Just Junghyo✔

By ShiaMoer

229K 21.5K 6.1K

Beda judul beda alur (Jungkook Jihyo doank isinya) #oneshoot iya, ficlet iya, short story iya juga# note : se... More

My Heart Is Beating Fast (Cast)
My Heart Is Beating Fast (One Shoot)
Like A Fool
Falling In Love With Superstar Bag. 1
Falling In Love With Superstar Bag. 2
24 Hours Meet You
Love ME
Coward
Second Lover *1*
Second Lover *2*
Second Lover *3*
Second Lover *4*
My Ex
Park Jihyo (Fancy) Photo Edit
Converse High (Ficlet)
Rock 'N' Roll
Come Back Home
I will wait for you to break up
The Radio Girl
Learn To Love Me
Come Back Home (2)
Break
Break (2)
Chocolate (Ficlet)
Come Back Home (3)
Do you like me or not?
Stay With Me (1)
Stay With Me (2)
Stay With Me (3)
Stay With Me (4)
Stay With Me (5)
Is It Too Late? (1)
Is It Too Late? (2)
Is It Too Late? (3)
Is It Too Late? (4)
Is It Too Late? (5)
The Demon
Flipped
I'm Jealous (1)
I'm Jealous (2)
I'm Jealous (3)
I'm Jealous (4)
I'm Jealous (5)
(Not) Mistake Bag. 1
(Not) Mistake Bag. 2
(Not) Mistake Bag. 3
(Not) Mistake Bag. 4
JK's Birthday 💜💜💜
Camera Love
Come Back Home (4)
Pacaran
Virus (1)
Virus (2)
Virus (3)
Virus (4)
Call me "Mommy" (1)
Call me "Mommy" (2)
Call me "Mommy" (3)
Call me "Mommy" (4)
Call me "Mommy" (5)
Pacaran (Speial MAMA 2020)
Christmas Day (1)
Christmas Day (2)
bini
bini (2)
cuek
sok cuek
Serbuk Berlian
💜Purple Heart
💜Purple Heart (1)
💜Purple Heart (2)
💜Purple Heart (3)
💜Purple Heart (4)
💜Purple Heart (5)
💜Purple Heart (6)
💜Purple Heart (7)
💜Purple Heart (8)
💜Purple Heart (9)
💜Purple Heart (10)
💜Purple Heart (11)
💜Purple Heart (12)
💜Purple Heart (13)
[BONUS] 💜Purple Heart (14)
Dreamy Girl
Childish
Serbuk Berlian (2)
Hubby & Wifey
I'm a girl (1)
I'm a girl (2)
I'm a girl (3)
I'm a girl (4)
I'm a girl (5)
I know who I love (1)
I know who I love (2) - END -
Mine (1)
Mine (2) - END -
Annoyed
😭
Grim Reaper
For Love's sake
My Baby (1)
My Baby (2)
My Baby (3)
My Baby (4)
My Baby (5)
My Baby (6)
My Baby (7) - END -
More Than Friends
Pacaran (Cemburu)
Pacaran (Konser)
Obsession (Ficlet)
The Smart Twins (1)
The Smart Twins (2)
The Smart Twins (3)
The Smart Twins (4)
The Smart Twins (5)
The Smart Twins (6) -END-
The Jeon's : Dying our babies hair pink
I'm not bitch
A Broken Queen Bag. 1
A Broken Queen Bag. 2
A Broken Queen Bag. 3
A Broken Queen Bag. 4
A Broken Queen Bag. 5 -END-
fuck you under the full moon
The blind woman I love (1)
The blind woman I love (2)
The blind woman I love (3)
The blind woman I love (4)
The blind woman I love (5)
The blind woman I love (6)
The blind woman I love (7)
The blind woman I love (8) - END -
Misunderstanding
Geeky
pilih jio atau hidup jungkook?
My Police
Seven - Intro
Seven (1) I am home
Seven (2) Divorce papers
Seven (3) see her again
Seven (4) meet her again
Seven (5) get away from me
Seven (6) she is married
Seven (7) due to jealousy
Seven (8) let me keep my love for you
Seven (9) fake husband
Seven (10) desire
Seven (11) misunderstanding
Seven (12) plan
Seven (13) I love you so much that I want to die
Seven (14) prospective mother-in-law
Seven (15) really miss you
Seven (16) propose to you
Seven (17) marriage anxiety
Seven (18) first night
Seven (19) triples
Seven (20) anniversary -END-

Memory

2K 171 39
By ShiaMoer

"Apa aku salah mencintaimu juga?"
.


.
.
Seorang wanita bermata besar berjalan di koridor rumah sakit ini. Ia tersenyum ramah setiap kali ada pasien yang menyapa dirinya. Beberapa kali orang-orang memanggilnya meminta pertolongan, semacam untuk mendorongkan kursi roda sebentar saja, jelas wanita ini mau membantunya karena dia adalah seorang perawat di rumah sakit ini.

Wanita dengan tag name - Park Jihyo ini berjalan memasuki salah satu ruangan VIP pasien. Ia menutup sepelan mungkin pintu itu kembali seakan takut membangunkan orang yang saat ini tertidur si single bed itu terbangun. Padahal ia tahu sendiri sekeras apa pun ia menutup pintu ini, orang itu tak akan bangun bagaimana pun caranya. Tapi ia tetap melakukannya terus.

Ia memandang sejenak pasien itu sambil tersenyum tipis, seraya juga beralih pada kantong infus pemilik pasien ini. Dengan keahlihannya sebagai perawat ia mengatur infus itu. Setelah selesai, ia kembali menatap pasiennya. Dengan berani ia mengelus kepala pasien itu secara lembut, sesekali ia mencoba menyingkirkan poni depan milik pasien itu.

Beberapa menit kemudian, setelah puas ia memandangi wajah pasien itu, ia pun bergegas untuk meninggalkan ruangan VIP ini.

Namun...

"Errhh..."

Sebuah erangan dari pasien tersebut membuat Jihyo kembali berbalik. Detik itu juga wajahnya langsung berbinar melihat pergerakan pasien tersebut.

***

Koridor itu hampir saja riuh di depan ruangan VIP pasien ini. Banyak keluarga atau pun dari teman-teman pasien yang baru saja siuman di depan pintu kamar pasien ini. Terlihat di wajah mereka sangat bahagia, bahkan wanita tua yang terlihat seperti ibu pasien itu saja sudah menangis terharu.

Setelah dokter mempersilahkan pengunjung boleh menjenguk, mereka bagian dari kenalan pasien yang baru saja siuman setelah dua tahun ini akhirnya dengan semangat masuk tidak sabar melihat pasien itu.

Dokter itu ikut tersenyum juga. Akhirnya pasien yang terlama koma, bangun juga. Ini adalah penantian yang sangat panjang dan juga suatu keajaiban.

Dokter itu baru menyadari bawahannya masih berdiri di dekat pintu itu berusaha mengintip ke dalam.

"Park Jihyo, sedang apa kau di sini?"

Jihyo terkesiap seperti tertangkap basah oleh atasannya itu. Buru-buru ia menghapus air matanya yang sempat turun karena rasa bahagiannya terlalu berlebihan hingga dengan air mata ia melampiaskannya.

Ia hanya menggeleng tersenyum kecil. "Saya bahagia pasien Jeon Jungkook akhirnya telah sadar kembali."

***

Rumah sakit ini seketika heboh dengan beritanya pasien Jeon Jungkook telah sadar kembali setelah koma selama 2 tahun lamanya. Orang-orang selalu mempercayai sebelumnya bahwa pasien Jungkook tidak ada harapan lagi. 2 tahun itu sangat lama, bahkan banyak yang mengira Jungkook sudah mati. Tapi keluarganya masih mengotot untuk anaknya terus dirawat di rumah sakit ini, dan Jihyo selaku perawat tetap ikut membantu serta merawat Jungkook. Bahkan tak sekali pun ia absen untuk melihat Jungkook saja setiap harinya. Jika waktu makan siang pun terkadang ia akan memilih makan di ruangan Jungkook sambil mengobrol sendirian berharap juga Jungkook menanggapinya.

Dan sekarang Jungkook telah sadar kembali. Jihyo sangat bahagia sekali.

Jungkook masih dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari ke depannya sampai dia benar-benar pulih.

Jihyo baru menyadari bahwa memori Jungkook ternyata sebagian menghilang. Tentunya ini membuat hati Jihyo sangat sakit. Namun, ia berusaha tersenyum jika sudah berhadapan dengan Jungkook.

Seperti kali ini, Jihyo mencoba memaksa senyumnya saat akan memasuki ruangan Jungkook.

Semua orang menoleh padanya ketika ia membuka pintu. Ia tersenyum ramah seraya menggeret besi besar tempat makanan pasien lengkap dengan obatnya.

"Hai perawat Jihyo!" Sapa seorang pria yang berusia tak jauh dengan Jihyo sendiri.

"Halo Taehyung." Balas Jihyo ramah pada pria yang baru saja menyapanya.

"Semakin hari perawat Jihyo semakin cantik saja ya." Ujar Jimin, teman dari Jungkook.

"Seperti inilah contoh modus seseorang mendekati incarannya." Sambung Jin melirik Jimin.

"Hei! Aku tidak salah, kan." Sangkal Jimin tidak terima.

Jihyo hanya tertawa pelan menanggapinya. Ia beralih pada infus Jungkook, mengaturnya terlebih dahulu. Lalu beralih pada Jungkook yang sedari tadi hanya diam memperhatikannya.

"Halo Jungkook, senang kau kembali sadar." Jihyo tersenyum hangat hanya untuk Jungkook saja.

Dan Jungkook perlahan menarik kedua ujung bibirnya menjadi seulas senyuman yang sudah lama tak ia perlihatkan pada orang-orang.

***

Setelah Jungkook sadar, Jihyo tetap ingin melihat keadaan Jungkook, bagaimana pun caranya akan ia lakukan. Ntah semacam sengaja lewat di depan ruangannya dan sejenak meliriknya melihat kondisi Jungkook. Dulu, walaupun ia libur kerja ia tetap berusaha datang dan menjenguk Jungkook sebagai perawat. Sebenarnya ia tak menyukai hari libur yang membuat ia tak melihat Jungkook, makanya ia lebih sering meminta pada atasannya untuk menyisakan hari liburnya di belakang hari saja, dan pada saat tertentu ia akan meminta hari libur itu.

Jihyo memasuki kamar Jungkook untuk kedua kalinya setelah Jungkook sadar dari komanya.

Kali ini terlihat hanya Jungkook seorang di dalam, tidak ada yang menemani. Mungkin keluarganya atau temannya sedang di luar dan mungkin juga sebentar lagi akan datang.

Jungkook yang sepenuhnya sadar memperhatikan Jihyo memegang infusnya. Meskipun ia tak paham apa yang diperbuat Jihyo.

"Perawat Jihyo?"

Jihyo menatap Jungkook dan tersenyum. "Iya pasien Jungkook?"

"Bolehkah aku meminta waktumu?"

Jihyo bingung, "untuk?"

"Menemaniku ke taman."

Sebenarnya Jihyo ragu menerimanya. Pasalnya, Jungkook baru saja siuman tadi malam, keadaan Jungkook pun belum sepenuhnya pulih. Namun, tatapan Jungkook sungguh tak bisa menahan kuasanya. Dengan ragu akhirnya ia mengangguk dan membantu Jungkook untuk duduk di kursi roda. Ia kemudian mendorong kursi roda itu menuju taman rumah sakit ini.

Di taman ini, Jihyo hanya membiarkan Jungkook menikmati hijau pemandangan ini. Ia tersenyum sendu melihat Jungkook kini nyata telah kembali membuka kelopak matanya setelah sekian lamanya. Namun, meskti begitu ia juga merasa ada yang kurang. Karena Jungkook tidak mengingatnya.

"Perawat Jihyo."

Jihyo tersadar dari lamunannya. Ia segera menghampiri Jungkook.

"Ada apa?"

"Aku ingin mendengar cerita tentangku kenapa bisa masuk ke rumah sakit ini dan mengalami koma selama 2 tahun." Jungkook menoleh menatap Jihyo yang sudah duduk di bangku taman itu.

