Dipaksa Ikut

575 56 4
                                    

"Tunggu di sini!" Ujar Om Tio.
April buru-buru mengikuti pria itu hingga ke arah pintu, tergesa-gesa melarang Om Tio untuk tidak pergi. Semalam Om Tio mengusir Clara begitu saja sehingga membuat gadis itu kesal, tak lama April pun berniat untuk kembali ke mess untuk menenangkan diri. Tapi Om Tio melarangnya pulang dan malah menahan April semalaman di rumahnya. Lebih gilanya lagi, Om Tio terus memaksa April untuk pergi entah kemana. April sempat menolak, namun seperti biasa sebuah penolakan hanya membuat Om Tio bertambah gila. Akhirnya April berusaha bernegosiasi dengan Om Tio, dengan alasan April tidak dapat meninggalkan kedua orang tuanya.

Sungguh April tidak mengerti apa yang terjadi dengan pria itu..

"Om, please jangan! Ibu sama Bapak bisa kaget kalau tiba-tiba kayak gini, kasih April waktu." April sampai memohon di bawah kaki pria itu saat mereka berdua sudah berada di teras. Entahlah, katakanlah Tio sudah gila. Tapi ia sudah tidak tahan dengan segalanya, April hampir lepas darinya ditambah ada beberapa wanita seperti Nopa dan Clara yang seperti jalang. Tio hanyalah pria normal yang tidak dapat menahan hasratnya sendiri. Tio ingin meminta restu kepada kedua orang tua April untuk membawanya ke rumah kedua orang Tio, meskipun terbilang terburu-buru.

"Tunggu di sini! Kita pergi hari ini." Om Tio menarik lengan April kembali masuk ke dalam rumah, mengunci gadis itu di dalam kamar sendirian. Tak lama April mendengar suara motor sport Om Tio pergi menjauh, perasaan April semakin dibuat tak karuan. Apa yang kedua orang tuanya pikirkan nanti? Apakah mereka berdua akan setuju?
Bagaimana jika kedua orang tuanya menolak? Apakah Om Tio akan tetap nekat membawa April?
Kepala April bertambah sakit memikirkannya, semalaman penuh ia tidak bisa tidur, tidak makan bahkan tidak berganti pakaian. Semuanya secara tiba-tiba terjadi berawal dari April menerima pesan teks dari Clara, kini yang bisa April lakukan hanyalab berharap cemas menunggu Om Tio kembali. Semoga segala hal yang akan terjadi tidak akan membuat kedua orang tuanya merasa sedih.

"Loh, Tio. Pagi-pagi ke sini, enggak kerja?" Tanya Ibu April ketika baru saja ada yang mengetuk pintu rumahnya pagi-pagi begini.
"Enggak bu, Tio mau minta ijin sama Ibu Bapak kalau boleh. Maaf kalau mendadak seperti ini, soalnya lagi ada kondisi darurat." Ucap Tio berusaha seformal mungkin, tetap menjaga sopan dan santunnya di depan orang tua April meski sekarang tubuhnya bergetar.
"Ada apa ya? Bapak lagi kerja, jadi gak ada di rumah." Ibu April nampak heran.

"Oh, ya udah sama Ibu aja. Mau minta ijin bawa April ke rumah orang tua Tio di luar kota, ada kejadian mendadak jadi perginya mendadak kayak gini, Bu." Kata Tio.
Ibu April yang masih heran terdiam sekejap, Tio jadi was-was menunggunya.
"Tapi Aprilnya lagi tinggal di mess, nggak ada di rumah." Sahut wanita itu.
"Iya Bu, Tio sudah kesana kemarin malam. Nanti Tio jemput April di mess aja, ini Tio sudah ada omongan sama April. Kata April Tio disuruh minta ijin dulu ke Ibu Bapak." Bohongnya.
"Oh, gitu.."
"Kalau boleh tahu, berapa hari kira-kira? Pekerjaannya April gimana?" Ibu April memastikan.

