Kenangan Terakhir

517 59 3
                                    

April tertunduk lesu setelah pulang dari rumah Mami..
Kendaraan yang ia tumpangi berhenti tepat di rumah yang ia tempati, tepatnya rumah Tio. April sempat bingung mengapa tiba-tiba ada sebuah motor sport yang sudah bertahun-tahun lamanya tidak ia lihat, kini terparkir manis di garasi seolah tak pernah menghilang dari sana.

April memasuki rumah dan mendapati pria itu duduk di sofa sembari memainkan ponselnya yang lalu tersadar akan kehadiran April.
"Dari mana?" Tanya Tio.
"Dari rumah Mami." Jawabnya singkat, Tio berdiri dari duduknya sembari memasukan ponselnya ke dalam saku celana.
"Ibu sama Bapak titip salam." Kata Tio, April hanya mengangguk.

"Oh, iya."
"Eh, itu di luar motor siapa?" Tanya April berpura-pura tidak tahu warna dan modif motor sport yang dulu pernah ia tumpangi setiap hari jika ingin pergi sekolah maupun bekerja.
"Ya motorku, motor siapa lagi? Masa lupa?" Sahut Tio.
"Ku kira motornya udah dijual atau gimana."
"Dititipin sama temen, sekarang aku ambil lagi." Kata Tio.
"Oh."

"Gimana? Udah siap?" Tanya Tio, April mengangguk. Tio sudah menyiapkan ransel yang ia siapkan di kamar tadi lalu memberikan helm kepada April setelah mereka berdua berada di garasi.
"Pake motor?" Tanya April heran.
"Iya, seru 'kan pake motor?"
"Yakin? Ke luar kota?" Lagi April memastikan.

"Iya, deket aja paling empat jam. Sambil jalan-jalan." Tio mengenakan helmnya, April masih terdiam. Dalam hati bertanya-tanya apakah cukup barang-barang yang di ransel itu untuk mereka berdua selama beberapa hari?
Melihat keraguan April, Tio langsung menghampiri wanita itu dan memakaikan helmnya. Memakaikannya secara perlahan sembari merapihkan rambut wanita itu.

"Ayo!" Ajak Tio, pria itu tersenyum ke arah April. Membukakan injakan kaki di bangku belakang agar wanita itu dengan mudah menaiki motornya, setelah pamit dengan Mbak Tuti dan ART yang baru, April dan Tio akhirnya mulai pergi meninggalkan rumah itu. Sebelah tangan Tio meraih kedua tangan April agar berpegangan di perutnya.

Sontak membuat senyuman di bibir April tanpa wanita itu sadari..
Perjalanan yang jauh dan memakan waktu yang cukup lama, tapi memang itulah tujuan Tio agar dapat melupakan semua hal yang buruk yang telah mereka berdua lewati. Menggali kembali kenangan lama seolah mereka baru saja bertemu layaknya dulu, dan itu benar-benar berhasil. Di sepanjang jalan April tak henti-hentinya berbicara meski terkadang mereka tak mendengar satu sama lain karena helm yang mereka kenakan.
April bahkan tak henti-hentinya memeluk perut kokoh Tio di sepanjang perjalanan dan terkadang menyenderkan kepalanya di bahu pria itu.

Berhenti di sebuah motel, karena hari sudah mulai senja dan mereka juga cukup lelah. Masih ada esok hari untuk melanjutkan perjalanan, berhubung mereka berdua berangkat sore hari karena harus mengantarkan Theo terlebih dahulu ke rumah Kakek dan Neneknya, alhasil mereka berdua harus menginap semalam di sebuah motel di jalanan yang cukup sepi.

"Kamu bawa buku nikah? Aku nggak mau ketangkep karena dikira kita masih pacaran." Kata April ketika mereka berdua bergandengan tangan memasuki motel.
"Bawa dong, ya nggak apa-apa juga kita ditangkep. Aku nggak masalah walaupun harus dinikahkan sepuluh kali sama kamu!" Sahut Tio sembari merangkul April, membuat wanita itu terkikik geli.

