Just Junghyo✔

By ShiaMoer

229K 21.5K 6.1K

Beda judul beda alur (Jungkook Jihyo doank isinya) #oneshoot iya, ficlet iya, short story iya juga# note : se... More

My Heart Is Beating Fast (Cast)
My Heart Is Beating Fast (One Shoot)
Like A Fool
Falling In Love With Superstar Bag. 1
Falling In Love With Superstar Bag. 2
24 Hours Meet You
Love ME
Coward
Second Lover *1*
Second Lover *2*
Second Lover *3*
Second Lover *4*
My Ex
Park Jihyo (Fancy) Photo Edit
Converse High (Ficlet)
Rock 'N' Roll
I will wait for you to break up
The Radio Girl
Learn To Love Me
Come Back Home (2)
Break
Break (2)
Chocolate (Ficlet)
Memory
Come Back Home (3)
Do you like me or not?
Stay With Me (1)
Stay With Me (2)
Stay With Me (3)
Stay With Me (4)
Stay With Me (5)
Is It Too Late? (1)
Is It Too Late? (2)
Is It Too Late? (3)
Is It Too Late? (4)
Is It Too Late? (5)
The Demon
Flipped
I'm Jealous (1)
I'm Jealous (2)
I'm Jealous (3)
I'm Jealous (4)
I'm Jealous (5)
(Not) Mistake Bag. 1
(Not) Mistake Bag. 2
(Not) Mistake Bag. 3
(Not) Mistake Bag. 4
JK's Birthday 💜💜💜
Camera Love
Come Back Home (4)
Pacaran
Virus (1)
Virus (2)
Virus (3)
Virus (4)
Call me "Mommy" (1)
Call me "Mommy" (2)
Call me "Mommy" (3)
Call me "Mommy" (4)
Call me "Mommy" (5)
Pacaran (Speial MAMA 2020)
Christmas Day (1)
Christmas Day (2)
bini
bini (2)
cuek
sok cuek
Serbuk Berlian
💜Purple Heart
💜Purple Heart (1)
💜Purple Heart (2)
💜Purple Heart (3)
💜Purple Heart (4)
💜Purple Heart (5)
💜Purple Heart (6)
💜Purple Heart (7)
💜Purple Heart (8)
💜Purple Heart (9)
💜Purple Heart (10)
💜Purple Heart (11)
💜Purple Heart (12)
💜Purple Heart (13)
[BONUS] 💜Purple Heart (14)
Dreamy Girl
Childish
Serbuk Berlian (2)
Hubby & Wifey
I'm a girl (1)
I'm a girl (2)
I'm a girl (3)
I'm a girl (4)
I'm a girl (5)
I know who I love (1)
I know who I love (2) - END -
Mine (1)
Mine (2) - END -
Annoyed
😭
Grim Reaper
For Love's sake
My Baby (1)
My Baby (2)
My Baby (3)
My Baby (4)
My Baby (5)
My Baby (6)
My Baby (7) - END -
More Than Friends
Pacaran (Cemburu)
Pacaran (Konser)
Obsession (Ficlet)
The Smart Twins (1)
The Smart Twins (2)
The Smart Twins (3)
The Smart Twins (4)
The Smart Twins (5)
The Smart Twins (6) -END-
The Jeon's : Dying our babies hair pink
I'm not bitch
A Broken Queen Bag. 1
A Broken Queen Bag. 2
A Broken Queen Bag. 3
A Broken Queen Bag. 4
A Broken Queen Bag. 5 -END-
fuck you under the full moon
The blind woman I love (1)
The blind woman I love (2)
The blind woman I love (3)
The blind woman I love (4)
The blind woman I love (5)
The blind woman I love (6)
The blind woman I love (7)
The blind woman I love (8) - END -
Misunderstanding
Geeky
pilih jio atau hidup jungkook?
My Police
Seven - Intro
Seven (1) I am home
Seven (2) Divorce papers
Seven (3) see her again
Seven (4) meet her again
Seven (5) get away from me
Seven (6) she is married
Seven (7) due to jealousy
Seven (8) let me keep my love for you
Seven (9) fake husband
Seven (10) desire
Seven (11) misunderstanding
Seven (12) plan
Seven (13) I love you so much that I want to die
Seven (14) prospective mother-in-law
Seven (15) really miss you
Seven (16) propose to you
Seven (17) marriage anxiety
Seven (18) first night
Seven (19) triples
Seven (20) anniversary -END-

Come Back Home

2.7K 211 20
By ShiaMoer

Starting

Jeon Jungkook (Daddy's Jeon)

Park Jihyo (Mommy's Jeon)

Kim Yohan (First child)

Kim Minju (Second child)

"Kau bisa melakukan apa pun padaku, asal kau tidak lagi meninggalkanku sendirian bersama anak-anak."

.
.
.

Suara berisik dari siswa-siswa diluar sana menarik perhatian pria remaja bersergama sekolah ini. Beberapa tatapan mengejek tertuju untuk pria ini. Tak ingin diam saja, pria ini mengeluarkan tatapan tajamnya pada setiap siswa yang melihatnya remeh, giginya menggertak kuat. Selesai urusan ini, ia akan menghajar siapa saja yang memandangnya dengan tatapan remeh itu.

