Just Junghyo✔

By ShiaMoer

229K 21.5K 6.1K

Beda judul beda alur (Jungkook Jihyo doank isinya) #oneshoot iya, ficlet iya, short story iya juga# note : se... More

My Heart Is Beating Fast (Cast)
My Heart Is Beating Fast (One Shoot)
Like A Fool
Falling In Love With Superstar Bag. 1
Falling In Love With Superstar Bag. 2
24 Hours Meet You
Love ME
Coward
Second Lover *1*
Second Lover *2*
Second Lover *3*
Second Lover *4*
My Ex
Park Jihyo (Fancy) Photo Edit
Converse High (Ficlet)
Rock 'N' Roll
Come Back Home
I will wait for you to break up
The Radio Girl
Learn To Love Me
Break
Break (2)
Chocolate (Ficlet)
Memory
Come Back Home (3)
Do you like me or not?
Stay With Me (1)
Stay With Me (2)
Stay With Me (3)
Stay With Me (4)
Stay With Me (5)
Is It Too Late? (1)
Is It Too Late? (2)
Is It Too Late? (3)
Is It Too Late? (4)
Is It Too Late? (5)
The Demon
Flipped
I'm Jealous (1)
I'm Jealous (2)
I'm Jealous (3)
I'm Jealous (4)
I'm Jealous (5)
(Not) Mistake Bag. 1
(Not) Mistake Bag. 2
(Not) Mistake Bag. 3
(Not) Mistake Bag. 4
JK's Birthday 💜💜💜
Camera Love
Come Back Home (4)
Pacaran
Virus (1)
Virus (2)
Virus (3)
Virus (4)
Call me "Mommy" (1)
Call me "Mommy" (2)
Call me "Mommy" (3)
Call me "Mommy" (4)
Call me "Mommy" (5)
Pacaran (Speial MAMA 2020)
Christmas Day (1)
Christmas Day (2)
bini
bini (2)
cuek
sok cuek
Serbuk Berlian
💜Purple Heart
💜Purple Heart (1)
💜Purple Heart (2)
💜Purple Heart (3)
💜Purple Heart (4)
💜Purple Heart (5)
💜Purple Heart (6)
💜Purple Heart (7)
💜Purple Heart (8)
💜Purple Heart (9)
💜Purple Heart (10)
💜Purple Heart (11)
💜Purple Heart (12)
💜Purple Heart (13)
[BONUS] 💜Purple Heart (14)
Dreamy Girl
Childish
Serbuk Berlian (2)
Hubby & Wifey
I'm a girl (1)
I'm a girl (2)
I'm a girl (3)
I'm a girl (4)
I'm a girl (5)
I know who I love (1)
I know who I love (2) - END -
Mine (1)
Mine (2) - END -
Annoyed
😭
Grim Reaper
For Love's sake
My Baby (1)
My Baby (2)
My Baby (3)
My Baby (4)
My Baby (5)
My Baby (6)
My Baby (7) - END -
More Than Friends
Pacaran (Cemburu)
Pacaran (Konser)
Obsession (Ficlet)
The Smart Twins (1)
The Smart Twins (2)
The Smart Twins (3)
The Smart Twins (4)
The Smart Twins (5)
The Smart Twins (6) -END-
The Jeon's : Dying our babies hair pink
I'm not bitch
A Broken Queen Bag. 1
A Broken Queen Bag. 2
A Broken Queen Bag. 3
A Broken Queen Bag. 4
A Broken Queen Bag. 5 -END-
fuck you under the full moon
The blind woman I love (1)
The blind woman I love (2)
The blind woman I love (3)
The blind woman I love (4)
The blind woman I love (5)
The blind woman I love (6)
The blind woman I love (7)
The blind woman I love (8) - END -
Misunderstanding
Geeky
pilih jio atau hidup jungkook?
My Police
Seven - Intro
Seven (1) I am home
Seven (2) Divorce papers
Seven (3) see her again
Seven (4) meet her again
Seven (5) get away from me
Seven (6) she is married
Seven (7) due to jealousy
Seven (8) let me keep my love for you
Seven (9) fake husband
Seven (10) desire
Seven (11) misunderstanding
Seven (12) plan
Seven (13) I love you so much that I want to die
Seven (14) prospective mother-in-law
Seven (15) really miss you
Seven (16) propose to you
Seven (17) marriage anxiety
Seven (18) first night
Seven (19) triples
Seven (20) anniversary -END-

Come Back Home (2)

2.5K 151 7
By ShiaMoer

Starting

Jeon Jungkook (Daddy's Jeon)

Park Jihyo (Mommy's Jeon)

Kim Yohan (First child)

Kim Minju (Second child)

Jeon Junhyo (Third child)

"Ini aku! Jangan mengatur. Sebaiknya kau pergi,jangan pernah dekat denganku lagi!!!"

.
.
.

