Satu Atap

497 47 2
                                    

Esok harinya seusai acara pernikahan yang sederhana..
Masing-masing anggota keluarga kembali pulang setelah sempat menginap semalam di rumah Tio. Saking riuhnya acara berlangsung, April sampai tidak sadar kalau dirinya dan Theo tertidur di atas sofa bersama dengan keluarga yang lain. Sungguh, acara kemarin benar-benar menyenangkan. Seolah menyatukan kedua keluarga dan itu benar-benar berhasil, April senang ia tak salah dalam memilih keputusan. Pagi hari saat ia terbangun, Theo berada di dalam pelukannya masih tertidur lelap. April membiarkannya tertidur lalu mengantarkan semua keluarga yang mulai pamit dan pergi satu per satu, termasuk kedua Orang Tua April.
"Hati-hati di jalan, Mah!"

April memeluk Ibunya sebelum wanita itu akhirnya memasuki mobil, Surya mengantar kedua Orang Tua April kembali ke rumahnya walaupun jarak tempuh yang cukup jauh.
"Nitip Mamah sama Bapak ya, Kak!" Ujar April.
"Oke." Sahut Surya yang berada di balik setir kemudi, mereka berdua nampak akrab entah sejak kapan. Di ambang pintu Tio hanya berdiri mengamati dari kejauhan, Tio masuk ke dalam rumah diikuti oleh April. Sebenarnya April baru saja ingin membersihkan diri, tapi tiba-tiba saja pria itu memanggil namanya yang membuat April terkejut. Sudah lama Tio tidak berbicara dengannya, ini kali pertama April mendengar suara itu lagi.

"Bisa kesini sebentar?!" Ujar Tio, April hanya mengangguk, berusaha menjadi seorang istri yang baik meski di dalam hatinya masih menyimpan benci. April lalu mengikutinya yang entah menuju kemana, berada di belakang pria itu.
"Kamu mau tidur dimana? Di kamar bawah atau di atas sama aku?" Tanyanya tiba-tiba berhenti di sebuah kamar. April melihat ke sekitar, rumah ini telah dipermak menjadi lebih banyak kamar dan ruangan. Karena seingat April di lantai bawah hanya ada satu gudang dan kamar hanya ada di lantai atas.
"Aku pilih kamarku sendiri aja." Tunjuk April ke arah pintu kamar yang pasti dipilih Tio untuknya.

Tio mengangguk, ia lalu menjelaskan ruangan yang dulu gudang sekarang sudah ditempati oleh ART yang dulu menjadi ART Mami. Ada satu kamar kosong untuk tamu, April hanya mengangguk mengerti.
"Kamarku di atas, sebelahan sama kamar Theo. Kalau ada perlu sesuatu." Lanjutnya, lagi-lagi April hanya mengangguk. Pikirnya berarti di lantai dua sekarang sudah dirombak menjadi dua kamar, April lebih memilih untuk memiliki kamar sendiri daripada ia harus satu kamar dengan Tio. Beruntung pria itu mengerti sebelum April memintanya sendiri.
Selesai dengan penjelasannya, Tio meninggalkan April lalu beralih ke Theo yang masih tertidur di atas sofa. Menggendong anaknya menuju lantai dua mungkin untuk dipindahkan tidur.

April merasa hari pertama pernikahannya tidak ada yang aneh, tidak ada drama ataupun sesuatu yang mengganggunya. Tio terlihat cuek, mungkin ia juga menganggap pernikahan ini hanya untuk Theo sama seperti anggapan April. Walaupun begitu, April merasa bersyukur. Tio ternyata bisa diajak bekerja sama, apalagi dalam masalah mengurus anak. Tio sempat bilang kalau April tak perlu repot-repot mengurus rumah karena sudah ada ART. Dan untuk Theo, Tio yang akan mengurus sekolah, mengantar-jemput dan segala kebutuhannya. Di sini terlihat sekali jika pria itu hanya butuh catatan sipil lengkap agar Theo dapat menjalani hidupnya layaknya anak-anak pada umumya.

April memasuki kamarnya untuk membersihkan diri, di dalam kamarnya terdapat satu ranjang besar dilengkapi dengan meja nakas di samping kanan dan kiri. Ada lemari besar dan meja rias, serta kamar mandi di dalam kamarnya sehingga April tak perlu keluar dari kamar untuk mandi. Kamarnya pun tak jauh dari tangga akses menuju lantai dua, sehingga April merasa tak jauh dari Theo. Di dalam kamarnya sudah ada sebuah koper yang kemarin April siapkan untuk pindah dari rumah Mami ke rumah ini, April segera menata semua pakaian dan barang-barangnya ke dalam lemari dan juga meja rias. Tio bilang semua kebutuhan April akan ditanggungnya, tentu saja karena itu semua termasuk nafkah.

Tapi April tidak berjanji bahwa ia dapat memberikan kebutuhan biologis kepada Tio, mengingat bersentuhan saja dengan pria itu, rasanya sudah aneh bagi April. Terdengar dari kamar April, ada banyak orang yang membersihkan sisa-sisa dekorasi dan juga prasmanan acara kemarin. April sendiri merasa lelah dan tak ikut membantu, walau di siang hari ada ART yang mengantar makan siangnya, April tetap berada di dalam kamar karena masih lelah. Seusai mandi di malam hari, April memutuskan untuk tidur setelah berbincang sebentar dengan Theo di kamarnya. Theo berkata bahwa ia senang tinggal di rumah ini, katanya begitu lengkap ada Ayah dan Bunda serta Mbak yang mengurus semua kebutuhannya.

April tak menyangka semua berjalan sesuai rencana, seolah semuanya begitu sempurna sampai-sampai April tak harus kerepotan dengan segala hal seperti dulu ia baru melahirkan Theo. Setelah menikah dengan Tio, rasanya kehidupan April nampak lebih baik. April sampai tersenyum ketika ia baru saja menutup kedua matanya untuk terlelap tidur, ranjang yang empuk, suasana yang nyaman, rumah yang sejuk dan juga anaknya bahagia. Semuanya nampak seperti akhir yang bahagia bagi April, padahal, ini hanyalah awal kehancuran April. Mungkin bukan hidupnya yang hancur, melainkan dengan jiwa dan mentalnya.

Pria yang baru saja memasuki kamarnya secara diam-diam tentu tidak akan berubah semudah itu, ia hanya takut menyakiti dan kehilangan April. Namun pada dasarnya, semua sifat dan watak buruk yang dimiliki oleh Tio masih tersimpan baik di dalam kepala dan jiwanya. April mungkin tidak sadar akan hal itu, bahwa Mami dan Tio mempersiapkan semuanya begitu rapi dam seolah begitu realistis hanya karena agar April tetap bersamanya.
Perlahan langkahnya mulai mendekati April yang telah tertidur pulas di atas ranjang, mengelus pipi mulus itu menggunakan ujung jarinya. April mungkin terlalu lelah untuk menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya dan mengawasinya tidur.

April melenguh dan hampir saja terbangun, wanita itu ternyata hanya berbalik badan memunggungi Tio yang masih berdiri di samping ranjang. Di balik kegelapan ia duduk di meja rias hanya diterangi cahaya bulan yang masuk melalui kaca jendela yang terbuka, memerhatikan wanita itu tidur adalah kegemarannya sedari dulu. Dan ternyata cara tidur wanita itu masih sama seperti dulu, selalu tertidur miring sembari memeluk guling.

***

To be continued

15 Sept 2023

Om TioWhere stories live. Discover now