Bingung

604 80 3
                                    

Setelah Om Tio pulang dari rumah April dengan raut wajah yang tidak mengenakan bagi gadis itu, April hanya bisa tersenyum kecut saat Om Tio tidak membalas senyumannya saat pria itu hendak pulang. April kembali masuk ke dalam kamarnya dengan bahu lesu dan wajah murung, menutup pintu kamar serapat mungkin lalu menenggelamkan wajahnya di atas bantal. Seperti biasa gadis itu akan mulai menangis, apapun yang berhubungan dengan Om Tio pasti akan membuat April menangis. Kini ia menangis dalam diam, saat di dalam kepalanya ada banyak pemikiran yang sudah pasti akan membuatnya murung. Di saat seperti ini biasanya hanya kedua temannya yang bisa April percayai menjaga rahasia sekaligus tempat April meluapkan kesedihannya.

Tapi Nita dan Amy pasti akan mendukung dirinya untuk meninggalkan Om Tio dan lebih memilih untuk melanjutkan pendidikannya, apalagi kedua orang itu sama sekali tidak menyukai sifat Om Tio. April mencari ponselnya untuk memastikan sesuatu yang ternyata benar, Om Tio tidak mengirimkan pesan kepadanya seusai pulang dari rumah April. Tidak seperti biasanya pria itu akan mengabari April jika sudah tiba di rumah, itu berarti Om Tio sedang marah padanya. Membuat April semakin bingung dengan dua pilihan yang tersisa untuknya saat ini, April pikir setelah kelulusan kehidupannya akan lebih baik dan hubungannya bersama Om Tio akan bahagia.

Tapi ternyata, takdir berkata lain.
April harus memilih dimana di antara kedua pilihan itu ia harus merelakan salah satu yang sangat penting bagi hidupnya.
Masa depan atau Om Tio...
Malam ini gadis itu kembali bersedih dan tidak bisa tidur semalaman, meskipun begitu April berusaha mati-matian menahan tangisnya karena tak ingin kedua matanya menjadi sembab dan menjadi pertanyaan bagi semua orang terutama kedua orang tuanya dan juga teman-temannya. Hingga pada akhirnya, April tertidur juga karena rasa kantuk yang berlebihan. Terbangun di pagi hari membuat kepalanya terasa pusing tapi April harus tetap pergi ke sekolah meski sudah tidak ada kegiatan seusai ujian.

Karena April hanya ingin bertemu dengan Nita dan Amy untuk memberi masukan.
Sesampai di sekolah, April menemukan kedua orang itu di dalam kelas sedang mengobrol satu sama lain. April segera merubah ekspresi sedihnya menjadi datar seolah tidak ada yang terjadi, karena April tidak ingin kedua temannya itu menyalahkan Om Tio terlebih dahulu tanpa tahu perasaan April dan solusinya.
"Hai!" April segera mendudukan diri di sebelah mereka.
"Pril, ini lagi banyak brosur dari berbagai universitas. Macem-macem deh, bisa diliat! Udah tertera biayanya pula!" Nita memberikan April beberapa lembaran kertas, yang membuat April menjadi sedih teringat kembali akan dua pilihan itu.

Meninggalkan Om Tio, atau meninggalkan masa depannya..
"Kamu 'kan pinter di bahasa inggir, ambil jurusan sastra inggris aja!" Tambah Nita.
"Jangan! April pinter di akuntansi, pilih manajemen akuntansi aja!" Kata Amy.
Segala ocehan kedua temannya itu semakin membuat April pusing, belum selesai dengan pilihannya semalam. Kini April kembali dipusingkan dengan kedua temannya yang membuatnya harus memilih.
"Guys! Bisa nggak aku ngomong sebentar." Ujar April, membuat kedua gadis yang tadinya sibuk berbicara itu kini terdiam. Apalagi setelah melihat raut wajah April yang sangat serius.
"Hah, tentang Om Tio lagi nih!" Racau Nita yang segera mengubah posisi duduknya menjadi menghadap dengan April.

"Hush!" Lagi-lagi Amy menyenggol lengan Nita, sementara April hanya tersenyum kecut. Perkataan Nita barusan memang tidak salah, yang ingin dibicarakan April memang seputar Om Tio dan hal lainnya. Karena hidup April sepertinya kini tak bisa jauh dari Om Tio.
"Jadi, gini... Mama sama Bapak aku nyuruh aku buat milih antara dua hal setelah kelulusan." Tukas April memulai pembicaraan yang dalam.
"Bentar-bentar, aku nggak ngerti gimana maksudnya. Kamu disuruh milih antara dua hal setelah lulus, hal apa?" Tanya Amy.
"Iya aku belum selesai ngomong, Amy!" Sahut April.
"Tau nih, orang belum selesai ngomong malah dipotong." Celetuk Nita.

"Hehehe! Ya maaf, kirain cuman segitu doang. Ya udah lanjut!" Ucap Amy.
"Mama sama Bapak aku, maunya mereka aku harus fokus ke kuliah kalau memang mau bener-bener lanjut pendidikan. Kalian tahu sendiri 'kan aku bukan anak orang kaya, kaya kalian!" Kata April, membuat Amy dan Nita melihat satu sama lain dengan raut wajah tak tega kepada April.
"Jadi, Mama sama Bapak mau aku break sama Om Tio selama aku kuliah dan boleh balikan lagi setelah lulus." Kata April, seketika kedua temannya itu ingin sekali bersorak gembira. Tapi mereka hanya terdiam seolah sedih karena ingin menjaga perasaan April.

Setelah mengatakan hal itu, April menjadi sedih. Amy dan Nita dapat melihat perubahan wajah April dan menyadari jika Om Tio terlalu berpengaruh kepada gadis itu.
"Kalian jangan diem aja dong! Bantuin..." nada suara April seolah memelas, membuat kedua gadis itu menjadi serba salah. Karena seharusnya April tahu jika mereka berdua pasti akan lebih memilih April untuk melanjutkan pendidikan dari pada memilih pria yang sudah pasti tidak baik untuknya.
"Kamu udah bicarain ini ke Om Tio? Kali aja dia mau nungguin kamu sampai lulus." Tanya Amy.
"Hello! Are you kidding me? Masih pacaran satu kota aja kaya gini, apalagi nunggu. Ya jelas nggak mau lah Om Tionya." Sahut Nita kepada Amy.

"Iya, bener kok yang diomongin Nita barusan. Aku udah ngomong sama Om Tio, dan jawabannya kalian tahu apa? Dia malah ngasih aku dua opsi lagi. Break up sama dengan putus selamanya atau nggak lanjut kuliah dan ngelanjutin hubungan sama dia." Jelas April, Nita sudah bisa menduganya. Paham bagaimana karakter dan sifat Om Tio, dan sepertinya Nita juga sudah tahu apa yang akan menjadi keputusan akhir April.
"Jadi, kamu minta kita buat bantuin mikir gitu?" Nita menaikan sebelah alisnya, April mengangguk seraya tersenyum kikuk. Nita lalu menoleh ke arah Amy sekilas lalu kembali berhadapan dengan April.

"Kamu pasti sudah tahu jawaban aku, mengingat aku nggak pernah suka sama Om Tio yang sudah terbukti pernah nyakitin kamu. Aku mau kamu putus atau break up atau apalah itu namanya, sama Om Tio. Dan lanjutin masa depan kamu!" Kata Nita dengan mantap, April mengangguk mengerti. Mungkin perkataan Nita sedikit keras dan lancang, tapi semua orang memiliki pilihannya tersendiri dan April sangat menghargai pendapat semua teman-temannya seburuk apapun itu.
Kini April melihat ke arah Amy, gadis itu selalu merasa tak enakan kepada April.
"Hehehe! Kamu jangan liatin aku kaya gitu, kamu juga pasti udah tahu jawaban aku. Sama kaya Nita, karena aku nggak suka kamu berhubungan sama Om Tio. Jadi ya, lanjut kuliah lebih baik." Kata Amy.

***

To be continued

1 Okt 2022

***

Selamat bulan Oktober

Om TioDonde viven las historias. Descúbrelo ahora