Jam berdenting terus menerus. Kedua mata ini tak lekas juga melirik jam dinding yang tertata di atas papan tulis di kelasnya ini. Gadis bermarga Jeon ini sesekali menghela nafas kasar. Bosan dengan keberadaan dirinya di kelas ini yang terasa sangat lama sekali.

Kepalanya bergerak mengadah kearah jendela. Tak sengaja pula kedua mata indahnya yang hampir persis mirip milik ibunya melihat seorang pria begitu asiknya bermain basket di lapangan bawah sana.

Hal ini malah membuatnya mendengus tak suka.

'Kenapa dia selalu bernasib enak?'

Menjengkelkan malahan melihat pria itu terlihat bahagia sekali hanya karena berhasil memasukkan tembakan pada ring basket itu.

"Jeon Minju!"

Sekali teguran yang cukup keras itu ditambah sebuah penghapus papan tulis melayang tepat mengenai jidatnya mengejutkan Minju. Gadis itu terkejut bukan main seraya mengusap jidatnya beberapa kali yang sedikit perih.

Minju malah meringis lalu tersenyum bodoh pada sosok guru yang menyeramkan di depan sana.

***

Permainan basket ini yang awalnya kian terlihat asik bagi lelaki bermarga Jeon ini, namun seketika ia menghentikan memantulkan si orange saat kedua matanya malah menangkap seorang gadis tak asing di matanya kini berlari mengelilingi lapangan basket ini.

"Apa yang kau lakukan? Cepat lempar bolanya Yohan!"

Hangyul berteriak cukup keras, mampu mengalihkan perhatian Yohan pada gadis yang masih saja mengelilingi lapangan basket ini. Yohan akhirnya melempar si orange pada Hangyul, tapi bukannya melanjutkan permainan itu, pria berwatak tinggi ini malah meninggalkan arena permainan.

Yohan melangkah dengan kaki panjangnya mendekati gadis cantik itu.

"Minju-ah... kau di hukum kenapa?"

Minju menghentikan larinya. Dengan nafas terengah-engah dia mendapatkan kakaknya kini telah berdiri dihadapannya memblock jalannya.

"Ahh molla~ minggir aku ingin cepat menyelesaikan hukuman sial ini."

"Kasihan sekali tubuhmu akan semakin kurus jika kau terus berlari." Yohan malah tersenyum mengejek pada adiknya itu.

Minju memutar bola matanya malas. "Oppa lebih baik kau diam saja dan kembali lah."

Inilah yang Minju tak sukai, yaitu sifat jahat Yohan muncul. Kakak laki-lakinya itu memang tak jarang sekarang mengejeknya. Dahulu memang mereka terlihat damai-damai saja, namun semakin bertumbuhnya mereka, sifat Yohan menjadi bertambah usil. Apalagi dengan dirinya, makanya tak jarang ibu dan ayahnya selalu pusing akibat kelakukan mereka di rumah yang sering sekali saling melempar ejekan.

"Oh astaga! Oppa macam apa aku ini membiarkan adiknya ini kehausan akibat berlari ini."

"Ah! Tak usah perdulikan aku!" Minju mulai kesal dengan tingkah Yohan sok berlebihan ini. Lihatlah gigi kelinci seperti milik ayahnya sudah terlihat. Tawa Yohan perlahan pun mengeras.

"Berhenti tertawa! Ini tidak lucu."

Yohan masih saja tertawa, ntah apa yang ditertawakan pria tampan ini. Namun, detik berikutnya tawa Yohan berhenti saat ponselnya berdering. Ia segera meronggoh saku celana sekolahnya dan mengangkat telepon itu setelah tahu siapa penelepon itu.

"Yeoboseyo? Ayah?"

Minju yang tadinya hendak ingin melanjutkan hukumannya menghentikan niatnya seketika saat tahu sang ayah penelepon tersebut.

Minju mengernyit melihat reaksi Yohan tiba-tiba saja menegang. Belum lagi detik berikutnya wajah Yohan menunjukkan kepucatan. Kedua mata Yohan semakin membesar saja. Hal ini membuatnya menjadi takut-takut, cemas dengan sang ayah. Seperti mendapatkan kabar buruk saja.

"Minju-ah... ibu akan melahirkan..."

***

Langkah kaki kedua remaja ini berhasil menghasilkan keberisikan pada koridor rumah sakit yang tampak hening dan sepi ini. Yohan dan Minju semakin mempercepatkan langkah mereka menjadi berlari kecil. Tampak keduanya menunjukkan wajah yang sangat cemas. Belum lagi jantung keduanya tak berhenti berdetak kencang.

Hal yang mereka takutkan saat ini adalah, bagaimana keadaan ibu mereka sekarang? Mereka berharap ibu mereka baik-baik saja.

Bahkan sekarang mereka rela membolos dari sekolah demi melihat ibu mereka sekarang ini. Selepas Jungkook menelepon mereka, Yohan langsung cekat menarik pergelangan tangan adiknya. Membawa Minju ke belakang sekolah. Ntah ajaran sesat atau apa pun, Yohan menyuruh untuk memanjat tembok dinding mereka yang cukup tinggi. Sebagai seorang kakak, Yohan menyuruh Minju menaiki punggungnya, dan setelah itu ia lah yang terakhir melompat. Beruntungnya ia siswa taekwondo di sekolahnya. Jika dipikir hanya untuk izin di sekolahnya begitu sulit, maka hanya itu jalan satu-satunya.

Yohan dan Minju serentak menghentikan langkah mereka saat melihat kakek dan nenek mereka telah disana juga.

"Di mana ibu? Ayah?" tanya Yohan tanpa ada kata sapaan terlebih dahulu pada nenek-nenek dan kakek-kakek mereka.

"Mereka di dalam Yohan." Jawab Jeon Hyuna, selaku ibu dari Jungkook. Raut wajah Hyuna pun terlihat penuh kekhawatiran.

"Bisakah aku masuk?" lirih Minju.

"Sebentar lagi ya sayang?" Park Go ra, selaku ibu Jihyo mengelus punggung Minju. Terlihat gadis remaja itu mulai ingin menangis.

"Ibu baik-baik saja, kan? Dia tidak apa-apa, kan?" kedua mata Minju mulai berair. Tampak ia sangat takut sekali jika terjadi sesuatu pada sang ibu.

"Pasti dia baik-baik saja Minju. Tenang saja, yang pasti kita harus berdoa." Sahut Jeon Hyuna.

Akhirnya dengan pasrah Minju dan Yohan hanya bisa menunggu di luar ruangan ini. Mereka belum diizinkan sama sekali untuk melihat ibu mereka di dalam sana yang saat ini mencoba menahan rasa sakit yang sangat luar biasa.

***

Di dalam ruangan bersih ini dengan berbagai macam alat-alat aneh di sekelilingnya, tampaklah sosok wanita yang terlihat lemah namun berusaha kuat di bangsal rumah sakit ini. Kedua mata sayu itu tak lepas memandang suaminya yang tampak sangat pucat. Senyumnya semakin mengembang menyadari tak sedikit pun sedari tadi Jungkook berniat melepaskan genggaman tangan mereka.

"Kau pasti bisa Jihyo." Lirih Jungkook.

Jihyo tersenyum tipis mengangguk pelan. "Pasti. Aku pasti bisa sayang." Suara sendunya bahkan terasa menyayatkan hati Jungkook.

Jungkook meringis pelan merasakan Jihyo kembali meremas genggamannya dengan kuat. Hal ini sudah ke berapa kali Jihyo lakukan padanya. Semata-mata menyalurkan rasa sakit yang amat luar biasa pada Jihyo.

Sejujurnya Jungkook tak tahan berada di tempat ini. Walaupun ini bukan pertama kalinya ia berada di tempat ini dan posisi yang sama persis seperti ini, tapi tetap saja ia tak bisa tahan melihat istrinya saat ini berjuang demi buah hati mereka yang akan lahir di dunia ini. Melihat wajah pucat yang berkeringatan serta mata sendu itu saja mampu melemahkan Jungkook. Namun, ia sendiri tak boleh ikut terlihat lemah oleh Jihyo. Disini ia harus terlihat kuat, agar Jihyo juga bisa kuat dan bertahan.

Jungkook mengelus lembut perut besar Jihyo. "Semangat sayang, anak kita sebentar lagi lahir, mmhh...?"

Jihyo mengangguk tersenyum semakin lebar, "jangan tinggalkan aku."

"Tidak akan. Aku akan disini bersamamu terus."

Jihyo memejamkan matanya sambil tersenyum menikat elusan tangan Jungkook mengelus kepalanya dan kemudian mengecup keningnya sekilas.

Tak lama seorang dokter wanita datang mengalihkan perhatian keduanya.

"Bagaimana Nyonya Jeon, apa masih sakit?" Dokter bernama Oh Ara ini tersenyum ramah pada Jihyo.

Jihyo mengangguk lemas, sungguh saat ini ia mulai kehabisan tenaga ia rasa. Beberapa kali perutnya kesakitan berhasil mengurangi tenaganya terus menerus. Anaknya ini kenapa nakal sekali? Berhentilah nak membuat ibumu kesakitan. Bahkan Jihyo rasa, untuk anak ketiganya ini ia mengalami kesulitan. Sebelumnya saat melahirkan Yohan dan Minju, ia tak butuh waktu lama seperti ini. Tapi berbeda untuk ketiga ini.

"Syukurlah kakinya mulai mengarah ke bawah."

Mendengar perkataan Dokter Oh Ara itu membuat Jungkook dan Jihyo saling memandang kemudian tersenyum lebar.

"Bertahanlah nyonya Jeon, ini tidak lama. Mungkin akan diperkirakan anak kalian lahir malam ini atau mungkin besok."

