Cemburu

915 92 5
                                    

April tiba di rumah setelah diantar oleh salah satu teman yang baru saja ia kenal di tempat kerja, merasa hari pertama bekerja adalah hari yang paling membahagian di hidupnya. Tanpa April sadar bahwa ia telah membangunkan serigala yang sedang tertidur lelap di dalam diri Tio, mandi lalu makan. Menunggu malam tiba karena biasanya Om Tio akan datang tanpa menunggu akhir pekan seperti sewaktu April masih bersekolah. Dan yang ditunggu akhirnya datang juga, terlihat dari dalam rumah April pria itu tidak turun dari motornya. Pertanda Om Tio mungkin sedang ingin keluar dari pada di rumah terus-menerus.

Tanpa ada rasa curiga dan bersalah, April pamit kepada kedua orang tuanya untuk pergi bersama dengan Om Tio. Gadis itu menyambar jaket dari dalam lemari lalu mengenakannya sembari berjalan keluar rumah, di sana Om Tio terlihat membelakangi dirinya tanpa menoleh sedikit pun ke arah April. Gadis itu mulai curiga, namun karena hari ini April merasa bahagia akan pekerjaannya ia mengabaikan hal tersebut lalu duduk di jok belakang motor sport Om Tio. Tak lama kemudian mereka berdua mulai meninggalkan rumah April, tanpa tujuan yang jelas April hanya mengikuti kemana Om Tio berbelok. Beberapa menit di perjalanan dengan tujuan yang jelas Om Tio masih tan bersuara.

Membuat April semakin khawatir..
Tapi jika keadaannya seperti ini, ia tak berani sekedar menegur apalagi bertanya.
"Ah, sial!" Umpat pria itu yang berhasil membuat April yang ada di belakangnya terkejut setengah mati.
"Kenapa Om?" Tanya April dengan jantung berdebar kencang, gadis itu bahkan berpegangan di pinggul Om Tio semakin kencang.
"Ada yang kelupaan!" Ujar Om Tio yang langsung segera melajukan motor sportnya, April tak berani bertanya lagi setelah mendengar nada ketus Om Tio. Tapi yang April tahu, pria itu menuju ke arah jalan dimana rumah Nita berada. Itu artinya Om Tio ingin pulang sekarang juga yang April tak mengerti untuk apa.

Tapi dari nada suara pria itu, sepertinya sangat mendesak.
Motor berhenti tepat di depan sebuah rumah yang cukup besar untuk ditinggali seorang diri, April sudah menduga bahwa itu adalah rumah kontrakan Om Tio. Terbukti dari rumah Nita yang ada tepat di sebelahnya.
"Masuk!" Tawar Om Tio, masih dengan nada ketus. Dari luar April mencium bau tidak sedap, seperti bau gosong atau hangit. Om Tio yang juga menyadari bau tersebut segera memasukan kunci dan membuka pintu rumahnya, dan benar saja betapa terkejutnya April saat melihat ada kobaran Api yang lumayan besar dari dapur Om Tio. Pria itu segera masuk ke dalam rumah untuk mematikan api tersebut.

Beruntung api belum terlalu besar hingga dapat dipadamkan dengan mudah, sebelum dipadamkan Om Tio sempat berpesan kepada April untuk menunggu di luar saja sembari berjaga-jaga kalau api menjadi semakin besar. April yang masih terkejut dan takut hanya bisa terduduk di teras rumah, suasana sepi di sekitar tempat itu. Sepertinya semua orang tengah beristirahat di dalam rumahnya masing-masing, di rumah Nita juga tidak terlihat kegiatan dari kedua orang tuanya. April tidak menyangka jika Om Tio bisa lupa mematikan kompor dan meninggalkannya menyala begitu saja ke rumah April, cukup lama April menunggu di luar.

