Nasihat Mami

370 43 1
                                    

Pagi ini Theo pamit kepada April untuk berlibur di rumah Kakek Neneknya..
Tio yang mengantar Theo sementara April menunggi di rumah karena hari ini ia kedatangan ART baru untuk membantu mengurus rumah dan juga Theo
"Titip salam buat Kakek Nenek ya!" Ujar April sembari melambai kepada Theo yang juga melambaikan tangan kepadanya, setelah itu kendaraan mulai meninggalkan halaman rumah.
Di dalam kamar April melihat sebuah tas ransel yang tak terlalu besar, Tio memang benar-benar mau membawanya pergi berlibur entah kemana.
Tiba-tiba satu pesan muncul di layar ponsel April, pesan tersebut dari Mami. Sontak saja April langsung bergegas mengambil tas untuk pergi ke rumah Mami selagi Tio tidak ada di rumah.

"Mbak Tuti?!" Panggil April kepada ARTnya yang berada di dapur.
"Iya, Bun?"
"Nanti kalau ada ART baru, Mbak aja yang lihat berkas-berkasnya ya. Kalau dirasa kerjaannya bagus, ya udah terima aja nggak apa-apa. Saya mau keluar sebentar." Kata April buru-buru pergi.
Mbak Tuti hanya mengangguk, melihat April pergi memesan ojek online.
Di sepanjang perjalanan April bertanya-tanya apa yang ingin disampaikan Mami, Mami hanya mengirim pesan singkat yang isinya ingin berbicara empat mata dengan April. Sesampai di rumah Mami, April memasuki rumah yang tak tertutup tersebut.

Sebelumnya April sudah beberapa kali mengetuk pintu, namun tak ada sahutan. Perlahan April memasuki rumah itu, ada Mami di meja makan duduk di sana sembari menuang teh ke dalam cangkir. Mengapa orang tua itu berpura-pura tidak mendengar panggilan April sedari tadi?
"Halo, Mam!" Sapa April sembari tersenyum.
Yang disambut juga dengan senyuman oleh Mami, namun wajahnya terlihat berbeda kali ini. Seolah wanita tua itu sedang tidak baik-baik saja.
"Kak Surya mana?" Tanya April seraya duduk di sebelah Mami.
"Lagi kerja, katanya Tio mau libur seminggu." Jawab Mami, April hanya diam. Tak ingin bilang kepada Mami bahwa Tio mengambil liburannya hanya untuk membawa April ke luar kota.

"Kabar Mami sehat?" Tanya April berbasa-basi, sesungguhnya ia juga khawatir melihat Mami yang terlihat sedikit pucat.
"Kamu sendiri gimana? Sudah sehat? Masih sakit 'kah lebamnya kemarin?" Tanya Mami, April menggeleng sembari tersenyum.
"Enggak sakit, Mam! April sehat kok." Jawab April menghibur Mami, terdengar Mami menghela nafas kasar sebelum menyeruput tehnya.
"Kamu kuat ya?" Kata Mami.
"Kenapa Mam?" April mengernyitkan dahi cukup heran dengan perkataan Mami barusan.
"Kamu kuat, bisa bertahan sama Tio selama bertahun-tahun." Kata wanita itu, sepertinya April tahu kemana arah pembicaraan ini. Ia hanya berpura-pura tidak tahu karena ingin tahu apa yang ingin Mami bicarakan setelah ini.

"Kamu pasti heran kenapa Tio mempunyai watak seperti itu." Mami mulai membuat April semakin penasaran.
"Tio itu berenam saudara, tiga laki-laki, tiga perempuan. Sebenarnya ada tujuh, tapi meninggal satu saat masih di dalam perut." Jelas Mami.
"Meninggal karena keguguran, Mi?" Tanya April.
"Lebih tepatnya keguguran, tapi karena Almarhum Papinya Tio orangnya tempramen. Jadi nggak sengaja nendang perut Mami, akhirnya keguguran." Sontak April terdiam, nafasnya mulai berat diiringi debaran jantungnya yang mulai kencang. Sebegitu tempramennya 'kah sampai-sampai anak yang dikandung Mami harus keguguran, dan jika boleh April menebak, pasti hanya masalah sepele. Karena sepertinya Mami tipe wanita pekerja keras dan menyayangi keluarganya, bukan seperti wanita yang suka keluar malam atau pun gemar menghabiskan harta suami.

