Just Junghyo✔

Por ShiaMoer

229K 21.5K 6.1K

Beda judul beda alur (Jungkook Jihyo doank isinya) #oneshoot iya, ficlet iya, short story iya juga# note : se... Más

My Heart Is Beating Fast (Cast)
My Heart Is Beating Fast (One Shoot)
Like A Fool
Falling In Love With Superstar Bag. 1
Falling In Love With Superstar Bag. 2
24 Hours Meet You
Love ME
Coward
Second Lover *1*
Second Lover *2*
Second Lover *3*
Second Lover *4*
My Ex
Park Jihyo (Fancy) Photo Edit
Converse High (Ficlet)
Rock 'N' Roll
Come Back Home
I will wait for you to break up
The Radio Girl
Learn To Love Me
Come Back Home (2)
Break
Break (2)
Chocolate (Ficlet)
Memory
Come Back Home (3)
Do you like me or not?
Stay With Me (1)
Stay With Me (2)
Stay With Me (3)
Stay With Me (4)
Stay With Me (5)
Is It Too Late? (1)
Is It Too Late? (2)
Is It Too Late? (3)
Is It Too Late? (4)
Is It Too Late? (5)
The Demon
Flipped
I'm Jealous (1)
I'm Jealous (2)
I'm Jealous (3)
I'm Jealous (4)
I'm Jealous (5)
(Not) Mistake Bag. 1
(Not) Mistake Bag. 2
(Not) Mistake Bag. 4
JK's Birthday 💜💜💜
Camera Love
Come Back Home (4)
Pacaran
Virus (1)
Virus (2)
Virus (3)
Virus (4)
Call me "Mommy" (1)
Call me "Mommy" (2)
Call me "Mommy" (3)
Call me "Mommy" (4)
Call me "Mommy" (5)
Pacaran (Speial MAMA 2020)
Christmas Day (1)
Christmas Day (2)
bini
bini (2)
cuek
sok cuek
Serbuk Berlian
💜Purple Heart
💜Purple Heart (1)
💜Purple Heart (2)
💜Purple Heart (3)
💜Purple Heart (4)
💜Purple Heart (5)
💜Purple Heart (6)
💜Purple Heart (7)
💜Purple Heart (8)
💜Purple Heart (9)
💜Purple Heart (10)
💜Purple Heart (11)
💜Purple Heart (12)
💜Purple Heart (13)
[BONUS] 💜Purple Heart (14)
Dreamy Girl
Childish
Serbuk Berlian (2)
Hubby & Wifey
I'm a girl (1)
I'm a girl (2)
I'm a girl (3)
I'm a girl (4)
I'm a girl (5)
I know who I love (1)
I know who I love (2) - END -
Mine (1)
Mine (2) - END -
Annoyed
😭
Grim Reaper
For Love's sake
My Baby (1)
My Baby (2)
My Baby (3)
My Baby (4)
My Baby (5)
My Baby (6)
My Baby (7) - END -
More Than Friends
Pacaran (Cemburu)
Pacaran (Konser)
Obsession (Ficlet)
The Smart Twins (1)
The Smart Twins (2)
The Smart Twins (3)
The Smart Twins (4)
The Smart Twins (5)
The Smart Twins (6) -END-
The Jeon's : Dying our babies hair pink
I'm not bitch
A Broken Queen Bag. 1
A Broken Queen Bag. 2
A Broken Queen Bag. 3
A Broken Queen Bag. 4
A Broken Queen Bag. 5 -END-
fuck you under the full moon
The blind woman I love (1)
The blind woman I love (2)
The blind woman I love (3)
The blind woman I love (4)
The blind woman I love (5)
The blind woman I love (6)
The blind woman I love (7)
The blind woman I love (8) - END -
Misunderstanding
Geeky
pilih jio atau hidup jungkook?
My Police
Seven - Intro
Seven (1) I am home
Seven (2) Divorce papers
Seven (3) see her again
Seven (4) meet her again
Seven (5) get away from me
Seven (6) she is married
Seven (7) due to jealousy
Seven (8) let me keep my love for you
Seven (9) fake husband
Seven (10) desire
Seven (11) misunderstanding
Seven (12) plan
Seven (13) I love you so much that I want to die
Seven (14) prospective mother-in-law
Seven (15) really miss you
Seven (16) propose to you
Seven (17) marriage anxiety
Seven (18) first night
Seven (19) triples
Seven (20) anniversary -END-

(Not) Mistake Bag. 3

2.9K 152 94
Por ShiaMoer

"Ehemm..."

Deheman keras dari Jungkook di belakang menyadarkan mereka. Taehyung berdiri kemudian, Jungkook sudah memasang tatapan tajamnya untuk Taehyung telah berani mendekati istrinya.

"Jungkook, aku ingin pulang," Jihyo kemudian berdiri dengan dibantu Lisa cepat.

Jungkook pun menurut saja untuk kali ini. Ia mengambil tangan Jihyo dan merengkuh pinggang istrinya membantu jalan ke arena parkiran mobilnya, sebelumnya ia menyuruh Lisa memberitahukan pada seluruh staf dan artis mereka untuk beristirahat dulu selagi dirinya mengantar Jihyo pulang. Sedangkan Taehyung masih diam saja memandangi Jihyo dan Jungkook dari kejauhan dengan pandangan lirihnya.

Di perjalanan dalam mobil ini, terlihat Jihyo hanya diam saja memandangi jendela mobil. Pikirannya mulai mengingat berbagai kenangannya dulu bersama Taehyung. Sangat menyedihkan kisahnya, belum lagi dari kisah menyedihkan itu terjadilah benih-benih di dalam perutnya. Tak sampai hitungan dua bulan atau tiga bulan ia putus, sebulan saja ia dinyatakan telah hamil dan parahnya hasil bermainnya dengan Jungkook karena ketidaksengajaan.

Jungkook melirik Jihyo sedari tadi yang belum berbicara, ingin bersuara tapi ia tetap masih menahannya. Sampai Jihyo duluan membuka suaranya, seperti gumaman kekesalan tapi Jungkook masih bisa mendengarnya.

"Sungguh aku sangat membencinya," Jihyo masih memandang jalanan, meremas jemarinya.

Jihyo menoleh merasakan Jungkook mengenggam tangannya, tapi pandangan pria itu masih pada jalanan di depan.

"Kau masih mencintainya?" Tanya Jungkook masih belum menatap Jihyo.

Mendengar hal itu spontan mulut Jihyo terbuka ingin muntah mendengarnya, "pertanyaan macam apa itu. Eww no way!"

Jungkook semakin mengeratkan genggaman tangannya, "itu sudah masa lalumu. Masa depanmu itu aku."

Jihyo mendengus pelan, "tidak mungkin kan orang lain. Kita sudah menikah juga," liriknya di akhir pada cincin masing-masing di jari manis mereka.

Jungkook tersenyum tipis, ia melirik Jihyo lalu mengelus perut besar istrinya itu. "Kita belum berbelanja perlengkapan baby, mau belanja sekarang?"

"Pekerjaanmu? Nanti saja saat waktumu kosong."

"Aku tidak punya waktu kosong, jika tidak aku sendiri yang membolos."

Jihyo kemudian tersenyum menoleh menatap Jungkook, "beli ice cream yang baru di buka di mall itu ya?" Dengan mata binarnya memegang lengan suaminya.

Jungkook tersenyum mengangguk melirik Jihyo lagi, "tentu."

Jihyo langsung bersorak gembira. Seperti anak kecil memang, tapi itulah Jihyo. Hampir delapan bulan lebih hidup bersama Jihyo, Jungkook sekarang mulai terbiasa dengan sikap kekanakan Jihyo ini. Awalnya tahu sikap Jihyo seperti anak kecil membuatnya selalu aneh memandang Jihyo. Terkadang wanita itu suka mengancam seperti anak kecil, bermanja dengan ibunya di depan matanya sendiri tanpa rasa malu, bertingkah seperti anak kecil dengannya, tapi itu semua mulai terbiasa baginya dan menjadi nyaman. Ia mengambil jemari Jihyo dan menyatukan pada jemarinya menjadi genggaman hangat dan tentunya dibalas Jihyo.

Keduanya pun tak tahu apa artinya hubungan mereka ini. Layaknya seperti sepasang suami istri saling mencintai, tapi keduanya pun belum satu pun mengungkap perasaan masing-masing. Jungkook juga tak segan-segan meminta jatah suami pada Jihyo dan Jihyo pun menerimanya. Mereka juga kadang bersikap manis tanpa sadar, seperti perhatian Jungkook pada Jihyo dan kemanjaan Jihyo dengan Jungkook, bahkan terkadang mereka melakukannya di depan keluarga mereka tanpa rasa malu. Menjadi menyakini keluarga keduanya, hubungan mereka baik-baik saja. Padahal saat ini kata cinta pun belum terlontar sama sekali di keduanya.

***

Jihyo bingung melihat ayah dan ibunya berdua menonton TV bersama, pasalnya dimana Jungkook sekarang? Belum terlihat sama sekali di malam hari ini, padahalkan sudah pulang kerja. Yah... memang mereka belum kembali pulang, itu juga permintaan Jihyo masih merindukan rumah kecilnya ini.

Tungkai Jihyo mengarah ke halaman belakang. Ia pun akhirnya mendapatkan Jungkook sedang bermain catur bersama Kamal. Terlalu asyiknya sampai tak sadar Jihyo mulai mendekat dengan jalan gontainya, tubuhnya yang semakin memberat membuatnya susah berjalan saja. Ia kemudian mendaratkan bokongnya di sebelah suaminya.

"Perlu aku membuatkan kopi?" tawar Jihyo memandangi permainan catur keduanya.

"Tidak perlu," Jungkook merangkul pundak Jihyo lalu mengusap lengan itu lembut.

Kamal hanya melirik sebentar lalu kembali menatap catur. "Noona, buatkan aku susu saja."

"Untukmu tidak berlaku, aku hanya menawarkan suamiku saja blee..." Jihyo menjulurkan lidahnya pada Kamal. Jungkook malah tersenyum menahan tawanya.

Kamal mendengus kesal, "lebih baik noona masuk saja, di sini banyak nyamuk. Nanti darah noona dihisap habis lalu noona bisa kurus, jelek sekali," sindirnya diakhir untuk tubuh Jihyo yang berkali lipat lebih besar.

"Aku tidak peduli, yang terpenting aku sudah menikah. Untuk apa cantik lagi," balas Jihyo terlalu percaya diri.

"Hati-hati jika kakak ipar melihat wanita lain yang lebih cantik dari noona."

Kemudian Jihyo langsung menatap Jungkook tajam, mengancam dari matanya, seperti awas saja jika Jungkook benar melakukannya pada dirinya.

"Jangan dengarkan Kamal, percaya saja aku tak akan pergi," jawaban Jungkook serta elusan di rambut Jihyo berhasil membuat wanita hamil itu tersipu mendengarnya.

Kamal sendiri tiba-tiba merasa menjadi nyamuk seketika. "Ayo kakak ipar, giliranmu."

Jungkook kembali fokus pada permainan caturnya, Jihyo sudah membaringkan kepalanya pada bahu Jungkook. Pasangan ini membuat Kamal mendengus jadinya, kenapa bisa masih bermesraan di depan anak yang masih berusia belasan tahun. Kamal menjadi muak sendiri.

"Oh iya noona, besok bisa menemaniku ke sekolah?" Kamal bertanya tapi masih fokus pada catur.

"Tidak bisa, dengan ibu saja. Aku mudah lelah."

"Ibu akan memukulku jika tahu aku membolos tiga kali, ayolah noona." Kamal memandang Jihyo memohon.

"Siapa suruh membolos."

Kamal mendengus ntah sudah ke sekian kalinya karena kakaknya ini, ia beralih pada Jungkook memasang wajah memelasnya. "Kakak ipar..."

"Jungkook sibuk, dia sutradara. Tak ada waktunya untuk menemani bocah nakal sepertimu," sebelum Jungkook membuka mulutnya, Jihyo sudah duluan menyela.

"Ayolah noona, bantu aku... tolong."

"Bantu apa Kamal?" Kehadiran nyonya Park menegangkan tubuh Kamal, ia langsung menyengir ingin mengelak, tapi kalah cepat ketika Jihyo dengan mulutnya menyerocos seperti anak-anak.

"Kamal membolos tiga kali bu, dia di panggil guru ke sekolah besok. Ibu temani saja dia."

Kamal menatap Jihyo tajam, Jihyo tersenyum meledek menggandeng lengan Jungkook seakan memanggil guardiannya sekarang. Jungkook hanya bisa menggeleng kecil melihat kelakuan Jihyo ini tak pernah berubah.

"Masuk sana Kamal, sudah waktunya tidur. Besok ibu akan ke sekolah."

Kamal mau tidak mau menurut, melewati ibunya takut-takut. Kemudian nyonya Park pun permisi untuk masuk ke dalam. Tinggallah Jungkook dan Jihyo masih di halaman belakang menikmati pemandangan langit gelap ini. Jihyo bergerak berpindah duduk di depan Jungkook, tempat Kamal tadi.

"Ayo bermain," Jihyo tersenyum lebar.

"Kau bodoh bermain ini." Jungkook menolaknya tapi malah tersenyum.

Mendengar hal itu, Jihyo mengerutkan hidungnya karena Jungkook menganggapnya remeh.

"Kalau begitu ayo taruhan! Jika aku menang, kau harus memijat kakiku setiap malam sebelum tidur."

Jungkook menarik alisnya satu, "jika aku yang menang?"

Jihyo tampak berpikir sebentar, "mmhh... apa ya? Tidak usah memberiku uang saku?"

Jungkook menggeleng, tak terima pertaruhan itu. Uang saku tak memuaskannya sama sekali. Uangnya berkurang karena istrinya itu tak masalah baginya. Memang sih Jihyo setiap hari akan meminta uang saku seperti anak kecil ingin membeli permen saja. Tapi baginya hal itu tak masalah, bukankah tugas suami menafkahi seorang istri?

"Jika aku menang, kita berbulan madu."

Jihyo terpelongo kemudian, "bulan madu? Aku saja sudah hamil besar. Untuk apa juga."

"Ck... kita belum sempat berbulan madu setelah menikah."

"Kau saja yang tidak mengajak," balas Jihyo mengerucutkan bibirnya mengingat dulu sikap Jungkook sangat dingin padanya pertama kali mereka menikah. Jadi jangan salahkan Jihyo juga ia kesal sekarang karena masalah bulan madu itu, Jungkook tak melihatnya sama sekali.

"Deal tidak ini? Pokoknya aku ingin berbulan madu!" Tekan Jungkook.

"Aish! Sebentar lagi aku akan melahirkan, bagaimana jika tiba-tiba aku melahirkan di bandara nantinya? Kan tidak ada yang tahu," bukan Jihyo menolak permintaan Jungkook itu, hanya saja ia khawatir akan perut besarnya ini.

Jungkook terdiam membenarkan perkataan Jihyo, berpikir bagaimana tiba-tiba Jihyo akan melahirkan nantinya? Bulan madu mereka kan pasti terganggu. Air mukanya menjadi sedih seketika.

Jihyo menjadi tak tega melihatnya, "setelah aku melahirkan? Ini bukan taruhan, tapi aku janji."

Jungkook akhirnya hanya mengangguk tersenyum. Ia kemudian berpindah duduk disebelah Jihyo. Mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir sang istri. Hanya sekilas saja kemudian ia memisahkan diri.

"Tidak perlu taruhan, aku akan memijat kakimu jka kau ingin," ujar Jungkook mengelus pipi Jihyo.

Jihyo lalu tersenyum. Kedua orang ini pun larut dengan canda tawa dari mulut keduanya di malam hari hampir menuju tengah malam. Dengan pemandangan indah di malam hari, bintang-bintang menemani kemesraan mereka yang tanpa sadar sudah hilang rasa kesal di keduanya dan canggung. Bersikap layaknya sepasang suami istri sesungguhan.

***

Meja rias sang ibu penuh dengan berbagai alat make-up. Tidak, itu bukan milik ibunya. Mustahil bagi ibunya memakai bermacam make-up ternama itu, syukur jika ibunya tahu cara memakai make-up, tapi ibunya hanya pintar memakai bedak dan lipstik saja. Jihyo mengambil lipstik merah terang seperti cabe miliknya yang sengaja ditinggalkannya di rumah orangtua-nya.

Ketika lisptik itu sudah mewarnai bibirnya, tampak bibirnya sangat cerah dan mencolok. Bisa dibayangkan Kamal akan tertawa melihat dirinya seperti ini yang tak pernah memakai make-up tebal sekali pun. Tapi untuk hari ini Jihyo ingin berbeda. Beruntung Kamal sudah pergi ke sekolah duluan.

Setelah siap berurusan dengan make-up, Jihyo lantas berdiri keluar dari kamar orangtuanya. Dengan langkah mengangkang dan berat, ia berjalan mendekati Jungkook yang kini sibuk menikmati kopi hangat di pagi hari ini sambil bersantai di belakang halaman rumah menikmati angin kecil di pagi hari ini.

"Jungkook~ ambilkan sepatuku di depan," suruh Jihyo sudah seperti kebiasaannya menyuruh Jungkook sesuka hatinya setelah Jihyo mulai hamil besar.

Jungkook kemudian menepuk kursi disebelahnya menganjurkan Jihyo untuk duduk di sebelahnya. Jihyo duduk kemudian mengusap perut besarnya.

"Kau tidak bekerja? Kenapa masih duduk di sini?" tanya Jihyo selanjutnya memperhatikan pakaian Jungkook hari ini, seperti biasanya simple hanya dengan kaus hitam kebesaran dan celana ripped-nya.

"Sebentar lagi," Jungkook terdiam sebentar ketika atensinya tertarik pada bibir Jihyo.

"Dan apa ini?" tangan bertatonya menyentuh bibir merah Jihyo mencolok merah bagaikan badut.

Jihyo ersenyum malah berekspresi manis dihadapan suaminya, bola mata bulatnya berkedip menggemaskan bagi Jungkook. "Aku cantik, kan?"

"Seperti habis dipukul orang."

Lantas bibirnya mengerucut lancip tak terima jawaban lebih tepatnya seperti ejekan setelah melihat Jungkook tersenyum mengejek padanya dan berusaha mengikis jarak mereka, tahu Jungkook apa yang akan dilakukan Jihyo padanya setelah mengejek wanita mungilnya.

"Dasar lelaki tidak pandai menilai. Tahunya hanya mengejek saja," cibir Jihyo membuang mukanya, enggan membalas tatapan tawa dari Jungkook.

"Aku serius, warnanya jelek sekali. Tidak cocok untukmu. Pakailah seperti warna biasa saja," Jungkook menyesap kopinya kemudian mengabaikan Jihyo yang sudah dalam mood rajuknya.

"Aku ingin ke rumah Mina, antarkan aku."

***

Sudah terbiasa bagi Mina akan kehadiran Jihyo yang tiba-tiba ke apartemennya, dan pasti wanita itu akan sesuka hati dalam apartemennya tanpa rasa malu. Beruntungnya Mina adalah pekerja dari rumahan sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktu di apartemennya.

Kembali lagi pada fokus Mina saat ini memperhatikan wajah Jihyo tampak menekuk. "Ada apa?" Tanyanya lalu duduk di sebelah Jihyo.

"Tidak ada. Bagaimana denganmu, apa kau tidak kerja?" Balas Jihyo bertanya melirik Mina sekilas di sebelahnya lalu kembali fokus pada drama dari TV sana.

"Nanti siang. Kau sendiri tumben sekali datang, tidak ikut dengan Jungkook?"

Jihyo mendengus seketika. Mengikuti Jungkook ke lokasi syuting sama saja membuat hatinya memanas ketika suaminya digoda beberapa wanita genit yang naksir pada Jungkook. Ia akui, Jungkook memiliki wajah yang tampan dan manis ketika tersenyum, hal itu para wanita semakin gencar mendekatinya padahal Jungkook sendiri sudah memiliki istri. Seakan mereka semua melupaka status Jungkook bukan lagi lajang.

"Mina..."

Raut wajah Mina berubah serius mendengar lirihan Jihyo serta wajah itu mulai berubah sendu.

"Bagaimana jika aku jatuh cinta pada Jungkook?" Jihyo menatap Mina lurus.

Mina malah tertawa renyah, "bukankah bagus?"

"Tapi aku takut jika Jungkook tidak. Dia belum pernah mengatakan cinta padaku. Aku ragu memberikan hatiku seluruhnya padanya. Kau tahu, kan masa lalu ku. Aku takut sekali itu terulang, Mina..."

Wanita berambut pirang ini hanya membisu memandangi wajah sendu Jihyo. Ia mengusap pelan punggung sahabatnya guna menenangkannya. Mina tahu akan masa lalu Jihyo. Mantan kekasihnya bernama Taehyung. Mereka menjalin hubungan cukup lama. Sayangnya, itu semua harus kandas karena Taehyung bermain di belakang Jihyo. Saat itu Jihyo menangis beberapa hari karena Taehyung, mereka putus setelah Jihyo yang memutuskannya. Ia pun tak mau melihat Jihyo terpuruk, dengan idenya ia membawa Jihyo bersenang ke club melupakan segalanya. Sayangnya hal itu malah menjadi kemalangan bagi Jihyo. Meminum banyak alkohol alhasil menjadi mabuk berat dan Jihyo tak sadarkan diri. Sialnya saat itu Mina juga mabuk. Mereka berpisah begitu saja, yang diketahui Mina, ia bangun di kamar hotel kekasihnya berbeda Jihyo malah terdampar di apartemen seorang pria yang tidak dikenalinya, alhasil terjadilah pembuahan yang tak terduga itu.

Mina masih mengelus punggung Jihyo. "Jihyo, kau tahu cinta itu tidak harus dinyatakan melalui mulut. Cinta bisa dilihat dari perilaku Jungkook padamu. Ketulusan yang dia miliki. Tatapan matanya padamu. Kenyamanan yang diciptakannya saat berada di dekatmu, rasakan semua itu Jihyo. Kau harus mengerti Jihyo, mungkin saja Jungkook memiliki sikap yang cukup pemalu dalam soal pengungkapan, tapi percayalah dia tidak akan menjadi suami yang baik jika dia memberi perhatian penuh padamu."

Jihyo menyimak semua perkataan Mina. Berpikir membenarkan semuanya. Perhatian penuh Jungkook sebagai seorang suami memang sudah dilakukan pria itu. Bahkan rasa canggung yang dulunya hadir di tengah mereka perlahan memudar terganti akan kenyamanan sesama. Jihyo juga tidak akan lupa kemesraan yang dibuat Jungkook padanya, dan hatinya selalu berhasil berdebar kencang. Tapi apakah benar Jungkook sudah mencintainya? Keraguannya masih ada sedikit, rasa traumanya akan kejadian dulu.

Selang waktu mereka berdua diam, sampai bel apartemen Mina berbunyi. Lekas wanita berkelahiran jepang ini membuka pintunya mendapatkan suami sah dari Jihyo. Keningnya berkerut tebal bertanya dalam hati, di pagi hari menjelang siang ini mengapa Jungkook datang. Tapi pada akhirnya ia mempersilahkan Jungkook masuk menemui Jihyo di dalam.

Jungkook mendapati istrinya tampak melamun diam. Ia mendekat dan duduk sehingga Jihyo tersadar menoleh sedikit terkejut kehadiran Jungkook.

"Ayo pulang..." ajak Jungkook lembut.

Jihyo hanya mengangguk menurut, dan lalu mereka berdua keluar setelah permisi dengan Mina.

***

Jihyo tidak tahu ada apa dengan Jungkook. Selama di perjalanan ini ia hanya membisu memandangi wajah tampan suaminya yang begitu serius menyetir ke depan. Raut wajah suaminya terlihat cemas dan penuh ketakutan, bibirnya yang masih bungkam enggan menjelaskan apa yang terjadi. Pikiranan Jihyo juga berkecamuk, memikirkan tumben sekali Jungkook ada waktu menjemputnya di tengah hari ini, padahal baru beberapa jam Jungkook meninggalkannya di rumah Mina.

Sampai kemudian Jihyo tersentak dengan debaran di dadanya mendengar tuturan Jungkook, matanya ikut membesar menyadari bola mata Jungkook mulai berair.

"Ibu telah meninggal."

***

Suasana rumah ini tampak berduka. Kesedihan di masing-masing mata pada semua keluarga yang telah ditinggal begitu saja. Semua memandang iba pada anak bungsu keluarga Jeon ini. Sedari tadi ia menangis membiarkan orang-orang menatapnya dan melupakan dirinya yang dulu begitu kental dikenal sebagai sosok yang dingin pada semua orang dan berwajah datar di kota busan tempat tinggalnya kecil dulu ini. Sangat memprihatikan melihat Jungkook tanpa henti menangis melihat jasad ibunya terakhir kali dan tak rela melihat sang ibu di bakar depan matanya dan telah menjadi abu.

Jungkook masih belum rela ibunya telah pergi tanpa sepatah kata pun. Ketika ia sedang bekerja, Hoseok kakak kandung laki-lakinya mengabarkan ibunya telah tewas karena kecelakaan. Seorang detektif juga menjelaskan ibunya membawa mobil ugal-ugalan di tengah jalan, dan akhirnya menjadi dampak buruk. Jungkook memang tahu, ibunya dalam mengemudi selalu memakai kecepatan tinggi. Berulang kali ia sudah memperingatinya ibunya, tapi hal itu hanya menjadi angin lalu bagi nyonya Jeon. Sekarang Jungkook merasa sudah menjadi yatim piatu. Hanya Hoseok yang ia punya sekarang.

Hoseok menepuk bahu Jungkook, "lebih baik kau beristirahatlah dulu."

Jungkook lantas menggeleng menolak. Matanya masih menyisakan air mata yang mengalir sedikit.

"Kau pasti lelah Jungkook, mengemudi dari Seoul ke sini."

Lagi, Jungkook kembali menggeleng lemah. "Tidak hyung. Aku tetap ingin di sini memandangi foto ibu," lirihnya menatap foto sang ibu yang di pajang di depan.

Hoseok menghela nafas pelan, "jangan keras kepala Jungkook. Pikirkan juga istrimu. Dia sedang hamil besar, pasti juga lelah."

Perkataan Hoseok kemudian menyadarkan Jungkook bahwa ia tidak lah sendiri datang ke mari, melainkan bersama Jihyo. Kepalanya menoleh memandang Jihyo yang duduk di pojok bersama ibu mertuanya yang ternyata juga sudah tiba duluan sebelum mereka sampai. Melihat wajah lelah yang terpatri pada Jihyo, rasa menyesalnya muncul telah mengabaikan istrinya sendiri sedari tadi.

Jihyo yang sedari tadi hanya diam di pojok bersama ibunya ikut bersedih akan kepergian ibu mertuanya. Ia ingin sekali menenangkan Jungkook, namun rasanya ia takut. Akan kemarahan pria itu yang ada di pikirkannya. Sehingga ia memilih duduk bersama keluarganya yang juga ikut. Tetapi rasanya pinggangnya mulai terasa sakit karena terlalu lama duduk. Tanpa sadar punggungnya menyandar guna sedikit menghilangkan rasa lelahnya.

Bola mata Jihyo yang sedari tadi memejam seketika terbuka saat dirasakannya tangan hangat menggenggamnya.

"Jangan tidur di sini, ayo kita istirahat," tatapan Jungkook begitu lembut, mengelus pipi gembul istrinya. Jihyo merasa sedih melihat mata bengkak memerah Jungkook.

"Jungkook, maafkan ibu dan ayah tidak bisa berlama. Kamal besok harus pergi ke sekolah," suara nyonya Park mengalihkan perhatian Jungkook, ia mengangguk tersenyum. Setidaknya keluarga istrinya mau datang menghiburnya.

***

"Kau tidak sendirian," Jihyo memeluk Jungkook dari belakang, walau ada sedikit penghalang akan perut besarnya. Ia menenggelamkan wajahnya di balik punggung lebar suaminya menyembunyikan dari angin kencang di balkon kamar malam hari ini.

Jungkook menghela nafas pelan. Meraba tangan Jihyo di pinggangnya lalu mengelus lembut. "Hanya ibu yang kupunya. Ayah telah pergi saat usiaku 16 tahun. Rasanya aku sudah tidak memiliki penopang badanku. Ibu ku yang cerewet sudah tidak ada lagi," Ia menarik ujung bibirnya menjadi senyum lirih.

Dapat dirasakan Jungkook kini wajah Jihyo menggeleng di punggungnya, "kau masih punya ibu dan ayah. Mereka juga bisa cerewet jika kau membuat usil pada mereka."

Jungkook mengerti maksud Jihyo adalah ibu dan ayah kandung Jihyo, namun tetap saja ada rasa perbedaan dengan orangtua kandung yang mendidik dirinya dari kecil hingga besar dan dewasa ini. Ia tersenyum kemudian memejamkan matanya merasakan semilir angin cukup kencang menerpa wajahnya, hingga rambut hitam gelamnya pun ikut menari mengikuti arah angin.