Mungkin Om Tio sedang membereskan kekacauan barusan, April ingin membantu. Gadis itu lalu memasuki rumah Om Tio, melewati ruang tamu dan dua kamar tidur. Melihat ruang tamu tadi, April jadi teringat akan perselingkuhan Nopa dengan Om Tio di atas sofa itu. Namun April berusaha mengabaikan hal tersebut karena Om Tio juga sudah menyesali perbuatannya.
Tiba di dapur, April melihat Om Tio tengah membersihkan dapur setelah kobaran api yang cukup besar. Tidak ada barang-barang yang terkena api, hanya sebuah panci masak yang berubah warna menjadi hitam legam dan rapuh karena gosong dilalap api.
"Mau April bantuin, Om?" Ujar April menawarkan bantuan.

Tapi tidak ada sahutan dari pria itu yang membuat April sedikit kecewa, ia hanya ingin memberikan bantuan. Sedari awal mereka bertemu malam hari ini, Om Tio sama sekali tidak banyak bersuara dan selalu memasang wajah datar sedikit ketus.
"Om?" Panggil April lagi guna memastikan pria itu mendengar tawarannya barusan, tapi tiba-tiba saja Om Tio membanting sesuatu dengan keras hingga membuat April kembali terkejut.
"Bisa nggak kalau dikasih tau itu denger! Tunggu di luar!" Bentak Tio, April yang mendengar suara bentakan Om Tio untuk pertama kalinya menjadi ikut emosi namun gadis itu masih bisa mengendalikan emosinya karena menghargai Om Tio.

"Apinya 'kan juga udah padam! April cuman mau bantuin aja!" Seru April, nada suara gadis itu mulai meninggi meski nafasnya terasa berat.
"Bantuin apa?!" Cecar Tio, tak senyaring seperti tadi membentak April namun cukup keras.
"Bantuin beres-beres-" April belum menyesaikan kalimatnya, Om Tio segera menghampiri April. Takut dengan tatapan tajam yang sangat mendominasi, belum lagi amarah yang April sendiri tidak tahu karena apa. Gadis itu melangkah mundur saat Om Tio terus mengarah kepadanya dan akhirnya terhenti karena membentur dinding, tatapan polos April sembari mendongak melihat pria itu berdiri di hadapannya dengan jarak yang sangat dekat. April bahkan bisa merasakan tekanan tubuh pria itu di dada dan perutnya namun tak terlalu menekan April ke dinding.

"Kamu pulang kerja tadi sore sama siapa?!" Cecar Tio, April dapat menghirup aroma nafas panas yang begitu maskulin. Sayang sekali jika saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengagumi pria itu dan terbuai dalam aroma manis yang menguar dari seluruh tubuhnya, April mulai menyadari sifat posesif Om Tio kini kembali dan mungkin akan semakin parah kepadanya.
"Temen kerja." Cicit April, takut pria itu akan bertambah marah.
"Terus, kenapa dia yang nganter pulang?"
"Ya 'kan April nggak tau lagi harus pulang sama siapa, Ibu sama Bapak ditelpon nggak diangkat." Kata April berusaha membela diri, meski ia sadar Om Tio tidak akan semudah itu percaya kepadanya.

"Alasan!" Bentak Om Tio, dibentak seperti itu membuat April menutup kedua matanya namun tak menangis. Karena April sendiri sudah tahu bagaimana rasanya dihianati oleh Om Tio, maka dari itu April tak ingin menangis dan hal itu juga yang membuatnya ingin terus melawan Om Tio.
"Seenggaknya aku nggak selingkuh, cuman dianter pulang doang!" Cecar April, membuat Tio yang mendengarnya tentu saja bertambah marah. Sebelah tangan pria itu tiba-tiba menekan kedua pipi April dengan keras, April yang mulai sadar akan bahaya yang segera datang hanya bisa terdiam dengan dada naik turun. Fokus Tio terganti setelah melihat dada gadis itu naik-turun dengan kerah baju yang sedikit terbuka, memperlihatkan leher jenjang nan mulus milik gadis itu.


***

To be continued

10 Okt 2022

Om TioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang