Perasaan

428 54 5
                                    

Semalaman Tio tidak tidur..
Melihat gadisnya tertidur pulas di atas ranjang, rasanya nyaman dan damai. Bahagiakah gadis itu bersamanya?
Yang pasti gadis itu sudah tidak seceria saat pertama kali Tio mengenalnya.
Membawa April ke pekan raya hanya untuk melihat gadis itu tersenyum dan tertawa, namun belakangan Tio sudah jarang melihatnya tertawa, bahkan sebelum ia membawa April ke rumah ini.
Tio berdiri dari duduknya, kursi kayu yang ia duduki mengeluarkan sedikit decitan yang untungnya tidak membuat gadisnya terbangun. Ia menghampiri April dan duduk di sebelahnya, tepatnya di tepi ranjang. Mengambil jemari mungil lalu menggenggamnya dengan erat, wajahnya masih terlihat cantik meski tubuhnya sedikit membesar karena kehamilan.

Tio menyempatkan untuk memegang perut yang sebentar lagi akan melahirkan itu, sampai detik inipun Tio belum berani untuk menikahi April. Walaupun ia sudah sangat yakin dengan gadis itu sedari awal mereka bertemu, gadis yang berbeda dari wanita-wanita yang pernah mengisi hati Tio. April adalah salah satu gadis yang paling lembut yang pernah Tio kenal, yang paling tidak pernah melawan atau membantah omongan Tio. Tidak pernah kasar dan selalu menuruti Tio meski Tio terkadang berkata kasar kepadanya, entah apakah Tio mendapatkan seorang bidadari dalam bentuk manusia. Rasanya April terlalu sempurna untuknya, dan mungkin sekarang adalah saat yang tepat untuk memberikan kebahagiaan kepada gadis itu.

Cup!
Tio mengecup dahi April, tidak membangunkan gadis itu tapi membuatnya sedikit bergerak. Perlahan Tio melepaskan pegangan tangannya di jemari April, berdiri perlahan agar tidak membangunkan gadis itu. Tio beranjak pergi keluar namun ia sempat melihat ke arah punggung yang sedang tertidur lelap di atas ranjang sebelum akhirnya Tio menutup pintu kamar.
Harusnya rumah ini ia beli untuk tinggal bersama dengan April, jika saja egonya tidak terlalu tinggi mungkin saat ini ia sudah menikah dengan April dan membangun rumah tangga yang indah. Sayangnya Tio terlalu gegabah dan sulit mengatur emosi, Tio terlalu mengedepankan keinginannya sendiri tanpa berpikir panjang.

Akhirnya Tio meninggalkan rumah itu, melajukan motor sportnya dan pergi entah kemana. Perasaanya sudah tahu jika hari ini pasti akan datang, mungkin kelak ia akan melihat April dari kejauhan sedang hidup bahagia entah dengan siapa. Dan pada saat itu barulah Tio sadar bahwa dirinya memang tidak pantas mendapatkan gadis sesabar dan sesempurna April, berharap gadis itu mendapatkan seorang pria yang lebih baik darinya, adalah suatu hal yang tidak pernah Tio bayangkan dan sangat mengoyak hatinya. Ingin Tio berteriak di sepanjang jalanan hanya ingin meluapkan segala kemarahannya, mengapa ia harus bertemu dengan April jika hanya menyakiti gadis itu?

"Ayo, Mam!" Seru Surya membukakan pintu mobil untuk Ibunya, kini ia sudah berada di rumah Tio beserta dengan semua keluarga Tio yang penasaran dengan pernyataan Nopa semalam. Tio bercerita kepada semua anggota keluarga, bahkan salah satu anggota keluarga sempat bertanya kepada pemilik rumah kontrakan yang pernah ditempati Tio dulu. Dan hasilnya benar saja, kekasih Tio yang bernama April. Yang sempat dibawa oleh Tio ke rumah dinyatakan hilang dan sedang dicari oleh polisi, bahkan hal yang paling mengejutkan mereka semua adalah, polisi sedang menuju ke kediaman Tio karena Tio menjadi tersangka utama dari kesaksian rekan kerja April yang melihatnya terakhir kali.

