Just Junghyo✔

By ShiaMoer

229K 21.5K 6.1K

Beda judul beda alur (Jungkook Jihyo doank isinya) #oneshoot iya, ficlet iya, short story iya juga# note : se... More

My Heart Is Beating Fast (Cast)
My Heart Is Beating Fast (One Shoot)
Like A Fool
Falling In Love With Superstar Bag. 1
Falling In Love With Superstar Bag. 2
24 Hours Meet You
Love ME
Coward
Second Lover *1*
Second Lover *2*
Second Lover *3*
Second Lover *4*
My Ex
Park Jihyo (Fancy) Photo Edit
Converse High (Ficlet)
Rock 'N' Roll
Come Back Home
I will wait for you to break up
The Radio Girl
Learn To Love Me
Come Back Home (2)
Break
Break (2)
Chocolate (Ficlet)
Memory
Come Back Home (3)
Do you like me or not?
Stay With Me (1)
Stay With Me (2)
Stay With Me (3)
Stay With Me (4)
Stay With Me (5)
Is It Too Late? (1)
Is It Too Late? (2)
Is It Too Late? (3)
Is It Too Late? (4)
Is It Too Late? (5)
The Demon
Flipped
I'm Jealous (1)
I'm Jealous (2)
I'm Jealous (3)
I'm Jealous (4)
I'm Jealous (5)
(Not) Mistake Bag. 1
(Not) Mistake Bag. 2
(Not) Mistake Bag. 3
(Not) Mistake Bag. 4
JK's Birthday 💜💜💜
Come Back Home (4)
Pacaran
Virus (1)
Virus (2)
Virus (3)
Virus (4)
Call me "Mommy" (1)
Call me "Mommy" (2)
Call me "Mommy" (3)
Call me "Mommy" (4)
Call me "Mommy" (5)
Pacaran (Speial MAMA 2020)
Christmas Day (1)
Christmas Day (2)
bini
bini (2)
cuek
sok cuek
Serbuk Berlian
💜Purple Heart
💜Purple Heart (1)
💜Purple Heart (2)
💜Purple Heart (3)
💜Purple Heart (4)
💜Purple Heart (5)
💜Purple Heart (6)
💜Purple Heart (7)
💜Purple Heart (8)
💜Purple Heart (9)
💜Purple Heart (10)
💜Purple Heart (11)
💜Purple Heart (12)
💜Purple Heart (13)
[BONUS] 💜Purple Heart (14)
Dreamy Girl
Childish
Serbuk Berlian (2)
Hubby & Wifey
I'm a girl (1)
I'm a girl (2)
I'm a girl (3)
I'm a girl (4)
I'm a girl (5)
I know who I love (1)
I know who I love (2) - END -
Mine (1)
Mine (2) - END -
Annoyed
😭
Grim Reaper
For Love's sake
My Baby (1)
My Baby (2)
My Baby (3)
My Baby (4)
My Baby (5)
My Baby (6)
My Baby (7) - END -
More Than Friends
Pacaran (Cemburu)
Pacaran (Konser)
Obsession (Ficlet)
The Smart Twins (1)
The Smart Twins (2)
The Smart Twins (3)
The Smart Twins (4)
The Smart Twins (5)
The Smart Twins (6) -END-
The Jeon's : Dying our babies hair pink
I'm not bitch
A Broken Queen Bag. 1
A Broken Queen Bag. 2
A Broken Queen Bag. 3
A Broken Queen Bag. 4
A Broken Queen Bag. 5 -END-
fuck you under the full moon
The blind woman I love (1)
The blind woman I love (2)
The blind woman I love (3)
The blind woman I love (4)
The blind woman I love (5)
The blind woman I love (6)
The blind woman I love (7)
The blind woman I love (8) - END -
Misunderstanding
Geeky
pilih jio atau hidup jungkook?
My Police
Seven - Intro
Seven (1) I am home
Seven (2) Divorce papers
Seven (3) see her again
Seven (4) meet her again
Seven (5) get away from me
Seven (6) she is married
Seven (7) due to jealousy
Seven (8) let me keep my love for you
Seven (9) fake husband
Seven (10) desire
Seven (11) misunderstanding
Seven (12) plan
Seven (13) I love you so much that I want to die
Seven (14) prospective mother-in-law
Seven (15) really miss you
Seven (16) propose to you
Seven (17) marriage anxiety
Seven (18) first night
Seven (19) triples
Seven (20) anniversary -END-

Camera Love

1.6K 153 53
By ShiaMoer

Cerita ini sebenarnya udh lama banget. Pas aku jaman SMA nulis ini, gk tau dah udh berapa taun itu lamanya. Aku pernah up di wp pertama trus unpub :v selamat nikmati...

Cerita informal. Setiap kata miring menandakan flashback.

Starting

Jeon Jungkook (quiet boy)

Park Jihyo (chatty girl)

"Apa aku salah mencintai seseorang? Tapi... sepertinya memang salah. Karena aku tidak normal."

.
.
.

Jerpreett...

Park Jihyo tersenyum melihat hasil jepretan kamera yang baru saja diambilnya. Ia mendongak menatap bangunan tua yang ada di hadapannya sekarang. Bangunan tua yang sudah lama sekali tidak dihuni. Bangunan Tua yang sudah memberikan cerita-cerita di kehidupannya. Di mulai dari cerita tentang persahabatannya, tentang arti musik dan... tentang cinta. Dan bangunan tua ini telah mempertemukan dirinya dengan seseorang yang sangat dicintainya. Seseorang yang telah berhasil mengambil perhatiannya semenjak berada di bangunan tua ini, dan seseorang yang telah mencuri hatinya.

Jihyo memperhatikan tulisan besar yang ada di dinding bangunan tua ini. Ia tersenyum kecil memperhatikan tulisan itu. 'Hanlim Multi Art School'.

Dengan mantap Jihyo pun memasuki gerbang bangunan tua itu. Tapi kemudian langkahnya terhenti saat mengingat pertemuan dirinya dengan seseorang yang telah mencuri hatinya.

"Pulang sekolah kamu harus pulang jangan keluyuran."

Gadis berponi ini hanya memutar bola matanya kesal mendengar ceramah yang keluar dari mulut kakak

laki-lakinya.

"Iya aku tau. Sekarang oppa pergi deh, ntar lagi bel aku bunyi nih," kesal Jihyo menatap kakak laki-lakinya yang masih duduk di motor besarnya, tak kunjung pergi iuga.

"Okeh oppa pulang. Tapi kamu ingat pul—"

"Aku tau oppa, pulang sekolah nanti aku langsung pulang!" kali ini suara Jihyo terdengar tegas.

Awalnya Jihyo sendiri terkejut dengan nada bicaranya tadi pada kakaknya, tapi melihat sekelilingnya, ia menjadi malu. Malu karena teman-teman satu sekolahnya sedang memperhatikannya sambil tertawa kecil maka dari itu yang membuatnya kesal adalah kakaknya. Kakaknya bahkan sedari tadi menceramahinya, membuat waktunya hampir habis. Padahal rencananya ia datang ke sekolah dengan cepat karena ingin mencari kelas barunya, tapi rencananya langsung buyar saat kakaknya menceramahinya panjang lebar, seakan menahannya untuk memasuki sekolah barunya ini.

"Kok nadanya gitu sih?"

Jihyo hanya meringis lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Merasa bersalah dengan nada yang baru saja diucapkannya tadi.

"Terserah deh. Oppa pergi deh. Aku belum cari kelas lho," ujar gadis berponi ini sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke hadapan kakaknya.

Kakak Jihyo pun menghela nafasnya dengan berat. Rasanya tidak tega meninggalkan adik satu-satunya ini. Karena ini pertama kalinya adiknya memasuki sekolah barunya. Memang sih ia menyadari adiknya sudah memasuki sekolah menengah atas bisa dikatakan adiknya sudah remaja, tapi ia masih merasa adiknya itu masih kecil, yang harus ditemanin kemana-mana. Katakan sajalah dirinya over protektif.

"Yaudah oppa pergi. Kamu hati-hati ya, kalau ada yang macem-macem bilangin sama kakak."

Jihyo menganggukkan kepalanya. "Chanyeol oppa juga hati-hati ya."

Chanyeol mengacak rambut Jihyo dengan lembut, lalu ia memakai helmnya. Akhirnya Chanyeol pergi meninggalkan sekolah baru adiknya yang manis itu.

Jihyo tersenyum dengan senang, akhirnya kakaknya pergi juga. Ia bisa mencari kelas barunya. Jihyo membalikkan tubuhnya, dengan semangat dia berjalan memasuki gerbang sekolah barunya ini. Tapi belum sempat memasuki gerbang sekolah barunya tiba-tiba saja suara bel berbunyi membuat Jihyo membulatkan matanya. Bukannya berlari, Jihyo malah hanya mematung. Ia masih tidak yakin yang didengarnya tadi adalah bel sekolahnya. Tapi seketika ia yakin saat melihat teman-teman seangkatannya dan kakak-kakak kelasnya berlarian memasuki sekolah barunya.

Sial! Kakaknya sukses membuat rencananya hilang begitu saja, padahal tadi ia ingin mencari kelas barunya, lalu mencari teman baru lalu melihat-lihat sekolah barunya. Tapi sekarang ini, bel sudah berbunyi, dia bahkan belum tau kelasnya dimana.

Gadis berponi ini pun tersadar saat mendengar bel sekolahnya kembali berbunyi. Dengan sedikit berlari ia memasuki gerbang sekolahnya. Namun...

Brukk...

Jihyo meringis mengusap-ngusap pantatnya yang terjatuh. Baru saja ingin memasuki gerbang sekolah barunya, tapi ia sudah mendapatkan musibah. Dengan kesal Jihyo menatap seseorang yang telah menabraknya dari belakang tadi. Seseorang itu juga terjatuh tidak jauh dari jaraknya.

Jihyo berdiri lalu menghampiri seseorang yang menabraknya tadi, lalu ia pun mengulurkan tangannya pada seseorang itu, walaupun seseorang itu telah membuat nyeri di pantatnya tapi ia masih berbaik hati menolong seseorang itu.

Seseorang itu awalnya menatap sebuah uluran tangan di hadapannya, lalu ia mendongak. Dengan ragu,

seseorang itu menerima uluran tangan gadis berponi ini. Seseorang itu pun berdiri lalu menepuk-nepuk pantatnya karena sedikit kotor akibat terjatuh tadi.

"Te—terimakasih" ujar seseorang itu terbata-bata.

"Iya... seharunya kamu hati-hati kalau jalan," balas Jihyo mendengus.

Setelah itu Jihyo pergi begitu saja meninggalkan seseorang itu. Sedangkan seseorang itu menatap

punggung gadis itu yang mulai menjauh. Sesaat seseorang itu tersenyum kecil. Ia tersenyum saat

melihat wajah kesal Jihyo tadi.

"HEY!! Anak baru, cepat masuk!"

Seseorang itu tersadar saat satpam meneriakinya. Dengan cepat ia berlari memasuki sekolah barunya.

Ujung bibir gadis bermata besar ini terangkat saat mengingat pertemuannya dengan seseorang itu, pertemuan yang tidak sengaja. Pertemuan yang diawali dengan musibah. Pertemuan yang membuatnya selalu teringat dengan seseorang itu.

Jihyo hanya menggelengkan kepalanya kecil. Jihyo kembali melangkahkan kakinya memasuki bangunan

tua itu. Ia berjalan mendekati lapangan upacara. Diangkatnya kameranya lalu membidik lapangan

upacara yang sudah gersang dengan tiang berdera yang sudah mulai berkarat.

Jerpreett...

Jihyo kembali menatap lapangan upacara gersang itu, ingatannya kembali lagi memundur.

"Aah sial! Gara-gara cowok itu nih, aku jadi di hukum begini. Dan kenapa hari pertama masuk sekolah sudah belajar? Seharusnya kan hari ini masih proses mengenal satu sama lain, bukannya belajar," cerocos Jihyo tak henti.

Jihyo mendongak lalu mengangkat tangannya, menghormati tiang bendera yang ada dihadapannya

sekarang. Sedari tadi Jihyo menelusuri sekolah ini demi mencari kelasnya. Dan bodohnya dirinya, mencari kelasnya dengan memeriksa satu persatu kelas membuatnya malu sendiri, padahalkan ia bisa melihat namanya berada di kelas mana di mading sekolah ini. Saat sudah menemukan namanya di mading, ia memasuki kelas barunya, tapi sialnya guru telah masuk mengajar, dan lebih sialnya

ia terkena hukuman karena terlambat memasuki kelas. Alhasil, ia terkena hukuman dengan menghormati tiang bendera, untungnya saja hanya 30 menit, mungkin ia bisa menahannya sebentar.

"sial banget sih aku hari ini. Ini kan hari pertama aku masuk sekolah!" Dumel Jihyo lagi masih dengan

menghormati tiang bendera.

"Dan kenapa coba, Chanyeol oppa menahan ku. Kenapa tadi Chanyeol oppa nggak langsung pergi aja? Kenapa tadi Chanyeol oppa masih aja menceramahiku? Kenapa tadi Chanyeol op— eh?"

Cerocosan Jihyo terhenti seketika saat melihat seseorang yang asing baginya berdiri disampingnya dengan menghormati tiang berdera, sama dengan yang ia lakukan. Seseorang itu adalah pria yang sudah membuatnya mendapatkan hukuman ini.

"Eoh... kamu yang tadi, kan? Ngapain di sini?" tanya Jihyo melirik seseorang itu yang disampingnya sekarang.

Seseorang itu menoleh saat mendengar suara cempreng dari sampingnya. Tiba-tiba saja rasa gugup

menyelimuti tubuh seseorang itu. Ia kembali menatap tiang bendera tanpa memperdulikan ucapan gadis itu. Ntah kenapa berdekatan dengan gadis itu membuat dadanya bergetar.

"Heh! Aku ngomong sama kamu lho. Kamu ngapain di sini? Di hukum juga? Kasihan banget deh."

Jihyo masih saja berceloteh tidak jelas pada seseorang itu. Sedangkan seseorang itu tersenyum kecil mendengar celotehan tidak jelas Jihyo. Apalagi saat Jihyo mengatakan 'kasihan banget deh' apa Jihyo tidak menyadari kalau dirinya juga di hukum.

"Kok senyum sih? Aneh banget sih kamu. Ah rese, aku seperti ngomong sama patung," kesal Jihyo.

Jihyo pun akhirnya memilih diam, menghormati tiang bendera dari pada berbicara dengan patung. Seseorang itu seketika merubah wajahnya menjadi datar. Ia kembali melirik gadis itu yang tidak lagi

berceloteh.

"Aku di hukum," ujar pria berwatak tinggi itu akhirnya.

Jihyo dengan cepat mengalihkan pandangannya ke samping tepatnya pada pria tampan itu. Ntah kenapa ujung bibirnya terangkat saat mendengar suara bass dari pria itu. Padahalkan hanya sebuah suara biasa tapi ntah kenapa ia merasa sangat senang sekali mendengar suara pria itu.

"Wah... sama dong. Kok kamu bisa di hukum sih? Apa karena terlambat datang ke kelas ya? Kalau iya, berarti kita sama. Sial banget kan, padahal ini hari pertama kita sekolah tapi udah belajar, aneh banget deh nih sekolah. Seharusnya tuh hari ini kita proses saling mengenal bukannya belajar."

Jihyo kembali berceloteh dengan perasaan kesal, seakan ia meluangkan perasaan kesalnya pada pria yang ada di sampingnya ini. Pria itu hanya menanggapinya dengan tersenyum kecil. Satu hal yang ia tau, gadis yang ada disebelahnya memiliki sifat cerewet.

"Mana pegal lagi nih tangan," gumam Jihyo lagi. Gadis bermata besar ini menurunkan tangannya lalu mengibas-ngibaskan tangannya berusaha mengihilangkan kepegalan dari tangannya, tapi tetap saja tangannya masih terasa pegal.

"Eeh... tangan kamu nggak pegal? Kok bisa tahan sih? Aku aja nggak tahan," Jihyo memperhatikan wajah pria di sampingnya ini.

Pria itu hanya menggelengkan kepalanya kecil dan tetap tidak bersuara. Hal ini membuat Jihyo mengerucutkan bibirnya, ingin sekali ia mendengar suara pria ini lagi.

"Aku yakin 2 menit lagi tangan kamu pegal," ujar Jihyo dengan bangga.

Pria itu kembali menggelengkan kepalanya dan masih menghormati tiang bendera yang ada di hadapannya sekarang.

"Kalau begitu 5 menit?"

Pria itu kembali menggelengkan kepalanya.

"15 menit?"

Pria itu menggelengkan kepalanya lagi.

"30 men—"

Jihyo tersenyum senang saat melihat pria di sampingnya ini sudah menurunkan tangannya.

"Gak nyampe 5 menit lho. Ternyata hanya 1 menit aja tangan kamu udah pegal. Hahaa..." tawa Jihyo seakan puas akan tebakannya.

Pria itu hanya melirik Jihyo sekilas, memang benar tangannya sudah terasa sangat pegal, tapi kembali lagi dia mengangkat tangannya lalu menghormati tiang bendera yang ada di hadapannya sekarang ini. Hukumannya harus cepat dilaksanakannya, ia tidak ingin di hari pertamanya dicap menjadi anak murid yang nakal.

"Hei! Kenapa kamu tertawa, cepat hormat tiang bendera!"

Teriakan seorang guru dari jarakjauh berhasil membuat Jihyo terdiam lalu dengan cepat menghormati tiang bendera itu. Pria yang ada di samping Jihyo kembali tersenyum kecil, baginya sangat lucu sekali

ekspresi gadis itu sedari tadi.

"Huh! Dasar guru galak," umpat Jihyo setelah kepergian guru tadi.

Hening beberapa menit, sampai Jihyo kembali berbicara.

"Eeh... ngomong-ngomong nama kamu siapa?" tanya Jihyo melirik pria itu.

Pria itu hanya diam. Jihyo pun berdecak, pria yang di sampingnya ini benar-benar seperti patung, susah sekali diajak berbicara. Jihyo memperhatikan sekelilingnya, sepi! Itulah sekarang keadaan sekolahnya, para murid semua sudah di kelas mendengarkan guru mengajar.

Ntah keberanian dari mana Jihyo menarik ujung baju sekolah pria itu sampai menghadapnya. Pria itu hanya membulatkan matanya saat gadis di sampingnya ini menarik ujung bajunya sampai

menghadap gadis itu tanpa ada rasa sopan.

"JEON JUNG—KOOK?" Eja Jihyo membaca bet nama yang ada di dada pria itu.

"Waah... nama kamu Jungkook ya, nama yang bagus. Kenalkan nama aku Park Jihyo, kamu bisa manggil Jihyo."

Jihyo tersenyum perih mengingat ingatanya dulu saat mengetahui nama seseorang itu. Apalagi saat mengingat keberaniannya menarik ujung baju pria itu hanya karena sangking penasaran dirinya dengan nama pria itu.

Jihyo menarik nafasnya lalu menghembuskannya dengan kasar. Ia kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju kelasnya dulu. Tanpa rasa takut pun Jihyo membuka kelasnya, kelas yang menemaninya selama 3 tahun di bangunan tua ini. Ia berjalan memasuki kelas itu yang sudah dipenuhi dengan sarang laba-laba di setiap sudut ruangan ini.

Perlahan ingatannya mundur kembali lagi saat...

"Wah... ini nih kelas baru aku, lumayan juga sih," gumam Jihyo sambil memperhatikan setiap sudut kelasnya.

Jihyo memperhatikan teman sekelasnya satu persatu. Ia mengernyit saat melihat mereka semua hanya diam, seperti malas untuk akrab dengan yang lainnya. Jihyo hanya mengedikkan bahunya lalu ia berjalan mendekati meja yang ada di barisan pertama. Karena Jihyo lebih suka mendengarkan guru menerangkan dari pada bermain tidak jelas duduk di belakang.

Jihyo menduduki diriya, setelah itu ia mengeluarkan buku-bukunya, menunggu guru selanjutnya yang akan mengajar.

"Emhh... aku boleh duduk di sini?"

Sebuah suara menyapa Jihyo. Gadis bermata besar ini pun mendongak dilihatnya seorang gadis lainnya sedang tersenyum padanya, ia tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

"Hay... nama aku Lisa, nama kamu siapa?" ujar gadis yang baru saja duduk disebelahnya sambil mengulurkan tangannya ke hadapannya.

"Aku Jihyo," ujar Jihyo menyambut tangan Lisa dengan senyumnya.

"Kok kamu baru datang? Padahalkan tadi aku duluan datang dari kamu tapi aku kena hukum," tanya Jihyo menatap Lisa bingung.

Lisa yang mendengar itu hanya tertawa kecil. "Sebenarnya aku sedari tadi udah datang, dan udah duduk duluan di tempat ini, tapi guru yang tadi mengajar memanggilku ke ruangannya."

Jihyo hanya menganggukkan kepalanya. "Terus, kenapa dari tadi belum ada guru yang masuk?" tanyanya lagi.

"Ini kan masih hari pertama sekolah, belum belajar, mungkin besok sudah belajar," jawab Lisa.

"Lho... terus kenapa aku di hukum tadi?" Kesal Jihyo.

Lisa hanya mengedikkan bahunya sambil menahan senyumnya.

"Aah... nyebelin nih guru," umpat Jihyo.

Wajah Jihyo yang tadinya kesal, seketika langsung terganti dengan senyuman. Dilihatnya pria yang

di hukum bersamanya tadi memasuki kelasnya. Dengan semangat Jihyo melambaikan tangannya.

"JUNGKOOK!" teriak Jihyo semangat.

Teriakan Jihyo mampu membuat penghuni kelas itu terdiam. Sedangkan Jihyo seakan tidak peduli, ia malah berjalan mendekati Jungkook.

"Kamu di kelas ini juga? Wah sama dong. Kok kita dari tadi sama terus ya. Tapi aku senang lho, bisa sekelas sama kamu. Kamu mau duduk di mana?" cerocos Jihyo, tanpa sedikit pun memberikan Jungkook jawaban.

Jungkook hanya diam memperhatikan waiah Jihyo yang berbinar menatapnya. Seketika ia hanya tersenyum samar lalu berjalan melewati Jihyo. Ia memilih duduk di belakang. Karena baginya duduk di belakang, tidak akan menarik perhatian orang lain.

"Kok duduk di belakang sih? Kenapa nggak di sini aja," ujar Jihyo sambil menunjukkan meja kosong yang

ada di seberang mejanya.

Jungkook hanya menggelengkan kepalanya. Lalu ia memilih menenggelamkan kepalanya. Karena sesungguhnya ia lebih menyukai menyendiri, tanpa ada teman rasanya hidupnya lebih indah.

Saat itulah pertama kalinya Jihyo selalu mencoba mencuri pandangan dengan Jungkook. Di saat guru menerangkan pun Jihyo mencoba melihat ke belakang, walaupun susah tapi ia tetap berusaha.

Jihyo berjalan mendekati meja yang berada paling belakang, lalu ia mengelus meja yang sudah berdebu itu. Ia kembali tersenyum sendiri. Meja ini lah meja yang pertama sekali dipilih seseorang itu, beruntung

sekali meja ini. Kalau saja ia menjadi meja ini mungkin ia sudah sangat bahagia sekali.

Lama berdiam diri di kelas berdebu ini, Jihyo pun keluar akhirnya memutuskan untuk keluar. Tak lupa juga ia menutup pintu kelas itu perlahan. Lalu ia melanjutkan langkahnya. Ia melangkahkan kakinya sampai kakinya berhenti tiba-tiba. Ia mendekati tembok dinding pembatasan, lalu ia menunduk menatap lapangan basket yang ada di bawah sana.

Lapangan basket yang sudah kumuh, karena tak pernah seorang pun mau membersihkannya, dan sangat kotor sekali. Ring bola basket yang sudah miring dan berkarang, sangat sudah tak cocok lagi untuk dipakai lagi.

Perlahan diangkatnya kameranya lalu membidik lapangan basket itu dari atas. Namun, tiba-tiba saja ingatanya memundur kembali, saat...

"Jihyo, kamu mau kan jadi cewek oppa?"

Jihyo hanya mampu diam mematung melihat kakak kelasnya dengan beraninya menyatakan cinta untuknya di hadapan seluruh siswa di tengah-tengan lapangan basketini. Hal itu membuat seluruh siswa bersorak meneriakkan namanya dan nama kakak kelas itu. Apalagi dengan posisi, kakak kelasnya yang sedang berjongkok di hadapannya sambil memegang sebuket bunga rose.

"Jihyo, kamu mau kan jadi cewek oppa?" ulang kakak

kelas itu dengan kata yang sama.

Jihyo seperti kehabisan oksigen. Bagaimana bisa? Kakak kelasnya ini menyukai dirinya? Padahalkan dirinya tidak terlihat menjadi gadis yang mencolok, ia tidak cantik, tidak begitu pintar, dan tidak seksi juga. Tapi bagaimana bisa seorang kakak kelas yang terkenal ini menyukainya. Terkenal karena ketampanannya, karena kenakalannya dan prestasi di ekskul.

"Yoongi oppa apa kamu serius?" tanya Jihyo tidak percaya.

"Iya, oppa serius. Kamu mau kan?" Tidak ada pilihan, akhirnya Jihyo hanya menganggukkan kepalanya. Dan saat itu Yoongi memeluk Jihyo tiba-tiba.

Para siswa pun bersorak lebih kencang, saat melihat adegan romantis itu. Sedangkan Jihyo? Ia hanya diam tidak menjawab. Ada sedikit rasa penyesalan di hatinya saat menerima Yoongi menjadi kekasihnya, tapi ditepisnya jauh-jauh mungkin itu hanya perasaannya saja.

Seketika mata Jihyo membulat saat melihat Jungkook dari balik punggung Yoongi. Jungkook menatapnya dengan tatapan ntahlah ia pun tak tau. Tapi ntah kenapa rasanya seperti sakit saat melihat Jungkook pergi begitu saja, seakan tidak peduli dengannya, dan dadanya seakan sesak saat tau reaksi Jungkook hanya datar, tidak terkejut atau apalah.

Jihyo menggigit bibir bawahnya mencoba menahan tangisnya. Entah kenapa setiap mengingat kejadian itu dadanya sangat sesak dan hatinya begitu nyeri, apa lagi mengingat reaksi seseorang itu hanya datar aja, seakan tidak peduli dengan dirinya.

Jihyo menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh menangis. Jihyo pun kembali melanjutkan langkahnya, melewati kelas-kelas yang sudah di penuhi sarang laba-laba dan debu-debu. Langkahnya terhenti sesaat melihat sebuah ruangan. Ia menatap papan nama yang sudah miring di atas ruangan itu. 'Library.'

Jihyo memasuki perpustakaan itu lalu ia mengedarkan pandangannya. Seketika matanya terhenti saat melihat kursi paling pojok. Kursi yang selalu diduduki seseorang itu setiap jam istirahat. Diangkatnya kameranya, lalu membidik bangku yang sudah berdebu itu.

Jerpreett...

Tiba-tiba saja ujung bibirnya terangkat saat mengingat

kejadian dulu, saat...

Jihyo tersenyum sendiri memperhatikan Jungkook dari jarak jauh yang sedang duduk di kursi yang paling pojok perpustakaan ini.Ia mengambil buku besar untuk menutupi wajahnya agar Jungkook tidak mengetahui dirinya ada di perpustakaan ini juga, perpustakaan yang hanya di huni dirinya dan Jungkook. Sesekali ia mengintip Jungkook dari balik buku besar itu dan sesekali juga dia cekikikan. Ntah kenapa ia

sangat senang sekali memperhatikan wajah Jungkook yang membaca buku dengan serius.

Jihyo memperhatikan wajah Jungkook dengan detail. Dimulai dari alis yang bertaut ketika sedang serius, kulit yang putih, hidung yang besar, bibirnya yang berwarna pink dan wajah tampan itu. Seketika ia baru menyadari Jungkook adalah pria yang sempurna. Pria yang memiliki wajah sangat tampan. Tapi kenapa ia baru menyadarinya sekarang? Dan kenapa Jungkook tidak terkenal karena ketampanannya itu? Ahh... ia baru mengingat Jungkook adalah seseorang yang suka menyindiri tanpa ada teman. Dan entah kenapa tiba-tiba saja ia merasakan dadanya bergetar?

Apa ia sudah mulai menyukai Jungkook?

Degg...

Tiba-tiba saja Jungkook menatapnya, membuat Jihyo terkejut. Cepat-cepat ia kembali berpura-pura membaca bukunya. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri karena terlalu lama memandangi wajah tampan Jungkook.

Setelah beberapa menit, Jihyo merasa Jungkook tidak melihatnya lagi dengan keberaniannya ia mengintip dari balik buku besar ini.

"Haa!"

Jihyo hanya mampu berteriak dan langsung menutup mulutnya karena terkejut melihat Jungkook sudah duduk di depannya. Ia menelan ludahnya susah payah, ternyata Jungkook sangat tampan

Sekali bahkan berkali lipat jika diperhatikan dari dekat. Apa lagi ketika menatap mata pria itu seperti memiliki magnet, yang enggan berpaling dari mata itu.

"Kamu di sini juga?"

Pertanyaan itu membuat Jihyo tersadar dari terpana ketampanan Jungkook. Ia mengangguk dengan kaku, ini pertama kalinya ia bertingkah konyol di hadapan Jungkook, biasanya ia akan mendumel, atau bercerocos tidak jelas. Tapi sekarang? Kenapa ia menjadi seperti gadis yang sepertinya sedang jatuh cinta.

"Nggak sama Yoongi?"

Jihyo mendongak menatap Jungkook, ia merasa nada bicara Jungkook seperti sinis. Ada apa?

"Nggak, Yoongi oppa lagi sama teman-temannya," ujar Jihyo gugup.

Jungkook hanya menganggukkan kepalanya lalu melanjutkan membaca bukunya, dan terjadi keheningan. Jihyo yang sedari tadi berusaha untuk tidak bersuara karena risih dengan detak jantungnya sekarang, yang seperti berloncat-loncat. Ia mencoba membaca buku besar yang ada di hadapannya. tapi kata-kata di buku itu sama sekali tidak tercena di pikirannya sekali lagi itu karena detak jantungnya yang berdetak lebih kencang. Berbeda sekali dengan Yoongi, jantungnya sama sekali tidak berdetak

lebih kencang seperti ini.

"Jihyo..."

Panggilan lembut itu membuat Jihyo cepat-cepat mendongak. "Eeh.. ?"

"Kamu aneh," ujar Jungkook menatap Jihyo sambil mengernyit.

"Haa—?"

Baru kali ini Jihyo merasa dirinya seperti orang tolol di hadapan seorang pria.

"Kamu sakit ya?"

"Eeh...?" Jihyo hanya menggelengkan kepalanya cepat-cepat.

"Bukunya kebalik tuh, emang kamu bisa baca bukunya kebalik?"

Dan seketika Jihyo hanya mampu menahan malunya di hadapan pria ini sekarang. Kenapa ia bodoh sekali? Kenapa ia menjadi bodoh saat di hadapan Jungkook, apa Jungkook telah memasukkan racun ke tubuhnya? Sehingga ia menjadi gugup, dan jantungnya berdetak lebih kencang.

"Aah... aku ma—mau be—belajar memba—baca buku ke—kebalik, ya kebalik!" ujar Jihyo terbata-bata.

Dalam hatinya ia meneriaki dirinya bodoh. Kenapa ia bisa berbicara dengan Jungkook terbata-bata? Ini bukan dirinya sama sekali.

"Ooh... yaudah silahkan. Aku pergi dulu ya."

Saat itu Jihyo mendongak menatap Jungkook sudah beranjak dari duduknya dan mulai meninggalkan

perpustakaan itu. Ada sebersit rasa kecewa ketika pria itu mulai melangkah meninggalkannya begitu saja tapi kemudian tiba-tiba saja Jungkook berbalik menatapnya sambil tersenyum manis, bahkan sangat manis bagi Jihyo.

"Kalau udah bisa baca kebaliknya, ajarin aku." Jungkook menyengir begitu lebar untuk pertama kalinya sehingga dua gigi kelinci itu menyembul lucu, lalu pria itu benar-benar pergi meninggalkan perpustakaan.