"Kamu nggak perlu kaget, sifat dan watak Tio sama seperti Papinya. Sama seperti Surya dan sama seperti adik Tio yang terakhir, yang laki-laki, bentar lagi juga mau ngurus perceraian karena sering KDRT sama istrinya." Sambung Mami, lagi-lagi April terdiam. Kedua matanya berkaca-kaca memikirkan Tio.
"Mami cuman mau bilang, kalau kamu nggak kuat sama Tio, kamu boleh pisah. Mami nggak akan ngelarang lagi. Karena Mami tahu semua anak-anak Mami, terutama yang laki-laki, nurun dari sifat Papinya semua."

"...semua menantu perempuan Mami sudah nggak kuat, Mami jadi ngerti sekarang. Jadi, kalau kamu nggak kuat. Kamu boleh pisah." April mendengar ada nada sedih di setiap kalimat-kalimat Mami, ia sangat menyayangi anak-anak, menantu dan juga cucu-cucunya. Tapi sepertinya, anak-anak lelaki mereka tidak bisa bekerja sama dengan baik untuk mempertahankan rumah tangga.
"Tapi Mami bisa bertahan sama Almarhum Papi, bahkan sampai Papi maaf, sudah pergi." Kata April seolah mencari alasan agar April bertahan.

"Mami punya bisnis, punya kesibukan. Papi juga dulu seorang dokter di Rumah Sakit, jarang pulang karena selalu sibuk. Jadi kami jarang bertemu, itu sebabnya Mami bisa bertahan. Karena pertemuan kami tidak terlalu sering, dan lagi Mami sibuk membangun usaha dan bisnis Mami." Jelas Mami, April mengangguk mengerti.
"Kamu masih muda, masih cantik, masih bisa bahagia. Maaf Mami yang labil berharap Tio bisa bahagia kalau nikah sama kamu, tapi ternyata Mami salah. Tio mungkin bahagia menikah sama kamu, tapi kamu belum tentu bahagia selama hidup sama Tio."

Mami memegang sebelah pipi April, sontak April tersenyum kecut karena pernyataan Mami barusan adalah benar.
"Kamu nggak usah ngerasa bersalah kalau pernikahan kalian gagal, bukan kamu yang gagal. Kamu sudah berusaha kuat, hanya Tio saja yang nggak bagus mentalnya." Kata Mami.

Lagi-lagi April hanya bisa mengangguk.
"Mami nggak nyuruh kamu buat pisah sama Tio, Mami memberikan kamu kebebasan untuk memilih. Yang terpenting kamu sudah tahu bagaimana sifat dan watak Tio, sifat tempramen dan posesif seperti itu tidak akan pernah bisa berubah, meski sudah menikah atau memiliki anak sekali pun. Tidak ada jaminan seseorang dengan sifat toxic akan berubah, kamu berhak memilik April. Dengan atau tanpa Theo, Mami akan memberimu kebebasan."

Wanita itu lalu beranjak dari duduknya meninggalkan April begitu saja, terlihat kedua mata Mami berkaca-kaca pertanda wanita itu memang sedang sedih. Pasti memikirkan rumah tangga anak-anaknya yang perlahan mulai hancur satu-persatu.

Yang tak lain dan tak bukan karena berasal dari Papi mereka yang juga keras, anak-anak pasti melakukan apa yang mereka lihat sewaktu kecil. Tiba-tiba April memikirkan Tio..
Sedari kemarin saat Tio membuat sekujur tubuhnya lebam pun sebenarnya April ingin sekali meninggalkan Tio, hanya saja ia masih membutuhkan waktu dan memikirkan waktu yang tepat.
Saat perasaan April rasanya sudah mulai hilang kepada Tio dan kini hanya tersisa rasa kasihan terhadap pria itu.
April sempat berpikir jika saja ia tak pernah mengenal Tio dan tidak pernah berhubungan dengan pria itu, maka pilihannya tidak akan sesulit ini.

***

To be continued

24 Sept 2023

Om TioWhere stories live. Discover now