Rindu

512 57 1
                                    

Dada April terasa sesak..
Melihat pria yang sudah lama tidak ia lihat kini berdiri tak jauh darinya dan terlihat baik-baik saja membuatnya sedikit lega, tak ada perubahan pada tampilan pria itu, semuanya nampak sama, pikir April.
Namun ada sesuatu yang mengganjal di pikiran April, tentang masa lalu dan semua hal yang harus dilaluinya seorang diri.
Perihal kehamilan dan jahatnya pria itu dulu memperlakukannya, tempramental serta rasa posesif yang besar membuat April yang tadinya lupa padanya, kini berubah menjadi benci, dan juga takut.
Takut jika pria itu memaksanya lagi dan membawanya lagi entah kemana, mengingat hal itu, seolah-olah meluluh-lantahkan perasaan yang besar kepada pria itu.

Tio dapat melihat wajah April yang terkejut sekaligus takut, wanita itu menjatuhkan gelas yang berisi jus jeruk segar ke atas lantai dan membiarkan gelas itu pecah seketika. Sama seperti kepercayaan April dulu kepadanya, kini retak dan pecah seketika. Membiarkan air tersebut berhamburan di atas lantai dan membasahi sedikit ujung kakinya.
Tio tak tahu langkah apa yang harus ia ambil saat ini, melangkah maju tentu akan membuat wanita itu semakin takut dan mungkin akan lari.
Tapi ia juga tak ingin mundur dan mengabaikan sosok yang ia rindukan selama ini, hanya bisa berdiri menatapnya dan tak berani menyapa meski ia ingin sekali memeluk tubuh itu serta menghirup aroma rambut panjangnya yang selalu wangi.

April yang tak ingin terlalu larut dalam lamunan sembari menatap pria itu, akhirnya segera pergi meninggalkan dapur. Melewati Tio begitu saja dengan tergesa-gesa menundukan wajahnya tak ingin bertatapan secara langsung, Tio sendiri membiarkan wanita itu melewatinya begitu saja. Tak ingin membuat gaduh seisi rumah atau membuat April menjadi histeris jika Tio memaksakan keinginannya untuk tetap memeluk wanita itu, Tio hanya bisa menghela nafas kasar. Rasanya ingin memukul dinding dan berteriak jika ia rindu, tapi ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri jika ia sudah keluar dari penjara, ia akan mengubah sikapnya.

Brak!
Surya mendengar gebrakan pintu dari teras, terlihat pintu kamar April sudah tertutup pertanda ada yang masuk ke kamar itu. Dilihat lagi ternyata Tio masih ada di dapur, menandakan bahwa pria itu tak mendapat sambutan baik dari April. Surya hanya menaikan sebelah alisnya, memang sudah seharusnya seperti itu. Tio memang harus mendapatkan balasan dari perbuatannya, karena penjara saja sepertinya tidak akan membuatnya jera. Hanya penolakan dari April yang bisa membuatnya frustasi.
Tak lama Mami muncul membawa Theo, membawa bocah laki-laki itu kepada Tio yang masih berdiri di ambang pintu dapur.

Saat Tio berbalik ia sedikit menyunggingkan senyum melihat anak laki-lakinya sudah tumbuh besar dan setampan itu.
"Theo, kenalin ini Ayah! Ayah Tio!" Ujar Mami, Theo nampak bingung. Karena Mami dan Bunda juga Om Surya tidak pernah berkata bahwa Theo memiliki seorang Ayah, tapi ternyata ia memilikinya. Seorang Ayah yang tampan dengan postur tubuh tinggi seperti yang Theo ingin jika dewasa nanti.
"Wah, jadi Theo punya Ayah, Oma?" Tanya Theo sembari memerhatikan Tio dengan seksama, anak kecil itu tak paham jika wajah mereka berdua begitu mirip.
Tio berjongkok di hadapan Tio secara perlahan, "iya, ini Ayah!" Sahut Tio yang hanya dibalas senyuman lucu khas anak-anak oleh Theo.

Mami sampai menitikan air mata, sembari menoleh ke belakang dan melihat kamar April tertutup rapat. Sudah pasti wanita itu telah melihat Tio dan berusaha menghindar darinya.
"Sudah ketemu April?" Tanya Mami basa-basi.
Tio mengangguk sembari menggendong Theo, "sudah." Jawabnya singkat, Mami turut ikut menghela nafas. Pasti akan sulit menyatukan kembali keduanya, terlebih apa yang sudah dilalui oleh April. Namun, Mami bersikeras untuk tetap menikahkan Tio dengan April apapun yang terjadi. Karena Theo harus mempunyai keluarga yang utuh sama seperti anak-anak lainnya di usia Theo.

Sementara, di dalam kamar April menangis...
Bukan hanya karena menahan rindu dan sesak di dadanya, tapi juga khawatir kalau Tio akan mengambil anaknya darinya. Tio memiliki segalanya untuk membesarkan Theo yang tidak dimiliki oleh April, bisa saja kelak pengadilan lebih memilih Tio untuk menjatuhkan hak asuh kepada pria itu.
Pikiran April yang terlalu jauh juga pasti pernah dirasakan oleh Single Parent yang berebut hak asuh anak-anak mereka, padahal Mami dan Tio tidak hanya menginginkan Tio, tapi juga Bundanya.
April buru-buru mengambil ponsel dan menghubungi siapa saja yang mungkin dapat membantunya, ada salah satu grup chat yang berisikan teman-teman lamanya yang masih berhubungan baik dengannya hingga saat ini.

Amy dan Nita..
Nita yang sekarang menjadi seorang pengacara dan Amy yang seorang perawat, salah satu dari mereka pasti bisa membantu April menangani masalah seperti ini.
"Dia datang!" Sent.
April mengirim sebuah pesan singkat, namun menunggu beberapa menit tak kunjung ada balasan. Mungkin mereka sedang sibuk, pikir April. Wanita itu bahkan sempat ingin menghubungi kedua Orang Tuanya untuk dijemput pulang, namun April urungkan niat tersebut karena khawatir akan kesehatan Ibunya jika mendengar kabar secara mendadak. Hingga pada akhirnya, April terlanjur terlarut dalam beban pikirannya sendiri. Beban yang sebenarnya belum pasti apakah Tio dan Mami akan benar-benar mengambil Theo darinya.

April bahkan sempat berpikir bahwa dirinya tinggal di rumah Mami hanya untuk melahirkan dan merawat Theo, jika Tio sudah keluar dari penjara, semua orang akan membuang April begitu saja karena mereka hanya membutuhkan Theo.

Cekle...
Tiba-tiba pintu terbuka ketika Mami memasuki kamar April, membuat gadis itu terkejut setengah mati.
"Mana Theo, Mi?" Tanya April dengan nada khawatir.
"Di luar lanjut main sepeda." Jawab Mami dengan santai, namun wanita itu dapat melihat kegelisahan di wajah April.
"Tio mana?" Untuk kedua kalinya, April bertanya tentang keberadaan pria itu setelah ia berhasil keluar dari kurungan Tio beberapa tahun yang lalu, seolah de javu Mami dengar.

"Tio pulang ke rumahnya, dia nggak akan tinggal di sini." Kata Mami berusaha selembut mungkin menjawab berbagai pertanyaan April, namun tiba-tiba April berlutut sambil memegangi kedua kaki Mami yang membuat Mami terkejut bukan main.
"Loh, Pril? Kenapa?" Mami terlihat panik.
"Mam, April mohon jangan ambil Theo dari April!" Kata gadis itu dengan nada memohon, padahal Mami dan Tio sempat khawatir jika April yang akan pergi pulang ke rumah kedua Orang Tuanya dengan membawa Theo. Tapi nyatanya, April yang lebih takut untuk kehilangan Theo dari segalanya. Hal itu tentu saja akan digunakan Mami untuk dijadikan alasan agar Tio dan April harus dinikahkan.

***

To be continued

11 Sept 2023

Om TioTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon