Part 73 - Life or die?

Start from the beginning
                                    

"Aku sudah meminta Edward untuk melakukan itu juga. Mereka sudah menyelam beberapa menit lalu."

"Aku tidak bisa tenang walaupun sudah mengirimkan tim sar dan penyelam sebanyak itu. Mungkin aku akan ikut menyelam bersama mereka. Jika tidak segera ditemukan, Brian bisa kehabisan oksigen di bawah sana. Dia bisa mati." Ucap Victor dengan suara yang serak.

Jose bangkit dari duduknya. Ia berjalan menuju sofa di sudut ruangan. Tak bisa di elak, hatinya benar-benar tidak tenang.

"Terserah kau saja. Asal lakukan semuanya dengan hati-hati, jangan membahayakan dirimu sendiri. Hubungiku kembali jika kau membawa kabar baik."

"Sure. Jaga Kaylee disana, katakan padanya jika kami akan berusaha mencari keberadaan Brian. Aku tutup dulu."

Jose mengaitkan kedua jemarinya, pandangannya tertuju pada lantai yang ia pijaki. Walaupun ada kasus kecelakaan pesawat yang penumpangnya masih selamat, namun tak bisa di elak jika itu peristiwa yang sangat jarang sekali terjadi. Alih-alih di selamatkan, menemukan satu diantara luasnya samudra bukan hal yang mudah. Bahkan, ketakutan yang ia pikirkan sejak tadi adalah; bagaimana jika semua berkeping sama halnya dengan pesawat itu?

Lamunannya buyar saat pintu di ketuk dari luar. Jose kemudian membuka pintu, disana ada Yossepin dan pengawalnya.

"Kita berbicara di luar." Jose menutup pintu kembali. Ia melirik dua orang perawat wanita yang sejak tadi berjaga. "Masuklah, temani istriku."

Mereka mengangguk patuh. "Baik, Tuan."

Yossepin berdiri di samping Jose, ia menepuk bahu Jose dua kali. "Saya turut bersedih atas kecelakaan yang dialami oleh Tuan, George. Semoga semuanya baik-baik saja, Tuan."

Jose mengangguk. "Aku memerlukan bantuanmu."

Ekspresi Yossepin tidak menunjukkan keberatan, justru sebaliknya. "Tentu. Katakan saja apa itu?"

"Aku akan kembali ke USA setelah ini, siang ini juga. Aku membutuhkan private jet milik Anda untuk kami kembali. Suasana di sana tidak cukup baik, butuh waktu sedikit lama jika meminta orang-orang ku untuk mengirimkan jet milikku dari sana. Bisa lakukan itu untukku?"

Yossepin langsung mengulas senyumnya. "Tentu, dengan senang hati, Tuan." Yossepin melirik arlojinya sejenak, "dua puluh lima menit lagi aku akan meminta orang-orang ku untuk membawa jet milikku mendarat di atas roof top. Apa itu terlalu cepat untuk Tuan dan Nyonya bersiap?"

Jose menggeleng. "Lebih cepat lebih baik."

"Baik, Tuan. Pengawal akan mengantarkan Anda ke atas jika sudah sampai. Jika membutuhkan sesuatu kembali segera hubungi saya."

"Terimakasih. Senang bekerjasama denganmu, Yossepin." Jose membalas perlakuan Yossepin dengan senyuman nya dan uluran tangannya yang di balas oleh Yossepin langsung.

Setelah bertemu dengan Yossepin, Jose langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya kembali. Ia juga menghubungi pelayannya untuk membawakan seluruh barang-barang mereka sebelum mereka mengudara.

Jose tertawa kecil ketika melihat istrinya masih dalam keadaan terlelah. "Kau seperti putri tidur. Pingsan ataupun tidak, tidak ada bedanya."

Jose kemudian mencium pelipis Kaylee, untuk memastikan sesuatu. Senyumnya terbit kembali. "Rupanya kau lebih dari sang Aurora."

Bukankah sang Aurora yang terlelap baru akan tersadar jika sang pangeran menciumnya?

***

Setelah rasa kehilangan hinggap di keluarga kecilnya, kini hal itu terjadi kembali pada keluarganya. Puluhan tahun lalu, keluarga George di hadapkan pada kenyataannya yang begitu pilu, yaitu meninggalkannya putra kedua George. Saudara kembar Brian. Hal itu merupakan hal pilu yang memikul batin Chelsea dan Samuel, namun menyedihkannya, hal itu kembali datang. Berita jatuhnya pesawat yang di kendarai oleh Brian tlah sampai di telinga mereka. Samuel dan Chelsea. Mereka bagaikan batu karang yang di hantam oleh deburan ombak yang begitu kencang. Kondisinya benar-benar kacau.

My Husband CEO (PROSES REVISI)Where stories live. Discover now