Pilihan

601 76 2
                                    

Semakin hari semakin membuat April merasa gundah, teman-temannya lebih memilih agar April meninggalkan Om Tio. Kedua orang tuanya pun pasti seperti itu, tapi entah mengapa April merasa berat pada Om Tio dari pada masa depannya sendiri. Katakanlah ia gadis yang bodoh, tapi April tidak bisa membohongi dirinya sendiri dan bersikap seolah ia tidak menginginkan Om Tio lagi. Dan seharusnya April sudah tahu bahwa kedua temannya itu pasti lebih memilih April untuk meninggalkan Om Tio.

"Jadi, kamu belum mikir mau lanjut kemana?" Tanya Nita yang duduk di sebelahnya saat mereka menyaksikan pertandingan basket yang diadakan di sekolahnya.
"Belum, aku sendiri masih bingung." Sahut April, Nita menghela nafas kasar seraya menggeleng lemah.
"Hah! Nggak habis pikir ya sama kamu. Itu cowok udah nyakitin kamu, tapi kamunya masih aja milih dia." Omel Nita, April tak ingin menanggapi hal tersebut dan kembali ribut dengan teman-temannya sendiri meski semua perkataan temannya itu benar.
"Kan kamu belum pernah ngerasain yang namanya pacaran, Nit!" Sindir Amy yang duduk di sebelah April dengan suara pelan seolah menggoda Nita.

"Pacaran atau enggak, masa iya lebih pentingin cowok kaya gitu! Kalau misalkan dia emang support pacarnya, dia pasti bakal nunggu dengan setia kok." Cecar Amy yang masih tidak percaya kepada April yang labil dalam menentukan pilihannya.
"Iya... iya deh!" Sahut Amy.
"Eh, tapi orang tua kamu lumayan bijak loh Pril, kalau menurut aku. Mereka nyuruh kamu buat milih salah satu dari dua pilihan yang mereka sediakan, bayangin aja kalau kamu masih berhubungan sama Om Tio sambil kuliah. Kamu pasti bakalan pusing karena selalu dilanda masalah sama Om Tio yang super cemburuan dan posesif di saat tugas lagi banyak-banyaknya, iya nggak sih?" Tukas Amy, membuat April berpikir keras.

"Iya, Amy bener tuh! Maksud orang tua kamu, biar mereka nggak kecewa nantinya Pril. Siapa tau kuliah kamu nggak selesai karena MBA." Kata Nita.
"MBA apaan?" Tanya Amy.
"Married by Accident!" Jawab Nita.
"Sampe segitunya! Wah, kacau loh Nita!" Ujar Amy, sementara April hanya menggelengkan kepala tak habis pikir.
"Ya, siapa tau kan. Inget nggak kakak kelas kita dulu yang ngambil jurusan kebidanan? Hamil loh! Katanya dia itu tinggal bareng sama pacarnya di kos-kosan gitu, terus akhirnya hamil. Orang tuanya nangis-nangis gila.... kan kasian orang tuanya kalau gitu!" Ujar Nita panjang lebar.

Entah mengapa dari cerita Nita barusan membuat April menjadi berpikir lagi, mungkin hal seperti itu tidak akan terjadi kepada April mengingat Om Tio sangat sopan kepadanya. Tapi, tidak ada yang tidak mungkin jika sudah ada sangkut pautnya dengan Om Tio. Masalah terus silih berganti berdatangan ke kehidupan April setelah mengenal Om Tio, April khawatir jika kelak suatu saat setelah ia memutuskan untuk memilih pendidikannya dari pada Om Tio. April malah akan berhubungan dengan Om Tio secara diam-diam dan membuat kedua orang tuanya kecewa padanya jika ketahuan, sepertinya April memang harus merelakan pendidikannya. Karena pria itu terus menghantui kehidupan April.

"Udah lah, gibahin orang mulu. Kaya diri sendiri baik-baik aja!" Sahut Amy yang akhirnya membuat kedua gadis itu terdiam dari pembicaraan mereka.
"Yang baik-baik aja belum tentu baik." Racau Nita.
"Eh, iya. Tau kan si Henny? Kakak kelas kita juga yang satu angkatan sama si anu tadi itu. Kak Henny itu kan cewek baik-baik, religius terus pendiem. Tiap hari kerjaannya ke perpustakaan terus kalau jam istirahat, pinter mana cantik lagi. Eh nggak taunya, hamil duluan juga pas ngekos dong!" Ujar Amy dengan urat leher yang seolah ingin keluar dari tempatnya, membuat April yang berada di tengah-tengah temannya itu menepuk dahinya sendiri.

"Tadi katanya nggak mau gibah!" Sahut Nita seraya memutar kedua bola matanya dengan malas.
"Hehehe, keterusan Nit!" Amy menyengir memperlihatkan deretan giginya yang putih.
"Jadi, maksud kalian berdua. Aku bakalan kaya mereka juga gitu? Tiba-tiba hamil aja." Kata April seraya menyunggingkan senyum.
"Ya, nggak cuman hamil sih Pril. Mungkin aja minum-minuman keras, obat-obatan terlarang. Jadi tukang ke klub-klub malam gitu, ya nggak sih?" Kata Nita, Amy mengangguk meng-iyakan.
"Emangnya kalian pikir Om Tio orangnya kaya gimana sih? Dia itu pulang kerja, langsung pulang ke rumah. Ke kafe malam itu aja malu-malu gitu kok!" Kata April membela Om Tio.

"Iya deh, yang bela'in pacarnya!" Amy menaikan kedua bola matanya seraya menyeruput minuman dingin.
"Malu-malu tapi tidur sama cewek lain." Racau Nita yang membuat mereka bertiga hanya tertawa, karena saat ini April tidak ingin lagi memikirkan hal itu. Dan kini April memahami jika kedua temannya itu memang menunjukan rasa tidak sukanya terhadap Om Tio, semua itu semata-mata mereka lakukan karena perduli kepada April. April memahami hal itu, oleh karenanya ia tidak ingin berdebat dengan teman-temannya lagi dan membuat April kehilangan mereka seperti kemarin.

"Yuk ah, pulang! Udah nggak ada yang dikerjain juga di sekolah." Ajak Amy.
"Ya, kalian pulang. Terus aku sendirian dong, aku nggak bawa motor." Kata April.
"Belum dijemput Om Tio?" Tanya Nita.
"Om Tio nggak bisa keluar kalau jam segini, paling habis tengah hari dia baru bisa keluar sebentar." Balas April.
"Terus gimana? Kita mau ngapain sampe tengah hari di sini?" Tanya Amy.
"Bonceng tiga aja yuk!" Seru Nita.
"Enak aja! Rusak ban motor aku kalau kaya gitu, udah kamu nebeng nggak pernah beliin bensin." Omel Amy.
"Ya udah deh kalian pergi aja dari pada berantem, aku tunggu di kelas aja sambil nunggu tebengan." Sahut April.

"Beneran nih Pril?" Tanya Amy memastikan.
"Iya bener, dah sana pergi!" April mengangguk lalu mengusir kedua temannya yang akhirnya pergi, sementara April kembali ke dalam kelas menunggu seseorang yang bisa ia tumpangi. Tapi, April kembali berpikir jika Om Tio tahu dirinya dibonceng oleh teman-temannya yang lain apalagi teman pria. Om Tio pasti akan marah dan kembali mendiamkan April seperti kemarin. Pada akhirnya April lebih memilih untuk menghubungi Ibunya dan meminta jemput, dari pada masalah jadi berkembang sementara masalah yang kemarin saja belum terselesaikan sampai sekarang. Di saat semua teman-teman April sibuk mencari brosur dan mulai mencari jurusan yang tepat untuk mereka, April sampai detik ini belum juga membuat keputusan.

Berpisah dulu dengan Om Tio lalu kembali beberapa tahun lagi?
Atau melanjutkan hubungan bersama pria itu dan kehilangan masa depan yang ia inginkan?
April rasa, tidak ada yang salah dengan masa depan. Asalkan dirinya cukup kuat untuk berusaha.


***

To be continued

2 Okt 2022

Om TioWhere stories live. Discover now