"Dasar menyebalkan!" Anstia mengatakan itu sebelum benar-benar masuk ke dalam portal.

Rusta menetap portal yang menghilang itu, dia menunduk menatap bunga putih yang diberikan oleh Anstia. Berjongkok, Rusta meraih bunga berwarna putih itu, dia menatap bunga tersebut lama. Menghela nafas, Rusta memasukkan bunga itu di saku pakaiannya.

Alasan mengapa dia tidak mau menerima bunga itu bukan karena bunga itu banyak di tempat ini, atau karena dia sudah bosan melihat bunga itu, tapi karena bunga itu meskipun terlihat cantik, bunga itu memiliki arti bunga perpisahan bagi para peri di tempat ini. Karena itu Rusta tidak mau menerimanya.

***

Anstia menyimpan tanaman tersebut di bawah kasurnya, besok dia akan pergi ke kota dan menyerahkan tanaman itu untuk di buat menjadi ramuan.

Rusta baru datang setelah dia menyimpan semua tanaman tersebut. "Kau lama sekali."

Rusta hanya diam, berubah menjadi rubah dan melompat ke atas tempat tidur Anstia.

Anstia mendengkus, dia duduk di pinggir kasur dan menatap Gerkan yang berdiri di depan jendela, tampak menatap keluar. "Aku ingin minta tolong pada kalian."

Gerkan menoleh, sedangkan Rusta malah menutup matanya tapi telinganya mendengar.

"Tentu." Gerkan mengangguk.

"Aku bahkan belum bilang untuk apa."

"Akan tetap kami lakukan."

Anstia tersenyum geli. "Kalau aku minta kalian mati apa akan kalian lakukan juga?"

Senyuman Anstia hilang saat Gerkan mengangguk, naga satu itu memang gila sepertinya.

"Kami sudah terikat denganmu," Rusta berubah menjadi manusia. "Kalau kau suruh kami matipun, itu bisa saja jadi perintah. Kami tidak bisa menolak."

"Aku cuma bercanda!" Anstia menatap kedua orang itu. "Aku tidak akan melakukan itu tentu saja."

"Lalu?"

Anstia melirik Rusta yang berbaring secara miring, rubah itu memeluk bantal Anstia. "Aku ingin kalian membantu saat perang nanti, aku mungkin akan mengambil suatu keputusan besar. Mungkin akan berpengaruh pada kalian."

"Kau minta kami matipun akan kami lakukan bodoh, apa kita berbicara dengan bahasa yang berbeda?" Rusta mendengkus, rubah itu melirik Anstia. "Kami akan bantu, kau tenang saja."

Anstia mengangguk. Dia diam sesaat. "Kalau aku mati bagaimana?"

Rusta melirik, begitu juga Gerkan yang kini berjalan mendekat pada Anstia. "Kenapa kau memikirkan hal terburuk?"

"Selalu ada pertumpahan darah saat perang, kalau aku salah satunya bagaimana?"

"Ada kami." Gerkan melipat lututnya, dia menatap Anstia. "Kami tidak selemah itu."

"Kau meragukan kami?" Rusta mendengkus. "Kami bukan sembarangan asal kau tau."

Anstia terkekeh pelan. "Aku tau, kalian kuat. Aku hanya takut jika aku mengambil satu keputusan, dan karena kita terikat itu akan berpengaruh pada kalian."

"Dari awal kami sudah tau konsekuensinya kalau kami membuat kontrak dengan manusia, itu bukan hal baru. Kalaupun kami mati kami akan hidup lagi, kabar buruk pada manusia yang terikat kontak dengan kami." Rusta meraih toples camilan yang selalu ada di atas narkas Anstia, gadis itu biasa makan saat membaca atau saat bosan.

"Kalian bisa hidup lagi?"

Gerkan mengangguk. "Kami penjaga, kalau kami mati kami akan hidup lagi. Kami tidak bisa mati. Bisa, tapi akan kembali lagi."

Anstia menghela nafas, tampak sangat lega. "Untunglah."

"Kenapa kau seakan sangat yakin akan mati? Ada apa sebenarnya? Kau sangat meragukan kami atau apa?" Rusta menyipitkan matanya menatap Anstia.

Anstia menggeleng. "Aku akan merasa sangat bersalah jika aku mati dan kalian juga, kalian masih bisa melakukan banyak hal tapi harus terikat pada kematianku. Aku tidak mau."

Rusta mengerutkan kening, dia melirik Anstia tidak suka. Kenapa gadis ini terus mengatakan hal yang berkaitan dengan kematian? Itu mengganggu Rusta.

"Berhentilah berkata kau akan mati, aku tidak akan membiarkan itu."

Anstia menoleh, dia menatap Rusta geli. "Heeehh, sejak kapan kau berkata semanis itu?"

Rusta mendengkus. "Jangan terlalu percaya diri, aku mengatakan itu hanya agar kau diam."

Anstia mengangguk beberapa kali. "Baiklah, aku percaya."

Percakapan itu berakhir setelah Rusta dan Gerkan setuju akan ikut berperang di tambah lagi sehari sebelum atau mungkin saat hari perang terjadi, dia akan mengenalkan Rusta dan Gerkan pada Ayahnya dan kakak-kakaknya.

Rahasianya akan terungkap sebentar lagi.

. . .

Rusta mah tsundere ya kan, dimulut lain di hati lain, jangan lupa komen yang banyak siapa tau jadinya update lagi karena banyak yang komen..

Update selanjutnya update selanjutnya menjelang tahun baru, sekitar tanggal 30 jadi selamat menunggu..

TAWS (1) - AnstiaWhere stories live. Discover now