Kedua pasangan ini sudah tak sabar menantikan anak ketiga mereka akan lahir ke dunia ini. Keluarga mereka akan bertambah lagi. Penantian yang cukup panjang hanya untuk menanam benih anak ketiga ini. Beberapa kali Jihyo mengalami keguguran sebelum-sebelumnya. Hingga sekarang akhirnya telah berhasil keinginan mereka kali ini.

2 bulan kemudian...

Pagi yang cerah ini di kediaman keluarga Jeon, terlihat suasana yang begitu hangat dan tentram. Apalagi semenjak kelahiran sang buah hati, rumah besar dan mewah ini kian serasa memiliki banyak penghuni. Tawa serta tangis bayi yang baru saja berusia 2 bulan itu selalu berhasil membuat semua penghuni rumah besar itu sangat bergembira. Tak jarang juga ayah serta ibu dari Jungkook dan Jihyo mengunjungi rumah mereka sekedar melihat bayi mungil yang telah diberi nama Jeon Junhyo itu. Yup! Jungkook dan Jihyo sudah memiliki dua putra yang tampan-tampan.

Semua terlihat bersiap dengan kesibukan mereka. Jungkook baru saja turun dari tangga mendekati dining room itu. Terlihat pakaian rapi Jungkook yang akan siap pergi kerja. Pria yang terlihat masih muda ini berjalan mendekat Jihyo yang saat ini sedang duduk di salah satu kursi dining room itu, mengecup kening istrinya dengan lembut dan kemudian mengecup sekilas bibirnya.

Lalu berbisik pelan di telinga Jihyo, "aku mencintaimu."

Jihyo hanya membalas dengan senyum kecilnya. Ini sudah tak jarang lagi, setiap hari memang Jungkook pasti akan mengutarakan kalimat cinta itu, yang selalu masih saja membuatnya tersipu seperti anak muda sedang kasmara saja.

Pemandangan romantis ini sudah biasa bagi Yohan dan Minju di depan mata mereka. Tak ada malu lagi untuk kedua orang tuanya berciuman di depan mereka. Terkadang sedikit resah juga melihat kedua orang tua mereka ini selalu mengumbar keromantisan sedangkan mengabaikan mereka begitu saja.

"Aku siap, aku berangkat."

"Kenapa cepat sekali?"

Minju langsung berdiri menyandang tas ranselnya. Tanpa menoleh atau pun mendengar perkataan Jihyo, Minju terus berjalan seperti mengabaikan begitu saja.

Jungkook dan Jihyo saling pandang dengan wajah tanda tanya. Ada apa dengan putri mereka hari ini. Sama halnya dengan Yohan. Keningnya berkerut tebal melihat tingkah adiknya itu. Ia melirik sekilas sarapan Minju yang belum habis semua. Berpikir sejenak, ada yang aneh dengan Minju belakangan ini.

Suara tangisan Junhyo mengalihkan perhatian mereka. Jihyo kemudian cepat mencoba menenangkan Junhyo.

"Sstt... sayang ibu..." Jihyo berusaha menghentikan tangisan putra kecilnya.

"Berhenti menangis jagoan kecil ayah..." Jungkook ikut mencoba menenangkan Junhyo yang masih menangis di gendongan Jihyo.

"Ayah, ibu aku berangkat." Yohan lekas berdiri merangkul ranselnya.

"Iya, berhati-hatilah Yohan." Hanya Jungkook yang menjawab, tanpa mengalihkan perhatiannya pada putra kecil mereka.

Yohan hanya diam memandangi kedua orang tua mereka bersuaha menenangkan Junhyo. Mengabaikan dirinya yang kini siap berangkat meninggalkan rumah ini.

"Ayah tidak berangkat?"

"Nanti Yohan." Jawab Jungkook masih belum menatap si empu yang bertanya.

Yohan lekas meninggalkan rumah mereka. Berangkat menuju sekolahnya tentunya. Ia berjalan beberapa kilometer terlebih dahulu untuk menuju halte bus. Selama di perjalanan, pikiran Yohan hanya tertuju pada Minju, adiknya. Belakangan ini, Minju mulai bertingkah aneh. Beda dengan biasanya. Dulu yang ia kenal Minju yang periang, namun semakin lama Minju menujukkan sisi dinginnya. Tak ada lagi Minju yang bahagia jika mereka berkumpul di ruang keluarga. Minju akan memilih masuk kamarnya.

Pria bermarga Jeon ini sempat berpikir sikap Minju berubah drastis semenjak kehadiran adik kecil mereka. Jarak mereka dengan adik kecil mereka tentu terpaut sangat jauh sekali. Dirinya sudah memasuki usia 19 tahun dan Minju 18 tahun sedangkan adik kecil mereka baru saja beberapa bulan lahir. Mereka bahkan sudah pantas dikatakan paman dan bibi untuk adik kecil mereka.

Yohan menangkap tubuh Minju masih menunggu bus di halte. Ia mendekat dan berdiri tepat di sebelah adik manisnya itu.

Terlihat Minju menyadari Yohan berdiri disampingnya, tapi yang dilakukan gadis itu malah membesarkan volume suara headshet-nya, mengabaikan sang kakak yang kini asik mencuri pandang kearahnya.

Bus datang, baru saja Minju ingin menaiki bus itu, namun Yohan cepat menahan pergelangan tangan Minju.

***

"Minju-ah..."

Jihyo beseru riang melihat kepulangan anak gadisnya dari sekolah. Posisi Jihyo yang saat ini menggendong Junhyo dalam dekapannya, terlihat Junhyo sedang menyusui.

Bukannya berhenti Minju malah melengos cepat menaiki anak-anak tangga itu menuju kamarnya.

Jihyo mengernyitkan dahinya tebal. Ia memandang kepergian Minju yang hilang dibalik pintu kamar putrinya. Ada apa dengan anak gadisnya?

"Biarkan saja sayang."

Suara Jungkook mengalihkan perhatian Jihyo. Suaminya itu kemudian duduk tepat disebelahnya. Hari ini Jungkook memang memilih untuk cepat pulang kerja, ia selalu tidak sabar untuk melihat Junhyo.

"Ada apa dengan Minju?" tanya Jihyo. Raut wajah wanita berusia 36 itu terlihat sedih.

"Mungkin saja Minju sekarang sedang lelah karena bersekolah seharian."

"Tapi dia seperti menghindariku Jungkook-ah..."

"Tidak usah pikirkan Jihyo. Kita tidak tahu labil emosi yang dimiliki Minju. Usianya sekarang tepat pada masa pubertasnya." Jungkook terlihat tak ambil pusing dengan sikap berbeda putrinya itu.

Jihyo menghela nafas kasar. Perkataan Jungkook tidak mampu membuatnya percaya begitu saja. Minju tidak seperti biasanya. Ia tahu, karna ialah ibu kandungnya.

"Sayang..." Jungkook mengelus puncak kepala Jihyo lembut. "Tidak usah pikirkan, ya? Biar aku nanti yang bicara padanya."

Akhirnya Jihyo hanya pasrah. Mengangguk saja. Jungkook tersenyum kecil mengecup dahi Jihyo lembut.

"Cium~" pinta manja Jungkook.

Jihyo berhasil kembali tertawa kecil permintaan manja Jungkook itu. Baiklah, usia boleh semakin tua, tapi sikap Jungkook tak sedikit pun berubah. Selalu bersikap manja padanya. Padahal mereka sudah memiliki 2 anak besar yang mengerti tentang romansa. Tapi Jungkook seperti tak ada malunya, mengabaikan begitu saja. Berciuman depan anak mereka bahkan sudah seperti hal biasa.

Jihyo mendekat dan mengecup sekilas bibir Jungkook. "Aku menyayangimu." Ujar Jihyo setelah itu menujukkan cengiran kecilnya.

"Aku juga menyayangimu." Layaknya asmara remaja balasan Jungkook membuat Jihyo terkikik lucu.

Tanpa disadar kedua pasangan suami istri ini, Yohan telah berdiri di ambang pintu hanya bisa memutar bola matanya malas. Astaga, beruntung saja ayah dan ibunya tau bersikap jika diluar. Berbeda tentunya, jika di dalam rumah ayah dan ibunya layaknya seperti berpacaran ala remaja. Berbeda jika diluar sangat menjaga sikap. Dan ia bersyukur. Kalau tidak, malu akan ia tanggung.

"Ayah, ibu besok akan ada olimpade basket." Ujar Yohan seraya berlalu melewati ruang keluarga itu menuju dapur untuk membasahi kerongkongannya.

"Kami akan datang sayang!" seru Jihyo paling bersemangat.

Jungkook hanya tersenyum menyetujuinya.

Yohan diam sejenak memikirkan sesuatu. Apa Minju akan ikut seperti biasanya?

***

Tepat pukul 10 malam ini, di dalam kamar bernuansa violet ini Minju tak kunjung memejamkan matanya. Ia hanya rebahan di kamarnya seraya membaca sebuah novel.

Tok Tok Tok...

Halusinasinya mengenai cerita bergenre romansa di novelnya berhamburan mendengar ketukan pintu kamarnya dari luar sana.

"Tidak dikunci, masuk saja." Ujar Minju sedikit membesarkan suaranya.

Pintu kemudian terbuka menampilkan sang ayah yang menggunakan kaus putih tipis dengan perpaduan training hitam panjang. Jika dilihat-lihat Jungkook bahkan sangat tak cocok menjadi sang ayah untuknya. Penampilan pria itu bahkan lebih cocok untuk dikata seorang 'Oppa'. Baiklah, jauhkan pikiran itu. Pikirkan sekarang apa tujuan Jungkook mendatangi kamarnya. Tak biasa sekali.

Jungkook duduk di sisi ranjang putrinya setelah menutup pintu kamar itu. Menatap putrinya yang kini seakan tak peduli kehadirannya. Posisi yang masih sama bahkan kembali membaca novel.

"Minju-ah..." tegur Jungkook.

Minju menghela nafas malas. ia memutar sebelah bola matanya. Pasti ayahnya punya maksud tujuan. Ia memperbaiki posisinya menjadi duduk, meletakkan novelnya.

"Ada apa ayah?"

"Ini sudah malam, kenapa kau belum tidur?"

Tumben sekali ayahnya bertanya padanya. "Belum jam tidurku." Jawabnya malas.

Menangkap wajah Minju ketidaksukaan itu membuat Jungkook mengernyit. "Katakan pada ayah, apa yang kau pikirkan sekarang."

"Tidak ada. Lebih baik sekarang ayah keluar dari kamarku. Aku ingin segera tidur."

Jungkook berdecih pelan, berani sekali anaknya mengusir dirinya. "Baiklah, dalam waktu 5 menit nanti kau tidak tidur juga, kau tidak boleh keluar rumah selain ke sekolah."

Jungkook segera berdiri dan meninggalkan kamar Minju. Sedangkan Minju sudah terpelongo. Tak menyangka Jungkook akan mengatakan hal itu. Inilah sisi ayahnya yang sungguh ia takutnya. Perkataan ayahnya tak pernah hanya sebagai ancaman saja. Ini bisa saja terjadi. Dan ia tidak mau. Ayahnya tetap sang keras kepala.

Minju segera menarik selimutnya, mematikan lampu kamarnya dan kemudian pejamkan mata. Baiklah, ikuti saja perkataan ayahmu sebelum semuanya menjadi buruk.

***

Kamar bernuansa putih bersih ini masih terlihat terang. Sehingga Jihyo masih dapat memperhatikan suaminya kini sibuk dengan berkas perkerjaan di depan sana sambil tiduran di king size itu. Sengaja memang ruang kerja digabungkan dengan kamar mereka. Sebelumnya, Jihyo tidak ingin ditinggal sendiri sebelum kehadiran anak-anak mereka. Namun, makin ke sini pun Jihyo tidak mau juga jika Jungkook memindahkan ruang kerja ke ruang sebelah. Ia jadi tak bisa memandangi Jungkook selagi tiduran di ranjang empuk mereka.

"Sayang~"

"Hmm...?" Jungkook berdehem pelan tanpa mengalihkan perhatiannya pada berkas kerjanya.

"Apa masih lama?"

"Tidak sayang, ini sebentar lagi."

Jungkook memperbaiki kacamatanya yang sedikit melorot di pangkah hildungnya. Ia melirik istrinya yang kini sedang cemberut di depan sana. Tersenyum tipis melihat sikap Jihyo tak sedikit pun berubah.

"Kenapa sayang?"

"Aku merindukanmu..."

Jungkook malah terkekeh dengan seruan manja milik istrinya. Tidak biasanya Jihyo seperti ini. Lihatlah tatapan menggoda milik Jihyo itu semakin membuatnya tertawa. Sepertinya Jihyo saat ini mencoba menggoda dirinya untuk menghentikan pekerjaannya saat ini.

"Aku harus menyelesaikan pekerjaanku Jihyo." Jungkook kembali pada berkasnya, mencoba membuang pikiran liarnya yang mulai menjalar saat tak sengaja tadi matanya menangkap dress tidur milik Jihyo terekspos hingga menampilkan paha mulus itu.

Jihyo cemberut. "Kau tahu, semenjak Junhyo lahir kita tidak memiliki waktu berdua." Keluh Jihyo memandang langit-langit kamar mereka.

Jungkook terkekeh pelan mendengarnya, "diluar ada Yohan dan Minju. Kau tahu kan, Yohan selalu tidur sangat lama. Sayang, aku tidak ingin besok dia tersenyum bodoh pada kita."

"Dia sudah dewasa, pasti mengerti."

"—tapi sudahlah. Kau pun menolaknya. Aku ingin tidur saja. Jika Junhyo menangis, itu urusanmu. Aku mengantuk. Selamat malam." Lanjut Jihyo dengan sedikit kesalnya ia menarik selimutnya hingga menyisakan kepalanya, kemudian memutar tubuhnya membelakangi arah Jungkook. Suaminya yang menyebalkan, tidak peka maksudnya.

Jungkook tersenyum kecil melihat tingkah istrinya itu. Ia hanya menggeleng pelan. Biarkanlah untuk malam ini ia menolak permintaan menggiurkan itu, sekarang pentingnya ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya, agar besok ia bisa bersantai menikmati permainan olimpiade putra sulungnya. Soal Jihyo merajuk, besok wanita itu pasti sudah membaik.

***

Di kamar satu lagi, terlihat Yohan belum tidur juga. Seperti biasanya, ia lah makhluk paling lama untuk tidur di rumah ini. Walaupun besok sekolah, Yohan tetap akan memilih lama tidur. Memang sih ujung-ujungnya ia terlambat bangun, namun apa gunanya alarm mulut ibunya sendiri yang tak berhenti berdering? Jungkook sudah sering memarahinya masalah lama tidur ini, namun karena ia sama halnya dengan sang ayah memiliki keras kepala, jadinya Jungkook menjadi lelah memarahi Yohan terus. Alhasil, Yohan tak takut sama sekali dengan ayahnya lagi karena marah masalah tidur lama ini.