Jihyo sendiri malah merasa salah tingkah dengan tatapan yang dalam itu. Segera ia memberikan senyum tipis.

"Aku tidak terlalu tahu menahu, hanya saja yang ku tahu 2 tahun lalu kau datang dengan keadaan tidak sadarkan diri ke rumah sakit ini. Tubuhmu juga penuh dengan darah." Jelas Jihyo sedikit menutupi kebohongan yang besar yang benar-benar ia ketahui mengenai pria bergigi kelinci ini.

Jungkook hanya menghela nafas pelan. Ia beralih memandang ke depan dengan tatapan kosong. Ingatannya benar-benar tidak bisa ia kembalikan. Yang hanya ia tahu adalah orangtuanya, sahabat-sahabatnya dan wanita berambut pendek. Hanya saja ia tidak tahu siapa wnaita berambut pendek yang selalu datang di pikirannya ini.

"Perawat Jihyo, apa aku perlu ke psikiater?"

"Untuk apa? Kau hanya hilang ingatan Jungkook. Memorimu sebagian hanya hilang sementara dan suatu saat akan kembali juga."

"Tapi aku merasakan sakit setiap kala aku mencoba mengingatnya."

"Jangan mencobanya terlalu keras Jungkook. Kau akan ingat suatu saat nanti."

Jihyo menggapai tangan Jungkook dan mengenggamnya lembut. Ia menatap Jungkook seraya tersenyum. Jungkook menyadari keyamanan ini, tanpa sadar ia ikut tersenyum dengan jantungnya mulai berdetak kencang.

"Bantu aku untuk mengingatnya."

***

Setelah kejadian itu, Jihyo dan Jungkook semakin akrab dan dekat. Setiap kala Jihyo memeriksa keadaan Jungkook, Jungkook senang sekali menggoda wanita cantik itu hingga tersipu malu. Jihyo tak kuasa juga menahan debaran jantungnya dulu sempat mati kini kembali seperti hidup di saat ia bertatapan dengan Jungkook.

Hingga tiba hari di mana keluarga Jungkook menjenguk pria itu, ibu Jungkook menarik Jihyo keluar dari ruangan Jungkook dengan sedikit kasar dan paksaan. Jungkook yang melihat dahinya berkerut tebal dan mencoba melihat dari kaca kecil pintunya. Sayangnya, ibunya dan Jihyo tidak terlihat di depan pintu.

"Hentikan semua ini!"

Jihyo terkejut dengan hempasan tangannya yang diperbuat ibu Jungkook.

"Ibu... Apa maksudmu?"

"Jangan berlagak polos di depanku! Kau bisa bersikap seakan tidak tahu di depan anakku! Tapi untuk di depanku, kau tidak bisa!! Kau sudah ingin membunuh anakku dan kau ingin kembali mencoba membunuhnya! Benarkan??!! Licik sekali kau Park Jihyo."

Jihyo hampir menangis mendengar perkataan kasar itu. "Tidak ibu." Kepalanya menggeleng beberapa kali menanggapi perkataan itu salah besar.

"Cih... setelah Jungkook pulih kembali, aku akan membawanya keluar negeri sejauh mungkin agar tidak bisa bertemu denganmu lagi."

Jihyo akhirnya menangis mendengarnya, ia menggeleng dan memegang tangan ibu Jungkook.

"Ibu tolong, jangan lakukan itu."

Sekali lagi, ibu Jungkook menghempas kasar tangan Jihyo dan menatap tajam wanita itu.

"Untuk apa lagi aku membiarkan anakku disini? Dia akan mati jika terus melihatmu! Kau itu PEMBUNUH JIHYO!!!"

Beruntung sekali koridor ruangan VIP ini sangat sepi dan sedikit gelap karenanya kurang cahaya dari matahari dan juga setiap ruangan VIP memiliki dinding yang kedap suara sehingga suara ibu Jungkook tidak terdengar sama sekali.

Jihyo semakin menangis mendengarnya. Hatinya hancur, sakit, seperti patah. Tanpa berpikir panjang, ia bersimpuh dihadapan ibu Jungkook.

"Tolong bu hiks... jangan membawa Jungkook jauh dariku." Jihyo menbungkuk mencium kedua kaki ibu Jungkook.

Seperti tidak ada perasaan, ibu Jungkook malah menghempas tubuh Jihyo dengan kakinya. Jihyo merasakan sangat sakit dengan perlakuan ini, harga dirinya sudah jatuh. Namun, ia akan tetap berusaha memohon pada wanita tua ini.

"Hikss.. Ibu ku mohon." Jihyo kembali bersimpuh dihadapan kaki ibu Jungkook.

Ibu Jungkook mulai ikut menangis. Ia tidak sanggup dengan semua ini. Rasanya pun ia ingin bunuh diri saja karena kehidupan anaknya yang sangat rumit, dan ia pantas disalahkan karena tidak becus sebagai seorang ibu merawat anaknya.

"Tolong bu... hiks..."

Dengan tangan melipat di dada, ibu Jungkook masih mempertahankan sisi egonya.

"Untuk apa lagi Park Jihyo??!!!"

Nafas Jihyo sudah sesengukan. Ia mencoba mengatur nafasnya. Sebentar ia menghapus air matanya. Dengan pandangan sedikit kabur akibat air matanya, ia mendongak menatap wajah ibu Jungkook.

"Bagaimana nanti kehidupan Yohan, bu?"

***

Keesokan harinya, Jihyo kembali melihat keadaan Jungkook. Ia mencoba menyunggingkan senyumnya pada Jungkook yang sedang sendirian di kamar VIP ini.

Jungkook melihat kehadiran Jihyo pun tersenyum senang. Ia berusaha mendudukinya, lantas Jihyo cepat membantunya, inilah yang membuatnya tidak tahan untuk tak tersenyum. Namun, saat ia menoleh mendapatkan wajah Jihyo yang sangat dekat dengannya barulah ia menyadari kedua mata Jihyo terlihat bengkak seperti habis menangis. Senyumnya spontan menurun menjadi wajah khawatir.

"Kau... semalaman menangis?" Tanya Jungkook takut-takut.

Jihyo segera menjauhkan wajahnya setelah berhasil membantu Jungkook duduk.

"Mmhh... sepertinya begitu."

Jawaban Jihyo tidak membuat Jungkook puas. "Jihyo, jika kau memiliki masalah kau bisa cerita padaku. Aku bisa menjadi teman ceritamu."

Jihyo terkekeh pelan. "Benarkah? Kau ingin menjadi teman ceritaku?"

Jungkook mengulum senyumnya mendengar kekehan yang benar-benar tulus ini. "Aku juga bisa menjadi teman hidupmu."

Senyum Jihyo tiba-tiba melurus begitu saja, ini membingungkan Jungkook.

"Jihyo, apa aku salah?"

Jihyo menggeleng cepat dan kembali tersenyum. "Tidak Jungkook kau-"

"Apa aku salah menyukaimu?"

Deg!

Jihyo mematung setelahnya. Ia menatap Jungkook tidak percaya.

"Apa aku salah menyayangimu?"

"Apa aku salah mencintaimu juga?"

Jihyo hanya bisa membisu. Dan pada saat ini jantungnya berdetak lebih kencang lagi.

"Bagaimana bisa Jungkook? Kita-"

"Aku tidak tahu Jihyo. Ini datang tiba-tiba. Aku tahu kita baru kenal, bukan? Tapi aku seperti merasa sudah mengenalmu lama dan begitu mudah jatuh cinta padamu."

Jihyo merasakan dadanya berkedut. Perkataan Jungkook mengenai baru kenal itu sangat menyakitkan untuknya. Berusaha semampu mungkin ia menunjukkan senyumnya.

"Aku rasa itu hanya sebentar saja. Karena kau hanya melihatku wanita sering datang menemuimu, jika kau keluar rumah sakit, aku yakin kau akan melihat banyak wanita dan menemukan siapa yang kau cintai."

Jungkook hanya memandang Jihyo dalam. Ia merasa tak suka dengan perkataan Jihyo itu.

"Kau yakin begitu?"

Jihyo mengangguk tersenyum.

"Jika kau yang ku cinta sesungguhnya?"

Jihyo menatap lekat Jungkook, "temui aku segera."

***

Setelah seminggu ini Jihyo masih tetap menemani Jungkook, menemani keseharian pria itu dan juga bercanda tawa. Jihyo tidak kuasa menahan air matanya setiap kala Jungkook menjerit kesakitan memegang kepalanya berusaha mengingat memori di otaknya. Tapi, ia bersyukur Jungkook tetap baik-baik saja.

Hingga hari ini tiba, hari di mana Jihyo untuk pertama kali absen tidak mendatangi kamar Jungkook. Ini jelas menjadi tanda tanya Jungkook saat melihat bukan perawat Jihyo yang datang padanya, tetapi perawat lain.

Hendak perawat itu pergi setelah memeriksa infusnya segera ia menahannya.

"Tunggu, di mana Jihyo?"

Perawat berama Eunha itu sedikit bingung dengan Jungkook yang sangat frontal menyebut nama seorang perawat yang jelas-jelas ini di rumah sakit.

"Hari ini dia tidak datang." Akhirnya Eunha tetap menjawab.

"Ke mana dia?" Tanya Jungkook sangat penasaran.

Eunha hanya menggeleng tidak tahu dan kemudian permisi untuk keluar.

Ibu Jungkook yang melihat anaknya tadi memandang Jungkook nanar. Begitu pun teman-teman Jungkook juga yang berkebetulan di situ, mereka hanya diam seolah tidak tahu apa-apa.

Jungkook mendesah kasar. Ia menidurkan tubuhnya dan cepat memejamkan matanya. Wajahnya terlihat kusut karena Jihyo tidak datang hari ini. Ke mana wanita itu? Hatinya terasa sangat kosong. Tiba-tiba saja ia sibuk memikirkan keberadaan Jihyo, ia merasakan sangat pusing di kepalanya.

"AAAHKKK!!"

"Jungkook??"

Semuanya terkejut dengan keadaan Jungkook. Saat Taehyung sudah ingin berniat memanggil dokter, Jungkook cepat mencegahnya.

"Aku tidak mau!!! Aku ingin Jihyo di sini!!!"

***

Jihyo merasakan lututnya melemas. Ia menangis dihadapan Taehyung. Hampir saja ia terjatuh jika tidak cepat menyeimbangkan tubuhnya.

Taehyung datang ke rumahnya memberikan kabar buruk, bahwa sekarang Jungkook tidak ingin makan jika ia tidak di sana. Ia sendiri menjadi ikut bingung, tidak bisa meninggalkan rumahnya. Karena...

"Eomma?"

Jihyo dan Taehyung serentak menengok ke arah anak kecil yang terlihat baru bangun tidur mendekat pada Jihyo yang masih berdiri di ambang pintu.

"Nuguseyo?" Suara imut itu tampak begitu lucu saat ia bertanya pada Taehyung.

Taehyung tersenyum haru melihat anak kecil itu yang sudah beranjak besar. "Halo, aku Taehyung. Kau bisa memanggilku paman Tae."

Anak kecil itu hanya mengangguk beberapa kali. Ia mendongak pada ibunya yang masih berdiri sibuk menghapus air mata tanpa ia sadari.

"Eomma, aku lapar." Mintanya manja.

Jihyo mengangkat anak kecil itu kemudian tersenyum. "Sebentar ya Yohan."

Jihyo beralih pada Taehyung, "aku akan datang."

***

Pintu kamar Jungkook terbuka perlahan. Jungkook yang mendapati Jihyo langsung menegakkan tubuhnya. Ia tersenyum sumringah sedetiknya hanya mendapatkan tubuh Jihyo saja. Namun, senyumnya seketika menurun saat melihat seorang anak kecil ikut masuk menggandeng tangan Jihyo erat, seakan takut dengan suasana kamar ini dengan orang-orang yang tidak ia kenal.

"Hai Jungkook." Jihyo mendekat pada bangsal Jungkook.

Bukannya menjawab sapaan Jihyo, Jungkook hanya menatap anak kecil itu dengan bingung hingga anak kecil itu pun merasa takut dan bersembunyi di balik tubuh Jihyo, sesekali pun ia mengintip.

"Ini siapa?" Tanya Jungkook pada anak kecil itu.

Jihyo menghela nafas pelan. Ia memberanikan dirinya untuk mengatakan sesuatu yang belum Jungkook ketahui.

"Dia anakku."

Dan kemudian Yohan keluar dari persembunyiaannya, ia tersenyum ramah pada Jungkook hingga menyembulkan dua gigi kelincinya persis seperti milik Jungkook.

Jungkook terkejut. Bahkan sangat. Rasanya hatinya seperti hancur saat Jihyo mengatakan hal itu.

"Kau berbohong, kan?" Jungkook malah tertawa tidak mempercayainya.

"Aku tahu kau berbohong karena ingin membuatku tidak menyukaimu lagi, kan?" Jungkook tetap tertawa, tapi hatinya tidak bisa menyembunyikan kesakitan ini.

"Aku tidak berbohong Jungkook. Ini Yohan, anak kandungku." Jihyo luruh menjatuhkan air matanya yang sedari tadi ia tahan.

"Tidak-tidak, kau pasti berbohong, kan hahahaa..." Jungkook tidak ingin menerima kenyataan bahwa Jihyo telah dimiliki seseorang.

"Jungkook-"

"Kau membohongiku Jihyo!" Tatapan Jungkoook berubah nyalang, membuat Yohan takut dan kembali bersembunyi di balik tubuh Jihyo.

"Tidak-"

"Pergi!! AKU TIDAK SUKA DENGANMU LAGI!"

Jihyo terkejut dengan teriakan Jungkook itu.

"Jung-"

"PERGI---AAHHKK!!"

Jungkook memegang kepalanya yang terasa sakit seakan dipukul.

"Jungkook tolong-"

"Jihyo sebaiknya kau keluar saja." Jimin menahan Jihyo yang ingin menyentuh Jungkook.

***

"Eomma..."

Jihyo menghapus air matanya cepat. Ia memaksa tersenyum pada putranya.

"Siapa paman yang berteriak tadi?"

Jihyo memegang pundak Yohan dan menatap anaknya lekat. "Yohan, jika Yohan memiliki appa, apa Yohan senang?"

Yohan langsung mengangguk antusias. "Aku senang eomma, asal kan eomma juga senang."

Jihyo tersenyum kecil, mengusap kepala Yohan lembut. "Paman yang berteriak tadi adalah appa Yohan."

"Tapi karena Yohan ingin eomma senang, Yohan mau kan pergi dari sini sejauhnya?" Lanjut Jihyo mentap dalam manik mata putranya.

***

3 minggu sudah Jungkook habiskan hari-harinya di di rumah sakit. Bukannya bertambah sehat saat keluar rumah sakit, ia malah merasa sakit. Setelah kejadian hari di mana ia menyuruh Jihyo pergi, Jihyo tidak pernah lagi mendatangi kamarnya. Bahkan mewujudkan diri di depannya pun sudah tidak pernah lagi.

Ia tersenyum kecut. Selama ini merasa dibohongi oleh Jihyo. Wanita itu tak sekali pun bercertia mengenai dirinya. Ternyata ia mencintai wanita yang sudah bersuami. Miris sekali nasibnya.

"Jungkook?"

Pria bergigi kelinci ini menoleh pada Taehyung yang mendekatinya.

"Akan ada perayaan pesta besar untuk Jeon's Company, kau datang?"

Jeon's Company adalah perusahaan milik Jungkook, namun semenjak Jungkook dirawat di rumah sakit karena suatu kejadian akhirnya Taehyung yang begitu sangat keberatan menggantikan Jungkook sementara.

Jungkook masih ingat mengenai perusahaannya, hasil keringatnya sendiri. Lantas ia mengangguk.

"Bagus, kau bisa menikmati pesta di sana. Oh iya! Di sana nanti akan banyak wanita datang. Ku harap kau memperlakukan mereka dengan baik, hahaa..."

Taehyung tertawa kecil yang dibalas dengan senyuman tipis dari Jungkook.

Sekelabat tawa seorang wanita berambut pendek terlintas di pikirannya. Ia berusaha keras mengingat wajah wanita itu, namun hasilnya malah kepalanya menjadi sakit.

"Argghh!!"

Taehyung panik. "Jungkook?! Ada apa? Kau sakit?? Kita ke rumah sakit sekarang."

Jugkook menahan Taehyung langsung, dengan sisa tenaganya ia menatap sahabatnya dengan sendu.

"Siapa wanita berambut pendek yang dekat denganku di masa lalu?"

Taehyung hanya mematung, hingga kemudian semua gelap untuk Jungkook.

***

"Kecelakaan itu terjadi 2 tahun yang lalu. Kau yakin pelakunya Jihyo?"

Atensi Jin mengarah pada Jimin yang baru bertanya, "bukan dia. Ini semua kesalahpahaman."

"Sialnya berujung seperti ini." Sambung Taehyung melirik Jungkook masih tertidur dari pingsannya.

"Jika dia bertanya lagi tentang Jihyo, berpura tidak tahu saja." Jin lekas pergi setelah mengingatkan temannya.

Malam ini, pesta Jeon's Company pun sudah dimulai. Jungkook sudah siap dengan setelannya. Kali ini pesta itu juga bermaksud meriahkan Jungkook yang telah pulih dari kecelakaan parah 2 tahun lalu. Semuanya tampak senang di tengah pesta. Mereka berdansa, berkenalan, dan banyak lagi yang dilakukan.

Tak sedikit juga para wanita mengerumi Jungkook sekedar berbasa-basi bermaksud mencari perhatian untuk pria tampan ini. Jungkook pun dengan terpaksa meladeninya. Jika Taehyung tidak datang menyelamatkannya dari wanita-wanita gila mengeruminya akan ia kutuk sahabat-sahabatnya itu.

"Kau tidak tertarik pada salah satunya?" Taehyung memulai percakapan setelah mereka sudag menjauh dari keramaian.

Jungkook meneguk minumannya sejenak, "tidak ada."

"Wanita yang sedang memandangmu itu namanya Lalisa." Lanjut Taehyung melirik wanita yang tak jauh dari mereka asik mencuri pandang pada Jungkook.

Bukannya tertarik Jungkook malah melengos. Ia mendesah kasar, bukan ini ia inginkan. Hatinya seperti menginginkan kabur dari tempat ini dan segera menemui Park Jihyo. Ya... Dia merindukan perawat cantik itu. Bohong jika ia tak memikirkan Jihyo tiap detik. Nyatanya ia memilih melawan egonya. Tapi sekarang ia membutuhkan seorang Park Jihyo.

"Hei mau ke mana?"

Jungkook mengabaikan panggilan Taehyung ntah ke berapa kali. Kaki panjang akhirnya meninggalkan tempat membosankan ini dan pergi mencari Jihyo sampai bertemu secepatnya. Yang ia butuhkan adalah wanitanya harus kembali dihadapannya.

***

Kejadian beberapa minggu lalu membuat Jihyo tak berhenti menangis pilu. Setiap kala ia melihat Yohan tertidur di situ pula wajah Jungkook muncul. Kemiripan keduanya selalu membayangkan wajah Jungkook.

Jihyo rindu dengan... suaminya.

Namun apa daya. Rindunya harus ditelan bulat-bulat. Tak mungkin lagi mereka bertemu. Ia sudah berhasil menjauhi negara kelahirannya demi jauh dengan Jungkook. Paksaan dan desakan ibu Jungkook juga termasuk menyuruhnya menjauhi Jungkook, suaminya.

Jihyo tersenyum miris, bagaimana bisa mereka dikatakan suami istri dengan jarak seperti ini dan terlebih lagi Jungkook sama sekali tidak mengingatnya. Sakit memang. Berpura baik-baik saja seakan tak terlalu mengenal di depan Jungkook. Hanya senyum palsu dilemparkannya pada Jungkook.

Kejadian 2 tahun lalu itu membuat jarak di antara mereka.

2 tahun yang lalu, Jihyo ingat sekali keluarga mereka masih baik-baik saja bahkan bahagia menunggu kelahiran Yohan sebentar lagi. Hanya saja ibu Jungkook memang tidak terlalu menyukainya dari dulu karena dirinya dari kalangan orang sederhana, tapi Jungkook terus membantah menikahinya. Dihamilnya yang tua sudah memasuki 9 bulan dan hitungan hari akan melahirkan Jihyo mendapat kabar buruk. Jungkook kecelakaan. Tidak ada yang bisa diperbuat Jihyo, karena selanjutnya perut besarnya terasa keram, seketika ia lumpuh untuk bergerak saja. Terlalu memikiran keadaan Jungkook, kesalahan fatalnya hampir saja membunuh dirinya dan janinnya. Untung saja Tuhan berpihak padanya, Yohan selamat dan juga dia. Tapi, sayangnya tidak sampai di situ mengetahui keadaan Jungkook yang koma membuatnya frustasi menangis terus. Parahnya, tidak ada yang menenangkannya. Jihyo tidak memiliki keluarga lagi, ia hanya sebatang kara yang beruntung Jungkook tertarik padanya. Di keluarga Jungkook tak ada yg menyukainya, hanya Jungkook lah yang menjadi pahlawannya. Namun sekarang pahlawannya malah tidak sadarkan diri berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Beruntung Jihyo sadar bahwa ada Yohan yang dibutuhkannya. Tidak lama kejadian itu, Jihyo mendapatkan kabar atas tuduhan dirinya yang merencanakan kecelakaan itu. Tidak ada yang bisa membelanya, hanya modal berbicara dirinya sendiri pun tak akan dipercaya. Sempat ia mendekam di penjara selama berminggu-minggu, beruntungnya bukti cepat dicari jadi ia bisa bebas kembali. Dan akhirnya ia memutuskan untuk pindah tugas di rumah sakit tepatnya di tempat Jungkook dirawat.

Semua kisahnya dulu kembali mengorek memancing air matanya turun lagi dan lagi.

"Eomma... Erhh..."

Jihyo sigap meghapus air matanya menyadari anaknya terbangun. "Sstt... Eomma di sini sayang."

***

Malam ini, hujan deras bahkan sangat deras. Petir menggelegar di luar sana. Jihyo sedikit takut melihat badai di luar rumah sederhananya ini. Buru-buru dia masuk ke kamar Yohan melihat keadaan anaknya itu.

Bersyukur Yohan terlihat nyenyak sekali tidur. Baru saja ia ingin tidur bersama putranya, suara gedoran pintu yang keras mengejutkannya.

"Siapa bertamu di hujan seperti ini?" Jihyo menggigit bibirnya ketakutan. Membayangkan orang jahat di luar sana yang gila ingin masuk ke rumahnya.

Baru saja Jihyo ingin mengabaikannya, gedoran serta namanya terpanggil begitu kuat. Jihyo tidak tahan, dengan mencoba mengumpulkan keberanian, ia mengendap-endap mendekati pintunya. Gedoran itu semakin kencang.

"PARK JIHYO BUKA PINTUNYAAA!! KU BILANG BUKA!!!"

Tubuh Jihyo sudah bergetar hebat, akhirnya ia membuka pintu itu.

Jihyo terkejut. Mulutnya tercengang melihat Jungkook sudah di depan matanya dengan keadaan basah kuyub dan berantakan. Tanpa berkata lagi Jungkook langsung menarik Jihyo ke dalam pelukannya.

"Jungkook...?"

"Tolong jangan pergi lagi."

Jihyo merasakan kini tubuh yang lebih besar darinya menangis dalam pelukannya.

Tak ada percakapan selanjutnya. Jihyo tidak ingin bertanya dulu, membiarkan Jungkook masuk dan mengganti pakaiannya dengan kaus besar milik Jihyo. Memasak sup hangat untuk Jungkook juga. Walaupun ia masih bingung kenapa bisa Jungkook ada di sini.

Jihyo memperhatikan Jungkook makan tampak enggan. Hanya menyuapkannya sesekali ke mulutnya dengan tangan tak ingin melepaskan genggamannya pada Jihyo.

"Jungkook kenapa? Apa tidak enak?" Jihyo memandang Jungkook khawatir. Ditambah wajah Jungkook mulai pucat.

Jungkook menggeleng pelan, tersenyum hangat. Dilepaskannya sendok itu dari tangannya mengambil kedua tangan Jihyo membawa dalam genggamannya dengan tatapan sepenuhnya hanya pada mata bulat berbinar di depannya ini. Jihyo hanya diam dengan wajah menegang diperlakukan selembut ini dengan Jungkook seraya melirik jempol Jungkook bergerak mengelus punggung tangannya.

"Kau pernah berkata padaku..."

Jihyo tetap diam membalas tatapan dalam Jungkook.

"Jika kau yang ku cinta sesungguhnya, kau bilang segera temui dirimu. Dan sekarang di sini aku, kau sudah tahu kan maksud ku."

Jihyo tertegun seketika. Tak bisa menampilkan ekspresi apa pun. Yang dirasakannya sekarang kerongkongannya seperti tercekat enggan mengeluarkan sepatah kata pun. Lidahnya terasa kelu ingin membalas. Perkataan Jungkook itu jelas sudah menarik kesimpulannya. Jihyo tersadar saat dirasakannya Jungkook meremas tangannya.

Jungkook mendesah pelan, "Jihyo tolong... kali ini jangan menolakku lagi. Jangan memberikan alasan yang tidak-tidak. Aku benci melihat bibirmu selalu menolakku. Hanya kau Jihyo. Hanya kau wanita yang bisa membuatku seperti ini. Kau salah jika mengira akan ada banyak wanita di luar sana membuatku jatuh cinta. Karena sesungguhnya bagaimana pun caranya aku hanya jatuh cinta padamu."

Jungkook jeda sejenak menarik nafasnya panjang kemudian melanjutkan ucapannya. "Aku tahu, aku mengalami amnesia. Aku sama sekali tidak ingat kenangan dulu, tapi aku selalu merasa wanita berambut pendek yang selalu mendatangi pikiranku terus itu adalah kau. Jihyo... katakan sejujurnya bahwa itu kau bukan?"

Jihyo menggigit bibir bawahnya. Hatinya kembali berkedut nyeri. Bagaimana bisa Jungkook seyakin ini di kala pria itu sedang mengalami hilang ingatan.

"Jungkook..."

"Jihyo, tolong... Yohan... anakku juga, kan?"

Kedua bola mata Jihyo lantas membesar. Jantungnya mulai berdetak kencang. Menerka-nerka siapa biang pembocoran ini pada Jungkook. Tapi bagaimana pun Jihyo tak bisa menyembunyikan senyum perihnya dengan kebahagiaan Jungkook di depannya menerima hal ini.

Air mata Jihyo meluncur bebas menyusuri pipi sedikit chubby itu. Lantas jemari Jungkook mengelus pipi Jihyo berniat menghapus air mata itu. Ujung bibirnya tertarik menjadi senyuman tipis, yakin apa yang diucapkannya benar.

"Jangan pergi lagi. Aku tidak akan membiarkannya." Jungkook langsung menarik Jihyo ke dalam dekapannya. Memeluk erat tubuh itu seraya mengendusinya di bagian ceruk leher Jihyo yang hangat. Memejamkan matanya menikmati momen ini berharap tak terlewatkan sedikit pun.

Tampak Jihyo sudah membalas pelukan Jungkook semakin erat. Rindunya pada suaminya ini semakin meluap, melupakan air matanya terus turun ditambah isakan kecilnya. Tuhan, tidak bisakah membiarkan keluarga kecilnya kembali utuh seperti dulu? Itu yang ada di dalam hati Jihyo sekarang.

Tubuh Jungkook menegang untuk sesaat saat kilatan bayangan itu lagi kembali menyergap di pikirannya.

Wanita berambut pendek itu lagi. Kali ini lebih jelas wajahnya. Mata bulat berbinar dengan senyum bibir yang melekat begitu lebar. Belum lagi bibir kenyal itu menyentuh pipinya beberapa kali dan di balas dengannya kecupan di bibir. Hal ini sontak menarik ujung bibir Jungkook di dunianya saat ini ketika bayangan itu telah usai.

Jihyo merasakan Jungkook semakin mengeratkan pelukannya. Dan seketika kali ini tubuhnya menegang mendengar bibir itu berbisik lembut di telinganya dengan diakhiri kecupan kecil di pipinya.

"Aku mencintaimu istriku."

***

Jin, Jimin dan Taehyung saling melirik satu sama lain setelah mendapatkan Jungkook membawa seorang anak kecil digendongannya bersama Jihyo dalam gengamannya. Wajah tegas Jungkook dengan rahang yang terkatup rapat menampakkan keseriusan.

"Di mana ibu ku?" Tanyanya pada ketiga temannya yang ternyata berkebetulan ada keperluan mendatangi kediaman keluarga Jeon ini.

Baru saja Taehyung membuka mulutnya ingin menjawab, nyonya Jeon sudah menyela datang dan berdiri dihadapan Jungkook, ia dikagetkan dengan kedatangan Jihyo bersama anaknya.

"Ada apa Jungkook?" Tanya nyonya Jeon tapi matanya melirik Jihyo sinis, tidak suka. Jihyo hanya bisa mendesah pelan menundukkan kepalanya.

Apa ia salah mengikuti Jungkook?

"Ibu kau harus tanggung jawab!!!" Suara Jungkook meninggi penuh tekanan menatap ibunya tajam. Bahkan ini untuk pertama kalinya ia seperti ini pada ibu kandungnya sendiri karena emosi sedang menguasai dirinya.

Semuanya terkejut. Begitu pun Jihyo langsung mengangkat kepalanya menatap Jungkook sambil meremas genggaman tangan mereka.

"Apa maksudmu Jungkook?" nyonya Jeon terlihat mencoba sabar.

"Ibu kan dalang semua ini?!" rahang Jungkook mengeras, lihatlah urat-urat leher pria itu terlihat bermunculan menandakan saat ini Jungkook sangat marah.

Nyonya Jeon menggeleng seakan tidak mengerti. "Jung--"

"Kenapa ibu tega sekali menyuruh orang untuk menabrakku hingga memoriku sebagian hilang?!! Kenapa ibu juga tega memisahkanku dengan Jihyo sebagai alasan kambing hitam agar kami berpisah!!! Kenapa bu??!! Dia istriku!!! Ibu tak berhak lagi mengatur keluarga kecilku!! Aku sudah bahagia dengan caraku sendiri!! Sungguh aku muak denganmu sekarang bu!"

