Beri Semua Cintamu

2.8K 110 3
                                    

Panas dan peluh, Tio memeluk tubuh polos tanpa sehelai benang yang berada di bawahnya dengan bemandikan keringat. Terkulai lemas dengan nafas berat dan dada naik-turun, Tio melonggarkan sedikit pelukannya kepada gadis itu. Melihat raut wajah penuh peluh dan air mata, kedua matanya terpejam entah karena menahan rasa sakit atau lelah. Tio sendiri tidak tahu..

Yang ia tahu, malam ini Tio telah mengambil sesuatu yang paling berharga dari April. Sesuatu yang diberikan kepada dirinya dengan suka rela, harusnya Tio tersenyum penuh kemenangan setelah mendapatkan hal itu. Tapi sekarang ia merasa kasihan terhadap seorang gadis yang ternyata benar-benar masih perawan, April pasti merasakan sakit yang luar biasa.
"Sakit?" Bisik Tio bertanya tepat di depan wajah gadis yang masih memejamkan kedua matanya itu, April mengangguk dengan pelan. Seolah hanya itu sisa lekuatan yang ia miliki sekarang ini, Tio menghembuskan nafas kasar. Sudah ia katakan kepada April untuk tidak melakukannya, tapi gadis itu keras kepala.

Kini ada hal lain yang Tio khawatirkan dan berharap itu tidak terjadi.
"Nyesel nggak?" Tanya Tio yang penasaran, tiba-tiba April membuka kedua matanya. Memperlihatkan binar yang sedikit berkaca-kaca karena tangisnya tadi, membuat Tio berdecak kagum.
"Enggak." Jawabnya singkat, Tio tak percaya dengan apa yang sudah ia lakukan kepada April mungkin sedikit memaksa di tengah permainan. Tapi gadis itu sama sekali tidak menyalahkan Tio atas tindakan yang sedikit brutal tadi.
"Kenapa?" Tanya Tio lagi, gadis itu terlihat memaksakan senyumannya. Tio dapat melihat hal itu.
"'Kan April udah bilang ini kado ulang tahun." Jawabnya polos.

Ingin sekali Tio menampar wajahnya saat ini juga, seharusnya ini menjadi hadiah untuk Tio karena gadis itu yang memberikan sesuatu berharga kepadanya. Tapi April malah berpikir sebaliknya.
"Lagian kalau mau nyesel, udah terlanjur juga 'kan?" Sambung April, Tio mengangguk membenarkan. Yang sudah pecah, pecahlah sudah! April juga terlihat benar-benar tidak menyesalinya dan malah menyukainya, hanya karena ini kali pertama April melakukan hal tersebut maka dari itu gadis ifu merasa sakit dan lelah. Tio berbaring di sebelah April, mengambil tubuh mungil gadis itu ke dalam dekapannya sementara April menyandarkan kepalanya di bahu Tio. Mereka berpelukan dalam kediaman dan ketenangan, berusaha mencerna sesuatu yang telah mereka lakukan adalah kenyataan dan bukan hanya mimpi semata.

Kedua mata April kini telah terbuka dengan lebar, merasakan rasa sakit di area selangkangannya membuat April tersadar kalau dirinya baru saja kehilangan sesuatu yang paling berharga. Namun April sama sekali tidak merasa menyesal dan malah menyukainya, sambil menghirup aroma maskulin yang menguar dari tubuh Om Tio. April mulai menggerakan sebelah tangannya dan meletakannya di perut pria itu, Tio sendiri yang menatap langit-langit kamarnya merasakan April mulai memeluk tubuhnya menggunakan sebelah tangannya yang mungil itu dan membuatnya tersenyum kecil.

"Mau tidur di sini 'kah?" Tanya Tio meskipun hal itu tidak akan terjadi mengingat kedua orang tua April pasti akan khawatir dengan keberadaan putrinya, apalagi April hanya keluar rumah seorang diri menggunakan sepeda motor dan hanya mengenakan baju tidur.
"Boleh 'kah?" Sedikit mendongak melihat ke arah wajah Om Tio yang tersenyum ke arahya.
"Hehehe... nggak usah ya? Nanti dicariin Ibu sama Bapak." Kata Om Tio, April mengangguk tanpa berkata apapun dan kembali merebahkan kepalanya di bahu Tio. Sekilas Tio mengecup dengan sayang puncak kepala gadis itu, memegang bahu April yang polos tanpa sehelai benang pun menggunakan jemari beruratnya. Terasa lembut dan halus, selembut hati gadis itu yang masih tidak mengerti apa-apa. Tapi Tio baru saja menghancurkannya..