Setelah memesan kamar, April beristirahat di atas ranjang. Merebahkan tubuhnya di ranjang yang empuk setelah perjalanan yang cukup jauh, sudah lama ia tak berpergian jauh selain ke rumah kedua Orang Tuanya. Terdengar dari arah kamar mandi, Tio menyalakan shower. Pria itu pasti sedang mandi, batin April.
April menyunggingkan senyum nakal sembari menggigit bibirnya sendiri, ia beranjak dari ranjany menuju kamar mandi.

Tio yang sedang asik membersihkan diri terkejut ketika pintu kamar mandi dibuka oleh April, yang lebih mengejutkan lagi wanita itu sama sekali tidak mengenakan apa-apa. Tio sampai tidak berkedip melihatnya, April bergabung bersamanya di bawah guyuran air shower begitu saja tanpa permisi.

"Boleh gabung, 'kan?" Tanya April meski ia sudah berada di hadapan Tio sekarang, sontak saja hal itu mengundang kejahilan Tio. Ia memegang pinggul April mendekatkan wanita itu kepadanya.
"Yang aku heran kenapa kamu sama sekali nggak berubah, masih kayak anak SMA yang dulu pernah aku lihat." Bisik Tio di telinga April.

"Mungkin kamu yang terlalu lama pergi." Sahut April.
Tapi entah mengapa kalimat itu membuat April terdiam seketika, di bawah guyuran air shower ia melihat ke netra kehitaman milik Tio dan memastikan pria itu adalah Tio yang dulu ia kenal. April meraba wajah pria itu mulai dari pelipis hingga dagu bahkan bibirnya.

"Kenapa?" Tio terheran.
"Kenapa? Kenapa baru sekarang kamu kembali?" Suasana yang tadinya cukup panas entah mengapa berubah menjadi dingin, kedua netra April tiba-tiba saja dibanjiri oleh air mata sembari menatap wajah pria itu. Sembar memegang kedua dada bidang Tio, tubuh April bergetar menumpahkan semua tangisnya.

Mengapa ketika ia ingin pergi, tiba-tiba Tio membawa semua kenangan yang dulu dan membuat segalanya terasa indah?

Tio yang paham maksud dari wanita itu hanya bisa memeluk April sembari mengusap bahunya, merasa bersalah adalah hal yang terus-menerus terulang di hidup Tio dan hingga kini ia masih merasa bersalah mengapa April yang harus ia cintai.

Jika Tio boleh memilih, Tio tidak ingin bertemu dengan wanita itu dan membuat hidupnya kacau. Karena kasih sayang dan rasa cinta dari Tio terlalu menyakitkan bagi siapa pun termasuk April, wanita itu terlalu lembut dan tak seharusnya bersama dengan Tio.

Kini Tio benar-benar menyesal..
April pasti merindukan Tio yang dulu, yang pernah memegang lembut kedua tangan April bahkan membawanya jalan-jalan ke pekan raya menggunakan motor. Wanita itu tak membutuhkan kehidupan mewah namun memiliki suami yang posesif yang mengurungnya di sebuah rumah hanya karena takut kehilangannya.

Air mata April bercampur dengan guyuran air, tapi Tio masih bisa merasakan kehangatan dari air mata April di dada bidangnya. Wanita itu masih menangis. Tio membiarkan April melepaskan semua kesedihan dan kesakitannya selama mencintai Tio memang sesulit itu, sayangnya Tio tidak bisa berjanji untuk tidak mengulanginya lagi karena Tio sendiri tak akan pernah bisa mengontrol emosinya.

Hingga pada akhirnya, Tio hanya bisa terdiam seraya memeluk April seolah takut kehilangan wanita itu lagi. Ingin sekali Tio berteriak meminta maaf kepada April atas segalanya yang pernah terjadi di kehidupan April selama ini, yang ternyata masalahnya bukan ada pada April, melainkan Tio sendiri.

"Maafkan aku jika mencintaiku ternyata sesakit ini..."

***

To be continued

25 Sept 2023

****

Hari ini hati Author lagi berbunga-bunga bangkai 🌺

Next part adegan panas yess 🔥
Refreshing dikit biar gak drama melulu
Hampir kehilangan jati diri Author 😌

Om Tioحيث تعيش القصص. اكتشف الآن