Kepikiran Ciuman Itu

966 86 3
                                    

Sepulang April ke rumahnya diantar oleh Om Tio, mereka berdua hanya diam. Tidak ada ucapan selamat malam atau perpisahan seperti biasanya, April yang langsung masuk ke dalam rumah dan Om Tio yang segera melajukan motor sportnya meninggalkan tempat itu. Seharusnya malam ini April bercerita panjang lebar kepada Om Tio bagaimana serunya hari pertama bekerja.

Tapi lagi-lagi penyakit pria itu kembali kambuh, Om Tio yang selalu menaruh rasa cemburu terlalu besar kepada April membuat gadis itu tak bisa bercerita banyak dan berakhir dengan pertengkaran. Namun anehnya, Om Tio malah menjatuhkan ciuman ke bibir April secara tiba-tiba tanpa ada omongan sebelumnya. Sesuatu yang tidak pernah Om Tio lakukan kepadanya, di dalam kamar April termenung sembari memegangi bibirnya sendiri. Rasa manis dan kenyal masih terbayang sampai detik ini, seolah ciuman itu sangat berefek besar kepada gadis itu. Ya, benar saja. Meskipun terbilang kasar dan menuntut, nyatanya April mulai menyukai ciuman itu.

Di luar dari pertengkaran semalam dan emosi Om Tio, April sebenarnya menyukai ciuman Om Tio dan nafas panas pria itu di sekitar wajahnya. Rasa kenyal dan manis membuatnya ingin terus mendesah, belum lagi tekanan tubuh kekar Om Tio saat menghimpit dirinya ke dinding. Seakan April masih menginginkannya lagi dan lagi, tapi sayang ciuman itu terjadi saat Om Tio sedang marah. Jika saja tidak, mungkin April bisa menikmati ciuman itu lebih lama. Tiba-tiba saja terbesit di dalam pikiran gadis itu untuk meminta ciuman seperti itu lagi kepada Om Tio, namun April sadar ini bukan waktu yang tepat di saat Om Tio masih marah padanya.

April segera mengganti baju lalu tidur, entah mengapa setelah ciuman panas itu tidurnya malam hari ini menjadi sangat nyenyak. Hingga pagi menjelang, semangat gadis itu kembali berkobar untuk kembali bekerja. Saat April baru saja keluar dari dalam rumahnya setelah siap untuk pergi bekerja, ia terkejut melihat Om Tio sudah ada di depan rumahnya menunggu di sana. Duduk di atas motor sportnya menunggu April, di dalam hati April tersenyum. Mungkin pria itu masih sedikit marah padanya, tapi Om Tio selalu siap mengantarnya kemana pun yang ia inginkan, termasuk bekerja..
"Nanti sore jemput April ya!" Seru gadis itu secara tiba-tiba seraya menaiki motor sport Om Tio dan mendudukan bokonhnya di jok belakang.

Sedikit mengejutkan pria itu ketika April langsung menempel sembari memeluk tubuh Om Tio, pagi-pagi seperti ini tubuh Tio tentu saja bereaksi berbeda. Apalagi saat dua benda kenyal menempel di belakang punggungnya, mengganggu konsentrasi Tio yang sedang melajukan motornya.
"Iya." Sahut Tio dengan singkat, ia tak marah lagi pada gadis itu. Hanya saja ia terlalu egois untuk membuat percakapan yang menarik, apalagi setelah April berhasil menggodanya pagi ini. Rasanya Tio ingin berendam di dalam kolam yang akan menenggelamkan dirinya dari pada menahan sesuatu yang sudah berbulan-bulan tak dilakukan.

Hari ini adalah hari kedua April bekerja..
Seperti biasa sangat menyenangkan dan April belajar banyak dari para seniornya, hari Ini Om Tio juga sudah berjanji untuk menjemput April. Ketika sore hari tiba, gadis itu dengan setia menunggu Om Tio untuk menjemputnya. Bahkan April sempat menolak beberapa tawaran yang ingin membawanya pulang saat gadis itu duduk di depan kantor.
Tak lama kemudian, seorang pangeran dengan kuda besi yang ia tunggu sedari tadi akhirnya datang juga. Namun kali ini Om Tio terlihat berbeda, pria itu tak mengenakan seragam kerja melainkan memakai setelan santai hari-harinya.

"Om nggak kerja?" Tanya April saat motor sport milik pria itu mulai meninggalkan area kantor.
"Sudah pulang, baru aja." Sahutnya, terdengar nada suara Om Tio sudah tidak ketus seperti kemarin. Itu tandanya pria itu sudah tidak marah lagi pada April, membuat gadis itu menyunggingkan senyum dan memikirkan sesuatu yang nakal.
Tak lama kemudian, mereka berdua tiba di rumah April. Tio tak langsung pulang dan menunggu gadis itu membersihkan diri sembari duduk di teras rumahnya seperti biasa, tak lama gadis itu keluar rumah setelah senja. Dengan aroma shampo yang wangi dan wangi sabun yang manis, membuat Tio menggelengkan kepalanya kembali berusaha menahan sesuatu.

"Kenapa Om?" Ujar April yang melihat kegelisahan Om Tio.
"Sakit." Jawab pria itu dengan singkat.
"Apanya sakit?" April mengernyitkan kening mulai khawatir.
"Sesuatu." Sahut Om Tio dengan singkat, membuat April bertanya-tanya dan khawatir jika pria itu sedang sakit. Tapi kelihatannya, Om Tio segar bugar hari ini. Lalu, apanya yang sakit?
"Om?" Seru April yang mulai jahil, tapi gadis polos itu tak bisa menahan rasa penasarannya akan sesuatu yang lain.
"Hmm?" Sahut Tio.
"Hmm, mau minta sesuatu boleh?" Tanya April.
"Apa?"
"Mau minta cium!" Kata April dengan polos setelah semalaman penuh terus memikirkan hal itu, sontak saja kedua mata Tio hampir tebelalak mendengarnya.

Untung saja ia tidak sedang meminum teh, karena jika iya Tio mungkin akan menyemburkannya sekarang juga.
"Mau dicium lagi?" Tanya Om Tio, kedua pipi April kini sudah semerah tomat karena malu. Tapi rasa penasarannya begitu besar mengalahkan apapun. Gadis itu mengangguk malu, Tio menyunggingkan senyum tipis menatap gadis itu dari ujung kepala hingga kaki.
"Kalau di sini, nanti dilihat Ibu sama Bapak dong." Kata Tio, April berpikir sejenak.
"Iya sih, di rumah Om Tio gimana?" Kata April memberi ide, sebenarnya bukannya Tio tidak mau menyanggupi permintaan gadis itu. Hanya saja jika di rumahnya, Tio tak menjamin jika ia bisa mengendalikan dirinya sendiri.

Tio khawatir akan menyakiti gadis itu pada akhirnya, apalagi libido Tio sedang tak terkontrol sekarang ini. Melihat April dengan wajah cantik dengan tubuh indah, Tio khawatir jika pada akhirnya ia akan menjatuhkan tubuh telanjang April di atas ranjangnya.
"Beneran mau?" Tanya Om Tio lagi hanya untuk memastikan, gadis itu mengangguk senang seraya memasang wajah berninar dengan kedua bola mata yang penuh harap. Hingga pada akhirnya, Tio hanya bisa mengikuti kemauan gadis itu sendiri. Bukan kemauan Tio, dengan harapan ia bisa mengendalikan dirinya dan tidak menyakiti April.

Tio dan April pergi untuk sekedar berjalan-jalan, rasanya sangat berat ketika Tio mengendarai motor sportnya ke arah rumahnya sendiri. Tapi gadis di belakangnya ini tak berhenti bergerak dan menyebabkan benda kenyal itu juga ikut bergerak di belakang punggung Tio, mungkin April tak pernah menyadari hal itu sedari dulu. Jika Tio sangat sensitif dengan sesuatu yang hampir setiap harinya menempel di punggung belakangnya.
Tak terasa mereka berdua telah tiba di rumah Tio, pria itu membuka pintu secara perlahan dengan jantung yang berdebar dengan kencang. Sementara April memasang wajah tersenyum lebar seolah tak sabar akan sesuatu yang ia tunggu sedari malam, itu bukan salah gadis itu yang menginginkannya lagi dan lagi. Tapi salah Tio yang telah memberikan April sesuatu.




***

To be continued

12 Okt 2022

Om TioNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