"Mungkin dua atau tiga hari, kalau Ibu ngijinin kata April dia mau ambil cuti." Balas Tio, kedua orang itu berbicara di pintu teras depan. Ibu April sampai tidak sempat mempersilakan Tio masuk ataupun membuatkan minum untuk pria itu.
"Hmm.... ya udah Ibu ijinin, tapi Ibu minta tolong jagain April ya!" Kata Ibu April, sejujurnya kalimat itu sempat membekas di hati Tio. Ia sadar April adalah anak satu-satunya yang dimiliki oleh kedua orabg tuanya, betapa besar kasih sayang yang diberikan mereka kepada April. Urusan menjaga April, tentu Tio akan menjaganya. Tapi ia tidak bisa berjanji akan membawa pulang April kembali ke sini.

"Iya, Bu! Tio janji!" Ucap pria itu.
Setelah mengantongi ijin dari Ibu April, Tio kembali ke rumah dengan perasaan sedikit lega. Ia membuka kamarnya yang dikunci, mendapati gadis itu termenung di samping jendela kaca. Melihat ke arah Tio saat ia kembali ke rumah, tatapannya penuh harap dalam hati bertanya-tanya apa kedua orang tuanya setuju.
"Tenang aja, mereka setuju!" Kata Tio, April yang mendengarnya cukup terkejut. Bagaimana bisa kedua orang tuanya yang cukup protektif kepadanya bisa memberikan ijin kepada Om Tio, padahal April berharap mereka tidak setuju supaya April dan Om Tio tidak jadi pergi.

"Baju-baju April gimana? Masih ada di mess." Lirih April, tampilannya nampak kusam. Kedua matanya masih memerah dan rambutnya terlihat tak terurus, dengan hanya menggunakan piyama tidur yang semalam Tio lihat ketika gadis itu berdiri terdiam di ambang pintu melihat ia bersama Clara.
"Ada baju April dulu di sini ketinggalan, pakai itu aja dulu. Nanti sampai di sana beli baju aja."

"Mandi dulu, pakai handuk Om aja!" Kata Tio memberi gadis itu handuk, dengan ragu April mengambilnya. Berjalan perlahan keluar dari kamar menuju kamar mandi yang ada di samping dapur. Seketika teringat kala mereka berdua membuat mis instan bersama-sama, kala itu hubungan mereka masih sangat bahagia.

April menyunggingkan senyum, berusaha melupakan kenangan itu. Kini ia harus menghadapi esok hari, entah Om Tio akan semakin mengerikan atau sebaliknya. Berharap hubungan mereka dan dirinya akan baik-baik saja selama bersama dengan Om Tio, meski April ragu..
Usai mandi, April kembali ke dalam kamar. Pria itu sudah siap dengan sebuah tas ransel dan pakaian lengkap untuk berpergian, di atas ranjang ada setelan lengkap pakaian April yang pernah tertinggal di sini. April membuka handuk berniat mengenakan pakaiannya, pada awalnya ia malu mengenakan pakaian di hadapan pria itu meski Om Tio sudah pernah melihat semuanya.

Tapi saat April ingat bayangan semalam Om Tio bersama Clara, April merasa dirinya tak lebih cantik dan menarik dari pada Clara. Wajah April berubah menjadi murung, tanpa sadar Om Tio sudah berada di belakangnya.
"Pake celana aja lama banget! Mau Om bantuin?" Tawar Om Tio.
"Nggak usah, celananya Clara aja yang dipake'in!" Balas April, Tio yang ingin pergi mengurungkan niatnya dan kembali berbalik badan di belakang April.

Tiba-tiba memeluk gadis itu dari belakang dengan rambut yang masih basah dan wangi.
"Tolong jangan buat Om marah! Nanti Om iket kamu di ranjang." Bisik pria itu, entah tiba-tiba ada gelenyar aneh yang menusuk tubuh April.

***

To be continued

20 Agst 2023

Om TioOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz