Hadiah

1.2K 89 8
                                    

"Oh, ya udah minta kado apa?"

"Kado yang Om janji'in beberapa bulan yang lalu." Ucap gadis itu.

Tio terdiam, walau pun raut wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi seolah telah melupakan janji itu. Nyatanya, di dalam hati perasaan Tio terasa was-was kali ini. Gadis itu datang tiba-tiba mendatangi dirinya ke rumah ini, tepat di hari ulang tahunnya setelah Tio mengumbar janji jika gadis itu sudah berusia dua puluh tahun. Harusnya Tio memikirkannya terlebih dahulu sebelum membuat janji yang tidak terpikirkan olehnya April masih mengingat janji itu dan menagihnya, bahu tegap pria itu menjadi lesu seketika. Bukannya Tio tidak mau melakukan hal itu bersama April, ia juga menyayangi gadis itu, sungguh..

Tapi selama hidup di dunia ini selama tiga puluh tahun dan memacari berbagai wanita, baru kali ini Tio mendapati seorang gadis remaja yang sama sekali tidak mengerti seks. Biasakah Tio mengambil sesuatu yang paling berharga dari gadis itu? Meskipun April dengan suka rela disertai kasih sayang memberikannya kepada Tio. Membuat Tio menjadi gusar dan juga gelisah.
"Kenapa Om?" Ujar April mengejutkan Tio dan membawanya ke alam nyata, menyadarkan Tio bahwa gadis itu masih ada di sana dan menunggu jawaban darinya. Apalagi, Tio sama sekali bukan tipe pria yang memberi sesuatu kepada pasangannya.

April melihat sesuatu dari raut wajah Om Tio, pria itu seakan ragu akan permintaan April. Padahal, pria itu sendiri yang telah membuat janji dan ia hanya berusaha menagihnya. Tio tak berani menjawab dan malah menggaruk tengkuk belakang lehernya sendiri, merasa bingung harus menjawab apa.
"Om nggak mau ya?" Tanya April lagi, Tio melirik ke arah wajah gadis itu. Kedua mata indahnya terlihat berbinar seolah memelas meminta Tio untuk menepati janjinya, membuat Tio akhirnya tak bisa menolak janji yang ia sendiri buat kepada gadis itu.
Hingga pada akhirnya, Tio berjongkok tepat di depan April yang sedang duduk di atas sofa.

Menggenggam kedua tangan mungil April dengan erat seolah tak ingin melepaskan gadis itu.
"Bukannya Om Tio nggak mau, atau nggak bisa nepatin janji ke April. Tapi, Om cuman takut menghancurkan kepercayaan April selama ini ke Om. Karena April masih terlalu muda dan belum ngerti." Kata Tio dengan pelan berusaha meyakinkan gadis itu agar tak berpikir yang tidak-tidak kepada Tio.
"Terus, kalau April masih muda kenapa? Om Tio nggak mau ngajarin April?" Protes gadis itu, Tio menggeleng lemah. April sama sekali belum mengerti maksudnya.
"Bukannya nggak mau ngajarin, tapi yakin kalau Om Tio nepatin janjinya. April bakal tetep mau sama Om?" Tanya Tio.

Gadis itu terdiam dan terlihat berpikir, "memangnya, habis kaya gituan. Terus April bakalan ninggalin Om Tio? Yang ada harusnya April yang takut Om Tio bakal ninggalin April kalau kita pacarannya nggak kaya orang dewasa." Ujar gadis itu, seketika Tio berusaha keras menahan dirinya agar tidak tertawa. April benar-benar menggemaskan dan polos, gadis itu takut jika tidak bisa memberikan apa yang Tio mau, sementara Tio berusaha keras agar tidak menyakiti gadis itu. Dua hal yang saling bertolak-belakang.
"Memangnya orang dewasa pacarannya harus gimana sih?" Tanya Tio menggoda April.
"Ya, harus anu... gitu... ish, masa harus April omongin jelas gitu sih!" Kata April yang membuat Tio akhirnya tertawa tak mampu lagi menahan tawanya.

"Hahaha, memangnya harus ya?" Tanya Tio lagi, kali ini April mengangguk meng-iyakan.
"Kata siapa?" Tio menaikan sebelah alisnya.
"Di film-film gitu kok." Ujar April, Tio terkekeh geli mendengarnya.
"Itu 'kan kata film." Sahut Tio.
"Om nungguin apa sih?" Cecar April secara tiba-tiba, sebenarnya Tio tidak jadi menunggu hingga gadis itu sampai berusia dewasa setelah melihat wajah dan penampilan April yang masih terlihat seperti anak SMA. Rasanya Tio tidak tega melakukannya, apalagi tubuh Tio terbilang besar dan kekar.

Berada di atas tubuh mungil gadis itu adalah mimpi Tio di setiap malamnya semenjak April berhasil menggoda hatinya, tapi Tio hanya takut jika ia kehilangan kendali dan berakhir menyakiti gadis itu.
Tak mendapat jawaban dari Om Tio, April segera beranjak dari sofa menuju kamar pria itu berada.
"Mau kemana?" Seru Om Tio.
April duduk di atas ranjang milik Om Tio dimana pria itu pernah menindihnya sekali di sana, Tio mengusap kasar wajahnya sendiri. Merasa gusar dan bingung, Tio bahkan takut untuk masuk ke dalam sana dan menghampiri April.
"Tunggu aja sampai besok pagi.." kata April dengan santainya.
"Eh, jangan! Nanti Bapak sama Ibu nyari'in gimana?" Sahut Tio yang panik dan akhirnya masuk juga ke dalam kamarnya sendiri.

"Ya udah, lakuin sekarang!" Kata gadis itu dengan nada tinggi, pria yang berdiri menjulang di hadapan April itu hanya bisa menggaruk kepalanya dan merasa gelisah. Sesuatu di dalam diri Tio mengatakan untuk segera melakukannya sekarang juga, tapi di sisi lain ketakutan Tio juga sama besarnya. Bisakah gadis mungil itu menahan sesuatu yang akan dilakukan oleh Tio?
Pertanyaan itu berputar-putar di kepala Tio dan hampir membuatnya pusing, dan yang paling membuat kepalanya ingin meledak saat ini juga adalah.. saat gadis itu mulai memegang pinggul Tio dan menempelkan kepalanya tepat di paha Tio seolah bersandar di sana.

Membuat Tio menggelengkan kepalanya sendiri di saat godaan semakin menggila, jika April adalah wanita dewasa. Tio pasti sudah menarik dagu gadis itu dan meraupnya dengan kasar, lalu merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Tio menghela nafas kasar, kedua tangan April entah disengaja atau tidak mulai terasa dan menyentuh area pinggung dan bokong berisi milik Om Tio.
"April!" Panggil Om Tio, namun gadis itu tak menggubris dan terus meraba di sekitar sana menggoda Tio untuk segera membukanya.
"April!!!" Seru Om Tio lagi, April masih menulikan pendengarannya. Harusnya malam hari ini adalah malam spesial untuk April, maka akan April lanjutkan apa yang sudah pria itu janjikan dari bulan-bulan lalu.

"Lepas!" Kata Om Tio, tapi April tak kunjung melepas rangkulannya dan malah mulai menurunkan boxer Om Tio sampai ke bagian bawah pusarnya.
Lagi-lagi, April tak menggubris. Ia malah menyentuh sesuatu yang mulai mengembang tertutupi oleh boxer yang dikenakan oleh Om Tio.
"April, jangan main-main!" Om Tio memberikan peringatan.
Seketika, April mendongakan wajahnya melihat ke arah tatapan tajam Om Tio. Melihat April di bawah sana dengan tatapan polos seperti itu membuat Tio menelan salivanya sendiri.
"April cuman mau ambil kado ulang tahun April, nggak lebih kok!" Kata April yang membuat Tio akhirnya tak sanggup juga menolak gairahnya yang sudah lama tidak dikeluarkan.



***

To be continued

16 Okt 2022

Om TioWhere stories live. Discover now