Sementara Jihyo mematung merasa jantungnya berdetak semaking kencang lagi saat melihat cengiran Jungkook. Cengiran yang baru pertama kali dilihatnya selama 2 tahun ini.

Jihyo tersenyum perih lagi, saat mengingat kejadian itu. Kejadian yang tak pernah terlupakan. Di mana dirinya untuk pertama kali merasa gugup di hadapan seorang pria dan untuk pertama kalinya seseorang itu pertama kali menunjukkan cengirannya untuk dirinya selama 2 tahun mereka satu kelas.

Jihyo berjalan mendekati kursi paling pojok itu, ia mengelus kursi itu sejenak. Kursi yang selalu diduduki seseorang itu saat jam istirahat. Jihyo pun mencoba menduduki kursi itu, ia ingin merasakan

apa rasanya duduk di kursi ini? Kenapa seseorang itu betah sekali duduk di kursi ini saat jam istirahat mau pun di jam kosong. Tentu rasanya tak ada apa-apanya.

Jihyo menghela nafasnya dengan berat lalu ia mengedarkan pandangannya, matanya berhenti pada

satu titik. Titik di mana sebuah buku bertengger manis di rak buku besar dengan dipenuhi debu. Jihyo segera berdiri lalu mendekati rak buku itu. Diambilnya buku itu lalu mengusap buku itu. Dihembusnya debu buku itu hingga membuatnya terbatuk.

Ia ingat sekali, buku ini adalah buku yang sangat sering sekali dilihatnya, buku yang selalu di tenteng

seseorang itu. Dan ia ingat sekali, kalau buku ini selalu dibaca seseorang itu berpuluh-puluh kali, entah

apa isi buku itu sehingga membuat seseorang itu tertarik membacanya berpuluh-puluh kali tanpa bosan.

Jihyo mulai membuka buku itu, ia tersenyum sendiri lalu mencoba meraba halaman pertama itu.

Halaman pertama : Jeon Jungkook

Nama seseorang itu terpampang di halaman pertama buku ditangannya. Jihyo kembali mencoba membuka halaman kedua buku itu.

Halaman kedua : Aku menyukai seorang gadis cantik di

sekolah baruku.

Jihyo mengernyit, tidak mengerti dengan tulisan singkat itu. Ia kembali menutup buku itu mencoba membalik-balikkan buku itu. Pikirannya sekarang bertanya, apakah buku ini semacam buku diary seseorang itu? Jihyo mencoba membuka buku itu lagi lalu ia membuka halaman ketiga.

Halaman ketiga : Pertemuan yang singkat tapi mampu membuat ku selalu mengingatnya.

Jihyo semakin tidak mengerti, dan tiba-tiba saja ada rasa sakit di dadanya saat mengetahui seseorang

itu menyukai gadis lain tidak dirinya. Tapi Jihyo tetap membuka halaman selanjutnya.

Halaman keempat : Dia cerewet, hal itu membuatku suka dengan dirinya.

Jihyo semakin was-was membuka halaman berikutnya, ia tak siap kata-kata singkat apalagi yang ditulis seseorang itu. Ia sama sekali tidak siap, jika seseorang itu menulis nama gadis lain selain dirinya Jihyo kemudian membuka halaman berikutnya.

Halaman kelima : Wajahnya sering sekali di tekuk kalau sudah sampai di sekolah tapi sesaat melihat ku wajahnya kembali berbinar, apa dia juga menyukai ku? Ku harap tidak.

Jihyo menghadap kedepan, mengingat-ngingat dirinya, apakah dirinya sering sekali menekuk wajahnya saat sampai di sekolah? Jihyo menghela nafas dengan berat, ia sama sekali tidak mengingatnya. Ia pun kembali membuka halaman berikutnya.

Halaman keenam : Aku tau, dia sering sekali melihatku diam-diam. Tapi aku berusaha untuk tidak memperdulikannya. Karena aku tidak ingin dia benar-benar menyukaiku.

Jihyo kembali mencoba mengingat-ngingat apakah ia sering sekali melihat seseorang itu diam-diam? Sesaat kemudian mata bulatnya membesar, tentu! Ia sangat sering sekali melihat seseorang itu diam-diam, bahkan bisa dikatakan hampir setiap menit. Apakah dirinya? Ah tidak mungkin, banyak gadis yang suka melihatnya diam-diam. Jihyo kembali membuka halaman berikutnya.

Halaman ketujuh : Aku juga tau, dia sering sekali mengikutiku ke perpustakaan, tapi aku selalu berusaha

tidak menggubrisnya.

Jihyo kembali membulatkan matanya, benar sekali! Dirinya selalu saja mengikuti seseorang itu jika ke perpustakaan. Apa gadis yang disukai seseorang itu dirinya? Jihyo membuka halaman selanjutnya, ia sungguh penasaran siapa gadis yang di sukai seseorang itu.

Halaman kedelapan : Aku mencoba mengelak perasaan ini. Aku sangat berharap sekali, untuk tidak

menyukainya. Tapi sayang sekali, semakin aku menepis perasaan ini semakin menjadi perasaan ini. Bahkan perasaan yang awalnya menyukainya berubah menjadi mencintainya.

Jihyo menelan ludahnya susah payah. Seseorang itu bahkan sudah mencintai gadis yang disukainya. Ia kembali membuka halaman selanjutnya.

Halaman kesembilan : Aku tidak ingin mencintainya, sangat tidak ingin. Karena aku sadar, aku bukan manusia normal.

Jihyo mengernyit saat membaca 4 kalimat terakhir. Maksudnya apa? Bukan manusia normal? Jihyo membuka halaman selanjutnya, sungguh rasa penasarannya menjadi besar.

Halaman kesepuluh : Aku berusaha tersenyum di hadapannya, saat seorang pria lain menyatakan cintanya di hadapannya dan dia menerimanya. Padahal hatiku sakit melihat adegan itu, tapi apa boleh buat? Aku tidak bisa melakukan apa pun selain melihatnya. Karena aku sadar aku tidak pantas untuk dirinya.

Hati Jihyo seakan mengilu saat membaca beberapa bait itu, seakan ikut merasakan sakit hati seseorang

Itu ketika di posisi seseorang itu berada. Kenapa gadis yang disukainya itu jahat sekali menyia-nyiakan seseorang itu. Padahal seseorang itu begitu tampan, apa gadis yang disukainya itu tidak melihat seseorang itu. Aah... Jihyo baru mengingat seseorang itu adalah penyendiri, penutup dan tidak ingin bergaul dengan sesama. Jihyo kembali membuka halaman berikutnya.

Halaman kesebelas : Aku kira dia tidak akan melihatku diam-diam lagi, aku kira dia tidak akan mengikutiku diam-diam lagi setelah berpacaran dengan pria lain. Tapi aku salah, dia masih saja melihatku diam-diam bahkan dia juga masih mengikutiku diam-diam. Ada sebersit rasa bahagia saat tau hal itu, tapi aku harus menepisnya. Aku harus sadar, aku itu siapa.

Jihyo mengernyit. Seketika ada rasa lega di hatinya, saat tau gadis yang disukai seseorang itu mungkin masih menyukai seseorang itu dan ada rasa sesak di dadanya, saat tahu seseorang itu masih menyukai gadis yang disukainya bahkan masih mencintainya. Jihyo kembali membuka halaman

selanjutnya.

Halaman kedua belas : Lihat? Sudah kukatakan aku tidak pantas untuknya. Aku sadar aku bukan manusia biasa yang menjalani kehidupan dengan normal. Hidupku penuh rintangan bahkan rintangan yang sangat besar harus kuhadapai. Maka dari itu aku menjadi seseorang yang penutup tidak peduli sekitar dan aku tidak ingin orang lain masuk ke kehidupanku termasuk gadis yang kusukai itu maksudku kucintai itu.

Jihyo membaca setiap kalimat. Ia masih tidak mengerti maksud kalimat yang di tulis seseorang itu. Jihyo mencoba membuka halaman selanjutnya.

Halaman ketiga belas : Aku mencoba menjahuinya, karena dia sudah memiliki kekasih. Aku tidak ingin dicap sebagai perusak hubungan orang. Tapi kenapa dia masih selalu mengikutiku? Apa dia menyukaiku?

Jihyo terus membuka halaman berikutnya.

Halaman keempat belas : Gadis itu... arrghh... dia membuatku gila. Aku benar-benar mencintainya, ingin sekali aku egois. Merebutnya dari kekasihnya, tapi aku tidak bisa. Karena aku punya penyakit, penyakit yang tidak bisa disembuhkan, bahkan nyawa ku sebentar lagi melayang. Aku terkena AIDS.

Mata Jihyo sempurna membulat saat membaca kalimat terakhir. Ia menutup mulutnya tidak percaya apa yang dibacanya. Air matanya sukses jatuh mengenai buku itu. Bagaimana bisa? Seseorang itu terkena penyakit sekejam itu? Bukankah seseorang itu adalah seseorang yang baik dan terlihat tidak nakal. Tapi kenapa bisa seseorang itu punya penyakit itu?

Jihyo kembali membuka halaman selanjutnya.

Halaman kelima belas : Gadis itu Park Jihyo. Gadis yang sudah mencuri hatiku. Aku mencintainya.

Tangis Jihyo pecah, tubuhnya sudah bergetar hebat saat namanya tertata di halaman buku itu

dengan besar-besar dan dihiasi love berwarna pink.

Kenapa ia baru menyadari hal ini? Kenapa ia dengan bodohnya menerima cinta Yoongi. Kenapa ia tidak berani mengungkapkan perasaannya terhadap seseorang itu, padahal ia juga mencintai seseorang itu. Ia benar-benar bodoh, menyesali perbuatan yang , sudah terjadi.

"Kalau aja aku tau kamu juga suka sama aku, aku akan mengungkapkan perasaanku duluan. Lalu kita jalani hidup bersama, tak peduli dengan penyakit kamu itu. Karena aku yakin kamu nggak mungkin

melakukan hal yang seperti itu, aku yakin penyakit kamu itu dari orang lain. Aku yakin banget. Hiks... aku

ingin kamu kembali."

Jihyo terus menangis dengan tubuh masih bergetar. Sungguh ia sangat menyesali perbuatannya yang tidak pernah peka dengan perasaan seseoran itu.

Sudah hampir sejam Jihyo menangis sendirian merutuki dirinya yang bodoh. Lelah menangis akhirnya ia berhenti menangis lalu menghapus air matanya dengan perlahan. Tak ada gunanya juga untuk menangis, menangisi seseorang yang telah pergi meninggalkannya. Jihyo menutup buku itu lalu memasuki buku ke rak buku itu kembali. Walaupun hatinya masih sakit saat tau seseorang itu mencintainya juga, ia harus bisa melupakan seseorang itu dari hatinya yang pasti akan sangat sulit.

Jihyo melanjutkan langkahnya meninggalkan perpustakaan. Walaupun langkahnya sudah gontai tapi ia tetap memaksakan berjalan. Langkahnya terhenti saat ia berada di sebuah koridor yang sepi. Ia tersenyum perih saat mengingat kejadian dulu...

PLAK!

"KAMU ITU CEWEK AKU, KAMU ITU JANGAN PERNAH DEKETIN DIA LAGI! INGAT ITU, DIA ITU BUKAN MANUSIA. DIA ITU ANEH, SEKALI LAGI KAMU DEKETIN DIA, AKU NGGAK SEGAN-SEGAN HAJAR DIA SAMPAI MATI!"

Jihyo meringis sambil mengusap-ngusap pipinya yang panas akibat tamparan dari Yoongi. Baru kali ini ia merasakan tamparan benar-benar nyata dan lebih parahnya tamparan itu dari Yoongi kekasihnya, bahkan kedua orangtuanya dan kakaknya tak pernah menamparnya, tapi kenapa Yoongi seenaknya menampar dirinya.

"Apa salahnya sih deket dengan dia, ak—"

"KAMU DIAM! JANGAN PERNAH MELAWAN DENGANKU!"

Yoongi menatap tajam Jihyo sambil menunjuk wajah Jihyo. Jihyo yang sudah kehabisan kesabaran, menepis tangan Yoongi dengan kasar lalu ia menatap Yoongi tajam.

"TERSERAHKU. MULAI SAAT INI KITA PUTUS!" teriak Jihyo.

Jihyo pun berlari tanpa peduli teriakan Yoongi lagi. Hatinya sakit, saat tau kelakuan Yoongi yang sebenarnya. Tamparan di pipinya cukup panas dan Tamparan di pipinya cukup panas dan membuat hatinya ngilu. Ia salah memilih Yoonhi menjadi kekasihnya. Salah besar. Air matanya pun jatuh hanya karena tamparan perih ini.

Jihyo meringis sambil mengusap pipinya, seakan-akan masih merasakan sakit yang dialaminya dulu. Tamparan yang mendarat tepat di pipinya, cukup membuat hatinya perih. Jihyo mengangkat kameranya lalu membidik koridor itu.

Jerpreett...