"Tionya nggak ada kok!" Ujar salah satu kakak perempuan Tio saat melihat garasi yang kosong dan tidak ada motor Tio di sana.
"Kayaknya sudah pergi, baru aja." Sahut Surya, Ibu Tio yang paling khawatir dan paling pucat segera membuka pintu rumah. Dibantu Surya dan adik laki-lakinya yang lain untuk mendobrak pintu rumah itu, setelah terbuka semua orang menuju ke lantai atas tempat dimana Nopa memberikan petunjuk.

Suara dobrakan dan suara-suara orang membuat April terbangun, bertanya-tanya dalam hati apakah Om Tio sedang kedatangan tamu lagi seperti semalam. April segera bangun dari ranjang, menuju ke arah pintu menempelkan telinganya di sana untuk memastikan suaranya.

Tok.. tok.. tok..
"Apa ada orang di dalam?!" Seru Surya.
Kedua mata April berbinar mendengarnya, ia berlari ke arah kamar mandi untuk memastikan Om Tio tidak ada di sana. April tertidur terlalu nyenyak hingga tidak sadar kalau Om Tio sudah pergi, bahkan suara motornya tidak terdengar, mungkin pria itu pergi bekerja, pikir April.
April kembali ke arah pintu sambil berteriak, "iya, ada. Tolong!" Seru gadis itu, jika saja ada Om Tio saat ini, pria itu pasti akan mengamuk. Tapi ini adalah satu-satunya kesempatan April untuk keluar dari sini yang mungkin kesempatan ini tidak akan datang dua kali.

Semua orang terdiam dan melihat satu sama lain, ternyata apa yang dikatakan oleh Nopa adalah benar.
"Bisa mundur sedikit, saya mau dobrak pintunya?" Kata Surya saat mengetahui pintu tersebut terkunci.
"Iya!" April lalu mundur beberapa langkah, Surya dan adik laki-lakinya kembali mencoba mendobrak pintu. Untungnya tidak terlalu sulit akhirnya pintu terbuka, Ibu Tio segera memasuki kamar dan melihat ada seorang gadis mengenakan dress panjang berambut panjang dengan perut yang membuncit. Tampilan April sangat buruk, terlalh pucat karena tidak pernah terkena sinar matahari dan yang lebih parah, wajahnya seakan menunjukan kesedihan.

"Astaga!" Adik Tio menutup mulutnya sendiri tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang ini, semua orang di keluarga Tio tahu bagaimana sifat Tio yang tempramen itu. Namun mereka tidak pernah mengira jika Tio akan melakukan hal sampai seperti ini. Ibu Tio pun tubuhnya bergetar menghampiri April, melihat gadis itu menangis sambil tersenyum. Pasti stress berat melanda gadis itu yang selama ini terkurung, apalagi dalam keadaan hamil. Ibu Tio memeluk tubuh April, terasa lebih kurus dari yang terakhir kali ia rasa saat Tio membawanya ke rumah. Hanya terasa tulang yang berdiri membawa perut yang semakin membesar, Surya yang melihat hal itu bahkan tidak dapat menahan kesedihannya.

Ia membuka kacamatanya dan keluar dari kamar sambil mengusap wajahnya sendiri, Tio sudah sangat kelewatan.
"Ayo, kita keluar! Kamu sudah aman sekarang." Ucapan Ibu Tio terdengar berbisik karena berusaha menahan kesedihannya.
"Om Tio kemana?" Tanya April, bahkan di saat seperti ini April masih sempat menanyakan keberadaan pria itu yang sangat mengiris hati orang-orang yang mendengarnya.
Padahal, April hanya takut jika pria itu muncul dan membawanya kabur lagi. April hanya berusaha waspada.
"Tio akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya." Kata Ibu Tio, dan April sekarang menjadi tanggung jawabnya juga karena gadis itu tengah mengadung bayi yaitu cucunya sendiri.

April akhirnya keluar dari kamar yang selama beberapa bulan ini ia tempati, dibantu berjalan oleh Ibu Tio dan juga adik perempuan Tio yang kini sudah menangis.

***

To be continued

1 Sept 2023

Om TioWhere stories live. Discover now