"Usianya berapa sekarang?" Tanya Tio hanya sekedar basa-basi meski di dalam hati ia sudah tahu jawabannya.
"Dua puluh." Jawab April dengan singkat, Tio mengangguk. Dua puluh tahun kehilangan sesuatu yang ia percayakan pada Tio, membuat Tio merasa tidak ingin meninggalkan gadis itu apapun yang terjadi. April adalah seorang gadis yang paling sempurna di mata Tio, tidak seperti wanita-wanita yang ia pernah ia kencani sebelumnya. April tidak rewel, tidak matre, tidak manja, dan juga tidak mengerti arti dari kata selingkuh. Mungkin karena gadis itu masih terlalu muda, namun hal itu memberikan Tio berbagai macam keuntungan dalam berpacaran dengan April.

Dan nilai tambah ketika seks pertama dilakukan bersama dengan dirinya, tentu saja hal itu membuat rasa kepercayaan diri Tio semakin bertambah dan semakin yakin akan hubungannya dengan April. Tanpa April sadari jika semakin Tio serius dengan hubungan ini, maka kehidupan gadis itu akan semakin terkekang. Sekarang April mungkin merasa kupu-kupu tengah beterbangan di perutnya dan suasana romantis ini benar-benar membuatnya bahagia. Tapi ia tidak mengerti jika Tio bukanlah pria yang membiarkan pasangannya berada di keramaian tanpa pengawasan dirinya, terlihat perhatian tapi sebenarnya mengerikan. Tio mengeratkan pelukannya di bahu April, seolah tak ingin melepaskan gadis itu sampai kapan pun..

"Eh... Om Tio, udah jam sebelas!" April membuka kedua matanya setelah mereka berdua terlelap sambil berpelukan di atas ranjang dengan posisi seperti tadi, namun April tiba-tiba terbangun dan teringat jika ia berada di rumah Om Tio dan harus segera kembali pulang ke rumah karena besok harus bekerja.
"Bangun!!!" Seru April lagi dan akhirnya membangunkan Tio dari tidur lelapnya, entah mengapa tidurnya barusan terasa sangat lelap dan nikmat. Seolah Tio merasa ia tengah tidur dengan seorang wanita yang ia anggap sebagai seorang istri..
"Pelan-pelan aja kalau masih sakit." Kata Tio saat melihat April mengenakan pakaiannya sembari meringis.

April pasti masih merasakan sakit di area selangkangannya, apalagi saat memakai celana tidur itu.
"Om anter pulang aja ya!" Ujar Tio yang membuat April berpikir.
"Pakai motor siapa? Masa motor April ditinggal di sini?" Sahut April.
"Pakai motor April aja."
"Terus, nanti Om pulangnya gimana?" Tanya April.
"Gampang aja, temen Om banyak di sekitar situ. Atau jalan kali juga nggak apa-apa." Kata Tio seraya mengenakan kaos berwarna hitam.
"Jauh loh, kalau jalan kaki."
"Ya udah, nanti aja itu dipikirin. Ayo pulang! Nanti Ibu sama Bapak nyari'in." Seru Tio.
"Nyari'in dimana? Nyari'in di rumah?" Kata April yang membuat Tio tak henti-hentinya tersenyum.

Akhirnya, mereka berdua keluar dari dalam rumah Om Tio. April berusaha duduk di jok belakang motornya sendiri sementara Om Tio berada di depan mengendarai, tapi saat duduk di sana. April merasakan perih yang luar biasa hingga ia harus menyadarkan kepalanya di punggung Om Tio.
Tio yang menyadari hal itu hanya bisa mengelus dengan lembut tangan April yang melingkar di perutnya, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menenangkan gadis itu setelah apa yang telah Tio perbuat padanya. Dan entah mengapa, Tio juga turut merasakan rasa sakit yang April alami saat itu juga.



***

To be continued

18 Okt 2022

***

Author perhalus bahasanya dan kurangi adegannya biar gak kena banned Om Wattpad

Happy reading ❤❤❤

Om TioUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum