om Tio karena tinggi April hanya sebahu pria itu.

"Yang tadi gimana?" Tanya April dengan polosnya, membuat Tio ingin tertawa namun berusaha ia tahan agar tak menyinggung gadis itu. Jika wanita dewasa tidak akan terlalu banyak berbasa-basi dan langsung melakukan apa yang mereka inginkan sesuka hati, tapi tidak bagi April. Gadis itu masih terlalu sopan dan tidak tahu apa-apa soal ini, tapi entah mengapa April malah menagih Om Tio setelah malam kemarin. Padahal, kemarin malam Tio terbilang kasar karena terbakar emosi. Tapi gadis itu malah menyukainya dan menginginkannya lagi, membuat Tio bingung harus memulainya dari mana.
Tio lalu mendekatkan bibirnya ke arah April, gadis itu sempat kaget hingga memundurkan wajahnya sedikit.

Namun begitu mengingat apa yang ia minta kepada pria itu, April akhirnya diam dan pasrah. Om Tio makin mendekat, sontak saja April lalu menutup kedua matanya dengan bibir sedikit terbuka. Tapi bukannya bibir yang April rasakan, ia merasa dahinya yang tertutup poni dikecup oleh bibir Om Tio dengan perlahan seolah tengah mencurahkan kasih sayangnya.
April segera membuka kedua matanya, memasang wajah bingung seraya mengernyitkan dahi. Bertanya-tanya dalam hati apa pria itu tak paham apa yang April inginkan?
"Kok di dahi?" Tanya April memastikan.
"Iya, cium 'kan?" Om Tio bertanya balik, gadis itu mengangguk namun memasang wajah masam.

"Iya, tapi bukan di situ!" Ujar April sembari menghentakan kedua kakinya, terasa gemas bagi Tio. April layaknya gadis remaja yang menginginkan sesuatu dan tidak dituruti oleh Tio, sedangkan Tio memang sengaja memberi kecupan di dahi gadis itu dari pada bibirnya. Karena Tio takut jika ia tidak bisa mengendalikan dirinya malam hari ini, terlebih Tio hanya tinggal sendirian di rumah yang besar ini.
"Jadi dimana?" Tanya Om Tio lagi untuk memastikan, sebenarnya ia hanya ingin mengulur waktu. Tapi Tio sadari jika semakin lama dirinya mengulur waktu dan tidak memberikan apa yang April minta, sampai kapan pun gadis itu akan menagihnya.

Awalnya Tio merasa ragu, tapi godaan bibir ranum yang masih berwarna peach itu berhasil menghancurkam iman dan keyakinan Tio. Hingga pada akhirnya, Tio mendaratkan kecupan ringan di bibir gadis itu yang terasa manis dan kenyal. Sangat memabukan, membuat Tio ingin menjadi gila saat ini juga. Tio tidak bisa diam saja tanpa melakukan apapun, tidak hanya kecupan-kecupan kecil yang ia berikan kepada gadis itu. Tapi akhirnya ia melumat bibit kenyal yang masih belum bisa menggunakan bibirnya itu untuk berciuman. Tapi tak apa..
Tio akan mengajari April dengan menarik kedua pipi dan dagu April menggunakan kedua tangannya, sangat intens dan menggairahkan.

Dan inilah yang April inginkan sedari tadi, tapi pria itu baru melakukannya malam hari ini juga. Pada akhirnya Tio melakukannya juga, melumat bibir gadis itu dan tidak memberikan kesempatan pada April untuk segera menghirup udara segar yang akan mengisi paru-parunya. Membuat desahan kecil keluar dari bibir April dan mengganggu pendengaran Tio, pria itu menggeram keras menahan sesuatu yang berusaha keras ia tahan sedari tadi. Nafas Tio mulai berat, begitu pun dengan April. Semakin lama gadis itu bisa mengimbangi ciumannya bersama dengan Om Tio, pria itu menggoda April dengan memasukan lidahnya dan bermain di sana cukup lama.

Saling bertukar saliva sepertinya April mulai menyukai hal ini, tapi semakin lama bibir April menjadi sedikit perih karena Om Tio menggigit bibirnya sesekali karena merasa gemas dan tidak tahan. Tak lama kemudian April merasa ciuman ini semakin menuntut, Om Tio mulai memegang kedua bahu April lalu kedua tangan kekar itu mulai menjelajahi seluruh tubuh April yang mengakibatkan rasa panas yang April sendiri tidak tahu mengapa. Lalu, tiba-tiba saja Om Tio mendorong tubuh April dengan kasar tanpa melepaskan pagutan bibir mereka berdua. Om Tio bahkan menahan tengkuk leher bagian belakang April agar tak melepaskan ciuman mereka, menuju sebuah ruangan yang ternyata adalah kamar tidur Tio.

April membuka kedua matanya saat baru menyadari jika pria itu membawanya kemari, bingung namun sesuatu kembali terjadi yang membuat April terkejut setengah mati. Pria itu memang melepaskan ciumannya di bibir April, tapi tiba-tiba saja Om Tio mendorong tubuh April ke atas ranjang dengan sekali hentakan. April terjatuh telentang di sana, di tengah kebingungannya April mencoba untuk bangkit namun ia melihat Om Tio yang berdiri menjulang di atasnya tengah melucuti kaos yang pria itu kenakan. April dapat melihat raut wajah Om Tio yang mulai berubah tidak seperti tadi, tanpa berpikir panjang lagi pria itu segera menindih tubuh April di atas ranjang hingga membuat gadis itu tak bisa bangkit dari sana.

Melanjutkan ciuman yang semakin panas dan membara, April sempat mendorong dada Om Tio yang ternyata terasa sangat keras di tangan mungil April. Namun usaha gadis itu sia-sia, Om Tio semakin menghimpit tubuh April dan kembali membuat gadis itu menjadi sesak nafas seperti kemarin. Ciuman Om Tio semakin kasar dan menuntut, April susah tak bisa lagi mengimbanginya dan membiarkan pria itu melakukan apa yang ia mau. Tio bahkan menjatuhkan kecupan di sekitar leher dan dada April, ada sensasi geli dan menggairahkan. Tapi tiba-tiba saja, Om Tio menarik tubuhnya bangkit dari atas ranjang dan menjauh dari April.

Membuat gadis itu terbelalak dan merasa bingung, Om Tio memijit kepalanya sendiri dengan bertelanjang dada menyisakan celana jeans yang ia kenakan.


***

To be continued

13 Okt 2022

Om TioWhere stories live. Discover now