Jungkook menghela nafasnya kasar. Dirasakannya sekarang Yohan tampak ketakutan memeluk lehernya akibat teriakannya tadi yang tak terkontrol. Bocah kecil dalam gendongannya ini semakin mengeratkan pelukan padanya. Sedangkan Jihyo tampak kedua matanya sudah berlinang air mata seraya meremas pelan genggaman tangan mereka mengisyaratkan agar Jungkook tak melanjutkannya. Karena hal ini membuat dirinya dan Yohan ketakutan karena amukan itu.

Ketiga teman Jungkook ini hanya bisa diam menyaksikannya saja. Karena dalang semua pembeberan berita sesungguhnya memang dari mereka, maka dari itu mereka cukup membantu Jungkook sampai di sini saja. Selanjutnya biar pria itu saja yang meneruskannya.

Nyonya Jeon tak bisa berkutat apa lagi. Nyaris ia ingin menangis karena anaknya sendiri telah membentaknya. Tapi tak bisa menyembunyikan dalam hati kebenaran bahwa Jungkook sudah mengetahui segala perbuatannya selama ini.

"Jangan pernah mencariku lagi bu. Ubah sikapmu dulu baru bisa menemui keluargaku. Untuk saat ini ku mohon bu, menjauhlah sejauh mungkin. Jika istri dan anakku kembali terluka, orang pertama yang kusalahkan adalah kau bu!"

Jungkook kemudian membawa Jihyo dan Yohan keluar dari rumahnya penuh emosi. Jika saja saat ini ia tak ingat bahwa Yohan masih dalam gendongannya sudah diyakinkannya sekarang ia telah membuat ibunya menangis tepat di depannya karena amukannya.

Mobil Jungkook kemudian berlalu meninggalkan rumah mewah itu. Alis Jungkook masih bertaut tajam selama di perjalanan ini. Hingga Jihyo menggenggam tangannya menarik atensi sebentar pada wanita yang kini sudah duduk di jok sampingnya.

"Maafkan aku." Jihyo berkata lirih merasa bersalah.

"Tidak Jihyo. Aku yang meminta maaf. Ini semua karena ibu. Aku sangat membencinya sekarang. Kita harus memulai hidup yang baru bagaimana pun. Aku tidak ingin terpisah dari kalian." Jungkook mencoba menarik ujung bibirnya menjadi senyuman tipis dan diakhiri melirik spion di atas mengarah ke jok belakang tepatnya Yohan kini sedang tertidur.

Jihyo tersenyum sendu, ia mendekat memberanikan mengecup pipi Jungkook sekilas. "Aku menyayangimu suamiku."

Jungkook terkekeh pelan, kini emosinya sudah menyurut seketika hanya kecupan di pipinya saja.

Jihyo bingung saat Jungkook menepikan mobil mereka di pinggir jalanan ini. Baru saja mulutnya terbuka bertanya, Jungkook sudah duluan mengelus pipinya.

"Aku juga sangat menyayangimu istriku, walaupun belum sepenuhnya ingatanku kembali. Aku harap kau mau membantunya mengingatnya kembali."

Jihyo lantas mengangguk tersenyum yakin. Di saat wajah Jungkook sudah mendekat dan memiring tak menyiakannya memejamkan matanya hingga merasakan benda kenyal itu menyentuh bibirnya dan perlahan melumat lembut. Dengan jemari Jungkook masih mengelus pipi Jihyo dan sudah memejamkan matanya memainkan bibir Jihyo dengan bibirnya dan sesekali beradu lidah di dalam sana. Hingga tak sadar tangannya kini sudah meremas kedua payudara Jihyo bergantian membuat wanita itu sedikit mendesah spontan.

Hanya saja... Semua harus terpaksa berhenti.

"Eomma... Appa, apa yang kalian lakukan?"

Suara Yohan terpaksa segera menjauhkan wajah mereka. Wajah polos anak itu memandang kedua orangtuanya bingung.

Jihyo tampak bersemu dan sedikit gugup karena tertangkap basah sama anaknya sendiri. Sedangkan Jungkook sudah tersenyum sendiri.

"Aniya. Yohan-ah..."

Yohan memandang Jungkook. "Ne... Appa?"

"Yohan ingin adik?"

Yohan tampak berbinar mengangguk antusias penawaran Jungkook itu.

Jihyo mendengarnya mendelik menatap Jungkook sudah tahu apa yang dipikiran pria ini.

"Ne!! Ne! Appa!! Aku ingin adik. Aku ingin sekali!" Yohan begitu antusias.

Jungkook terkekeh pelan, "baiklah kiddo. Sebentar lagi permintaanmu akan terkabulkan."

Yohan lantas bersorak girang. Sedangkan Jungkook sudah beralih pada Jihyo masih tersenyum. Sebelum mulut Jihyo protes Jungkook sudah berbisik membuat Jihyo bersemu.

"Kita membuatnya di hotel atau di apartemenku?"

Jihyo tak sanggup memukul pelan dada Jungkook dan mendorongnya. Wajah yang sudah terasa panas berpaling memilih memperhatikan jendela mengabaikan tawa genit Jungkook itu. Namun tak memungkirinya kini sudah tersenyum bersyukur keluarganya telah kembali dan lengkap.

Semoga saja ini tidak berlangsung sebentar. Tapi selamanya keabadian bersama mereka.

***
END...

Continue Reading

You'll Also Like

962K 78.3K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
94.8K 11.6K 33
[M] Keluarga besar Kim dan keluarga besar Park, merupakan musuh bebuyutan sejak tujuh keturunan yang lalu. Tetapi anehnya terjadi hal buruk menimpa m...
241K 21.7K 37
'Take my hands now, you're the cause of my euphoria'-JK 'I need you, and i know you'll come...For me'-PCY Menceritakan kisah Dokter bedah menikah den...
54.1K 2K 14
[ special project 1 ] Kumpulan oneshoot kookv yang telah dibuat oleh beberapa author dengan genre yang berbeda. Yuk intip➡