"Jungkook... jangan bersedih lagi. Kau tidak sendirian, masih ada Hoseok oppa, ibu, ayah, Kamal, dan aku. Aku siap menjadi penopang badanmu jika kau lelah. Aku juga akan mengomelimu seperti ibu jika kau berbuat salah, aku siap menjadi ibumu juga jika kau mau." Jihyo semakin mengeratkan pelukannya.

Jungkook tersenyum tipis, ia membuka mata dan berbalik menatap lurus mata Jihyo. "Terima kasih banyak. Jangan pernah tinggalkan aku, cukup ibu dan ayah yang meninggalkan ku di dunia ini."

Jihyo mengangguk mantap, satu tangannya menjulur ke atas memberanikan mengelus pipi Jungkook. "Jangan menangis lagi," usapnya sayang.

Kemudian Jungkook menarik Jihyo lembut ke dalam pelukannya, mengelus surai Jihyo dan mengecup sekilas pucuk kepala Jihyo.

"Jihyo... jangan pernah juga berpikir bahwa aku tidak mencintaimu. Aku tidak akan mempertahankanmu jika rasa ini tidak muncul."

Debaran Jihyo mulai mengguncang hebat. Perutnya terasa tergelitik akan perkataan Jungkook. Sekelabat perkataan Mina tadi melintas dan ia kemudian tersenyum haru kebenaran perkataan sahabatnya itu. Rasa yang dimilikinya akhirnya terbalas juga selama ini. Perlakuan Jungkook selama ini ternyata didasari dengan cinta. Jihyo sangat bahagia sekali, semakin mengeratkan pelukan mereka.

"Aku sayang padamu," lanjut Jungkook mengecup sekali lagi kening Jihyo lembut dan cukup lama dengan mata saling terpejam.

"Maafkan perilaku ku selama ini. Begitu susah untuk mencairkan sikap dinginku ini. Semampuku selalu mencoba membuatmu nyaman, aku takut kau bosan denganku."

Jihyo tersenyum kecil, ia menarik dirinya sedikit jauh agar dapat menatap mata Jungkook, "aku juga minta maaf. Aku terus berpikir kau tidak pernah menyukaiku, selama ini sikapku ketus denganmu takut jatuh cinta padamu ternyata semakin aku menahannya aku malah jatuh hati padamu."

Akhirnya Jihyo berani mengungkapkan isi hatinya untuk pertama kalinya selama ia hidup bersama Jungkook. Rasa hatinya kemudian terasa lega.

Jungkook menarik ujung senyumnya menunduk dan menyatukan bibirnya pada pada permukaan bibir Jihyo. Melumatnya perlahan membuka bibir Jihyo dan mulai mengabsen seluruh isinya dengan lidahnya, memainkan di sana dan saling beradu bertukar saliva, mengecap bibir atas dan bawah hingga memerah dan membengkak menghasilkan decakan keras di antara keduanya, seakan Jungkook geram ingin memakan rakus bibir Jihyo. Sayangnya jika tidak Jihyo mulai kehabisan oksigen tidak ada niatnya untuk menghentikan percumbuan awal dari making love ini.

Kemudian kedua orang ini saling memisahkan diri dan tersenyum tipis. Jungkook merengkuh pinggang Jihyo, merapatkan tubuh mereka hingga perut besar Jihyo nenyentuh perutnya. Kepalanya mendekat menyatu pada kening Jihyo. Lalu mereka menikmati momen romantis yang mereka ciptakan di kamar masa kecil Jungkook ini.

***

TBC...

Seguir leyendo

También te gustarán

715K 34.2K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
42K 4.8K 24
Jisoo memakai topeng kepalsuan demi mewujudkan mimpinya melihat Kim bersaudara hancur.. Peak Rank #1 Jisoo (12-1-2023) #2 liskook (2-1-2023) #2 vsoo...
959K 78.2K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
13.5K 1.7K 26
Bahasa : Baku Start : 26 June 2021 Finish : 25 July 2021 Cover by : @i_vennie2 [Alur cepat, Belum Revisi] Hidup ini begitu banyak cobaan, berbagai k...