Yohan berdiri diam di depan jendela kamarnya memandangi langit di atas sana. Ia tiba-tiba teringat dengan kejadian tadi saat menahan Minju sebelum menaiki bus.

"Lepaskan oppa!" ketus Minju.

"Kita cabut hari ini."

"Shireo." Gumam Minju penuh tekanan, tatapan matanya tak kalah tajam pada Yohan.

Minju masih berusaha melepaskan pergelangan tangannya. "Oppa!"

"Berhentilah bersikap seperti ini Minju. Sungguh aku muak melihatmu sekarang ini!"

"Ini aku! Jangan mengatur. Sebaiknya kau pergi, jangan pernah dekat denganku lagi!!!"

Yohan berkedip beberapa kali. Suara keras seperti bentakan Minju tadi pagi sempat membuatnya membatu. Tak mempercayai bahwa betakan keras itu adalah milik adiknya. Minju... membentaknya? Ini pertama kali!

Ingatan Yohan kembali berputar beberapa bulan yang lalu.

"Namanya Junhyo, dia tampan bukan?"

"Tampan sekali ibu! Wahh... adikku ini imut sekali." Antusias Minju mengelus pipi Junhyo yang baru beberapa jam lalu lahir ke dunia ini.

"Ibu, kenapa tidak melahirkan anak kembar?" pertanyaan bodoh Minju mengundang tawa kecil dari keluarga bahagia ini.

"Tuhan sudah mengirimkan Junhyo, kita perlu bersyukur Minju." Jawab Jungkook tersenyum simpul.

Minju kemudian hanya tertawa polos dan tetap asik mengelus pipi sang adik.

Tak sadar Yohan tersenyum tipis mengingatnya. Minju. Adiknya kemarin masih terlihat periang, namun sekarang sangat berbeda. Minju benar-benar seperti bukan adiknya. Seperti seseorang sedang merasuki tubuh Minju. Sungguh menyedihkan.

***

Pertandingan basket antara sekolah Yohan dengan sekolah rivalnya akan segera dimulai. 10 menit sebelum permainan dimulai Jungkook beserta Jihyo yang menggendong Junhyo terlihat memasuki gedung basket besar ini. Yohan sempat melihat kedua orangtuanya menyoraki namanya, bahkan ia bisa melihat sang ibu layaknya remaja anak sekolah berteriak sangat kencang menyerukan namanya tanpa malu dengan teman-temannya yang lain memandang ibunya tertawa, tapi terlihat ibunya tak perduli sama sekali.

Yohan di arena permainan hanya tertawa melihat tingkah orangtuanya itu. Pasti tak ada yang mempercayai bahwa kedua orang itu adalah orangtuanya. Melihat wajah keduanya lebih pantas dikatakan untuknya sebagai hyung dan noona.

Namun, Yohan merasa ada yang kurang. Ia sama sekali tak melihat Minju. Mendesah pelan, kemana adiknya itu? Bukankah ia sudah bilang pada Minju untuk datang, tapi kenapa Minju belum terlihat?

Pertandingan tersebut pun dimulai. Yohan terlihat lebih aktif memasukkan bola ke ring basket. Tak sedikit juga para gadis yang menggilainya menyoraki namanya setiap kali ia mencetak. Jungkook dan Jihyo menjadi merasa sangat bangga dengan anak mereka itu.

***

Sudah menunjukkan pukul 5 sore. Minju terdiam memandangi gedung besar ini. Dari luar ini ia bisa mendengar suara sorakan yang sangat keras sekali dari dalam sana. Sekali lagi ia menghela nafas kasar.

"Masih tidak ingin masuk?"

Sebuah suara menolehkan Minju. Ia mendapatkan Eunsang, adik kelasnya.

"Kau tidak ingat apa yang ku katakan tadi?" lanjut Eunsang tanpa menyebut Minju dengan sebutan noona.

Minju hanya terdiam memandang Eunsang. Sekilas, perkataan Eunsang mengingatkannya sesuatu.

"Kau tahu, kehidupanku lebih parah. Aku hanya tinggal bersama ayahku. Aku benci melihat ayahku menikah, apalagi mendapatkan adik baru dari pernikahan mereka. Kita sama. Tapi kau masih lebih enak. Dia adik kandungmu. Dari ayah dan ibumu memang, sedangkan aku? Aku dari ibu yang berbeda. Sakit melihatnya, namun aku berusaha menerima kenyataan. Awal sangat terasa sulit. Semua perhatian ayah hanya pada adikku yang baru lahir. Aku benci melihat adikku. Dia merubah ayahku. Tetapi, semakin lama, aku mulai menerima semua keadaan ini. Bahkan sekarang ini aku mendukung adikku untuk masuk ke sekolah yang sama dengan kita."

"Aku takut Eunsang-ah."

"Ey... apa yang kau takutkan. Mereka pasti akan memaklumi hal ini. Yakinlah dan percaya diri saja."

Setelah Eunsang berhasil menyakini Minju, akhirnya gadis bermarga Jeon ini memberanikan diri memauski gedung basket itu. Ia harus percaya perkataan Eunsang. Adik kelasnya itu memang sangat dekat dekatnya, selain sebagai teman satu les pianonya, Eunsang juga teman curhatnya. Ia bisa mengandalkan Eunsang.

Minju tak menyangka ternyata pertandingan telah usai. Hanya terdengar sorakan sangat riuh. Ia menyakini pertandingan ini telah selesai melihat Yohan dan teman-temannya sudah salinng berpelukan, ditambah wajah bahagia. Pasti tim kakaknya berhasil memenangkan olimpiade kali ini. Lihatlah piala besar yang dibawa sang pelatih begitu gagahnya diangkat tinggi.

Jungkook dan Jihyo bergitu bahagia memeluk putra sulung mereka itu telah memenangkan olimpiade ini.

"Selamat sayang. Astaga ibu terharu." Ujar Jihyo terlihat dramatis bagi Yohan.

Yohan hanya tersenyum lebar. "Bagus nak, kau membanggakan ayah." Lanjut Jungkook, membuat Yohan menyengir kecil.

"Chukkae... oppa..."

Jungkook dan Jihyo serta Yohan serentak menoleh pada sebuah suara.

Minju malah terlihat gugup berjalan mendekati keluarganya sendiri. Ia mengulurkan tangannya dan langsung disambut Yohan riang.

"Dan maafkan aku oppa."

"Ah~ gwenchana adikku sayang."

***

Semenjak kejadian tersebut, Minju kembali menjadi Minju periang. Tidak lagi dingin seperti beberapa minggu lalu. Ia menjadi kakak yang baik untuk Junhyo. Sekarang, ia mulai menyadari. Bahwa dirinya kemarin seperti anak kecil. Wajar saja jika ibu dan ayahnya memperhatikan Junhyo yang jelas-jelas baru lahir butuh penopangan. Kenapa ia harus cemburu dengan adik kandungnya sendiri? Terlihat bodoh memang, tapi begitulah saat itu ia mungkin terkejut saja perhatian ibu dan ayahnya semua teralihkan hanya pada Junhyo.

Tetapi, untuk sekarang ia sudah paham. Junhyo membutuhkan mereka. Dan sekarang ia menjadi sangat menyayangi Junhyo. Merawat Junhyo adalah kesenangannya saat ini.

Di malam yang dingin, keluarga kecil ini terlihat sedang berpesta di ruang keluarga mereka. Jihyo memasak cukup banyak untuk mereka sendiri. Dikarenakan Minju telah berhasil mendapatkan peringkat satu di kelas, Jihyo membuat malam ini menjadi spesial.

Disaat sela-sela mereka menyiapkan segalanya, tiba-tiba terdengar bel pintu.

"Siapa?" tanya Yohan mengernyit.

Jihyo dan Jungkook hanya saling pandang juga bingung. Mereka sama sekali tak mengundang tamu, siapa yang datang di malam pesta keluarga mereka ini.

Minju malah tersenyum tiba-tiba. Tanpa bersuara, ia berlari kecil membukakan pintu rumahnya.

Tak lama Minju datang bersama seorang pria yang dikenal Yohan.

"Ayah, ibu, oppa... tak masalahkan Eunsang bergabung?" Minju memandangi wajah ayah, ibu dan Yohan bergantian sambil tersenyum lebar.

Eunsang tersenyum ramah membungkuk hormat pada keluarga Jeon itu.

"Waahh~ tak masalah sama sekali Minju. Kita akan semakin ramai. Sini bergabunglah Eunsang." Sambut Jihyo riang.

Melihat sang istri menerima, Jungkook pun hanya tersenyum. Begitu pun Yohan tersenyum... tersenyum penuh arti melihat kedekatan adiknya bersama junior basketnya itu. Ada sesuatu...

***

END...

Continue Reading

You'll Also Like

54K 2K 14
[ special project 1 ] Kumpulan oneshoot kookv yang telah dibuat oleh beberapa author dengan genre yang berbeda. Yuk intip➡
382K 21.8K 44
Setiap hari kita tidak lepas dari aroma, aroma adonan kue yang baru keluar open, aroma rumput yang baru saja di potong, aroma buku baru yang ada di t...
45.7K 6.1K 32
𝐑𝐨𝐬𝐞𝐤𝐨𝐨𝐤 𝐚𝐫𝐞𝐚🦄 ●𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐤𝐡𝐢𝐚𝐧𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐉𝐮𝐧𝐠𝐤𝐨𝐨𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐑𝐨𝐬𝐞 𝐦𝐚𝐮 𝐭�...
952K 57.8K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...