Dapat! Jihyo tersenyum puas melihat hasilnya, cukup bagus. Jihyo kemudian melanjutkan langkahnya melewati koridor itu. Lalu langkahnya terhenti saat melihat sebuah taman di sekolah itu, taman yang sangat sepi sekali. Jihyo mendekati taman itu lalu berhenti di sebuah pohon besar. Pohon yang masih saja tidak layu atau pun runtuh walaupun sudah bertahun-tahun.

Ingatannya kembali mundur lagi saat...

"Hikksss..."

Jihyo terus menangis di bawah pohon besar itu. Ia menenggelamkan kepalanya diantara kedua kakinya yang ditekuknya. Ia masih tidak percaya apa yang dilakukan Yoongi pada dirinya, menampar dirinya, sungguh pertama kali dilihatnya Yoongi murka pada dirinya sampai menampar dirinya.

"Sorry ganggu, aku hanya numpang lewat saja."

Sesaat Jihyo mendongak saat mendengar suara yang begitu asing. Dengan cepat ia menghapus air matanya lalu berdiri menatap Jungkook. Mereka hanya dapat diam tidak tau harus berbicara apa lagi. Sampai Jungkook menggaruk tengkuknya sepertinya ia merasa salah melewati jalan ini.

"Aku cuman numpang lewat aja, sorry. Aku duluan."

Jungkook pun berbalik dan mulai melangkah tapi langkahnya terhenti saat Jihyo memanggilnya.

"JUNGKOOK!"

Jungkook pun berbalik kembali menatap Jihyo. Betapa terkejutnya dirinya saat Jihyo memeluk tubuhnya begitu erat, dapat dirasakannya, tubuh Jihyo bergetar dan bajunya sudah basah. Apa Jihyo menangis?

"Jihyo, ada apa?" tanya Jungkook lembut.

Jihyo masih saja memeluk tubuh Jungkook dengan erat. Aroma maskulin langsung tercium di indra penciumanya, membuatnya langsung tenang.

"Dia jahat sekali. Dia menamparku hiks..." Jihyo kembali menangis dan masih memeluk tubuh Jungkook.

Jungkook akhirnya membalas pelukan Jihyo dengan lembut. Mencoba menenangkan Jihyo. Akhirnya Jihyo pun berhenti menangis tetapi tidak juga melepaskan pelukannya. Sampai mereka sadari jantung keduanya berdetak lebih kencang dari biasanya, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka sudah jatuh cinta satu sama lain.

Jihyo tersenyum saat melihat kejadian itu, kejadian yang tak akan pernah dilupakannya. Di mana dirinya pertama kali memeluk seseorang itu tanpa takut-takut. Pada akhirnya ia kembali melangkahkan kakinya melewati taman itu. Sampai seseorang memanggilnya membuat dirinya terpaksa menghentikan langkahnya.

"Jihyo!"

Jihyo langsung berbalik lalu menatap seseorang dari jarak jauh sana. Jihyo tersenyum kecil lalu mendekati seseorang yang memanggilnya barusan.

"Kamu ngapain di sini?" Jihyo bertanya ketika sudah berhadapan dengan gadis tinggi ini.

"Aku lagi ada urusan di sekolah ini dan seharusnya aku yang menanyakan itu pada kamu. Kamu ngapain di sini?" tanya gadis itu bingung.

Jihyo tersenyum kecil lalu ia mengedarkan pandangannya memperhatikan sekelilingnya. Tempat bangunan tua ini.

"Kamu masih belum bisa melupakannya?" tebak gadis yang memanggilnya tadi.

Jihyo menganggukkan kepalanya. "Aku nggak bisa melupakannya begitu saja Lisa, dia Cinta pertamaku."

"Iya aku tau. Tapi kamu harus lupakan dia. Dia udah tenang di sana. Udah deh jangan flasback gitu. Sekarang ini kamu harus tatap masa depan lupakan dia OKE!" Lisa mencoba menyemangati Jihyo.

Jihyo kembali menggelengkan kepalanya. "Aku nggak bisa Lisa. Aku baru sadar ternyata dia juga mencintai ku," ujarnya seraya menerawang ke depan.

Lisa menutup mulutnya tidak percaya yang diucapkan Jihyo barusan, "beneran?"

"Iya Lisa, tadi aku baca buku yang selalu di bawanya kemana-mana itu. Terus aku baca semuanya, dan ternyata dia juga mencintaiku, kenapa aku baru menyadarinya ya? Aku bodoh ya Lisa?" lirih Jihyo sudah hampir ingin menangis.

"Udalah lupain tentang itu. Sekarang jangan pernah ngingat-ngingatnya lagi, kamu cuman tatap masa depan sekarang. Dah kita pulang yuk. Aku udah selesai nih urusannya," ujar Lisa lalu ia langsung menarik tangan Jihyo.

Jihyo hanya pasrah ditarik Lisa. Sampai mereka berjalan meninggalkan bangunan tua itu, bangunan sekolah mereka. Tapi langkah Jihyo sempat terhenti saat mendengar teriakan lagi.

"Jihyo!"

Degg...

Jihyo membalikkan tubuhnya cepat ke belakang ketika mendengar suara itu, suara yang sangat

dirindukannya bertahun-tahun.

"Jungkook..." lirih Jihyo. Air matanya kembali turun, dilihatnya seseorang itu denga cengirannya sedang

melambaikan tangannya ke arahnya.

"Ayok Jihyo, ngapain sih liat belakang, gak ada siapa-siapa juga." Lisa kembali menarik tangan Jihyo.

Dan detik ini juga Jihyo baru menyadari kalau Jungkook telah pergi meninggalkannya begitu saja. Tanpa alasan, dan ia baru menyadari Jungkook pergi karena suatu penyakit jahat. Tapi Jihyo tidak akan pernah bisa melupakan Jungkook. Tidak akan bisa. Karena baginya Jungkook adalah seseorang yang sangat teristimewa di hatinya sampai kapan pun. Tak akan ada yang berhak menggantikan posisi Jungkook di hatinya. Itu tidak akan dibiarkannya, tidak ada yang boleh bertahta di hatinya terkecuali Jungkook.

JEON JUNGKOOK. Pria yang sangat dicintainya, sekarang dan sampai selamanya.

***

END...

Continue Reading

You'll Also Like

260K 23.7K 73
SMA Idol, segudang prestasi pernah di raih di SMA ini, dan hal inilah yang membuat sekolah ini termasuk sekolah favorit. Sekolah ini menampung semua...
25.1K 2.2K 39
Mendapat bullying di sekolah membuat seorang Irene zavania tak putus semangat untuk menuntut ilmu . Ia sdh berjanji pada orang tuanya untuk sukses d...
729K 34.9K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
263K 20.8K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...