Beberapa menit kemudian, seorang pria dewasa datang dengan nafas sedikit memburu masuk ke ruangan itu. Pria berseragam sekolah ini lantas berdiri dari duduknya. Kepalanya seketika menunduk saat mata yang lebih tajam darinya menatapnya.

"Ooh... tuan Jeon, anda sudah datang?"

Mrs. Byun selaku salah satu guru di sekolah ini menyambut hangat pada pria dewasa yang baru saja datang itu. Pria bermarga Jeon itu menarik ujung bibirnya paksa. Tapi kemudian ia beralih pada putra sulungnya. Kali ini apa lagi Mrs. Byun katakan padanya mengenai kenakalan putranya.

***

Suara di mobil itu saat ini hening, bahkan suara radio tak terdengar sama sekali. Kedua pria tampan dalam mobil ini memilih diam dengan pikiran masing-masing. Sampai si pria dewasa ini mengeluarkan suara dinginnya.

"Apa lagi yang kau perbuat Yohan?"

Seketika meneguk ludah sendiri saja sangat susah bagi pria berseragam sekolah ini. Mencoba ia menarik nafasnya dalam, membuang rasa takutnya selalu pada ayahnya sendiri. Tapi, begitu pun ia tak pernah tidak melawan ayahnya. Selalu ada percecokan diantara mereka.

"Memukuli temanku hingga dia masuk rumah sakit." Jawab Yohan setenang mungkin tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalanan di depannya.

Terdengar helaan nafas dari pria dewasa ini. Sebentar Yohan memberanikan diri melirik ayahnya dari ujung matanya melihat reaksi apa yang akan ditunjukan ayahnya.

"Kenapa kau melakukannya?" tanya sang ayah lagi berusaha menahan emosinya dengan kelakuan putranya yang luar biasa.

"Dia mengejek ibu." Yohan menggertakkan giginya mengingat bagaimana teman ralat musuhnya menjelekkan ibunya di depannya. Amarahnya tentu tak bisa ia tahan.

"Sekali lagi, jangan lakukan."

Yohan menoleh cepat mendengar perkataan sang ayah. "Maksud ayah membiarkannya? Ha... tidak akan. Dia mengejek ibu."

"Tapi kau sudah hampir membunuh satu manusia!!" pria dewasa ini semakin mengeraskan suaranya menatap putranya dan kembali kedepan fokus menyetir.

Yohan malah menyunggingkan smirknya. "Aku tidak peduli ayah. Asalkan aku tidak mendengar orang-orang diluar sana menyebut ibuku seorang pelacur."

Mobil itu mendadak berhenti di pinggir jalan. Tubuh Yohan sedikit terhuyung kedepan karena mengerem mendadak itu. Kini sepenuhnya ayahnya menatap dirinya. Tatapan tajam bagaikan pembunuh itu selalu membuatnya takut dan nyalinya menciut.

"Kau tahu, tidak ada gunanya kau melakukannya! Ibumu sudah pergi meninggalkan kita. Dan kau masih membelanya? Dia sudah pergi Yohan!!" rahang tegas itu mengeras.

Yohan merasakan kedua matanya mulai memanas saat sang ayah berkata seperti itu. "Dia meninggalkan kita karena ayah! AYAH YANG MEMBUAT IBU PERGI!!!"

"DIAM!"

Yohan memalingkan wajahnya cepat kearah jendela mobil itu. Kedua matanya berhasil meloloskan air matanya. Berusaha ia menahan isakannya.

Mobil itu kembali berjalan. Pria dewasa ini mengacak rambutnya kasar, memukul stir mobil itu dengan kesal. Berusaha tidak melampiaskan emosinya saat ini pada anaknya. Jika Yohan kembali melanjutkan perkataan anaknya itu, sudah dijamin emosinya semakin meningkat.

"Dimana Minju?"

Yohan menghapus air matanya cepat dan membalas dingin pertanyaan sang ayah. "Tidak tahu."

Mereka kembali hening. Yohan terlihat lebih tenang dari sebelumnya. Sampai suara ponsel ayahnya menarik perhatiannya. Memperhatikan sang ayah saat ini berusaha membaca nama seseorang yang meneleponnya.

Pria dewasa ini menghembuskan nafasnya kasar setelah membaca nama tertera disana. Ia menoleh sebentar pada Yohan. "Ibumu."

Mata Yohan mulai membesar mendengarnya. Tak memungkirinya ia mulai tersenyum tipis, apa lagi saat melihat ayahnya memilih mengangkat panggilan ibunya.

"Yeoboseyo? Kenapa Jihyo?"

"Jungkook, apa Yohan baik-baik saja sekarang?"

Yohan semakin menarik senyumnya mendengar kekhawatiran sang ibu disana. Apa lagi ntah sengaja atau tidak ayahnya menghidupkan speaker itu sehingga membuatnya dapat mendengar jelas apa yang dikatakan ibunya.

Jungkook, ayah dari Yohan ini melirik sekilas anaknya kemudian menjawab. "Selalu. Kau tahu dia jago bertengkar."

Reaksi Yohan terlihat tidak peduli, lebih mementingkan apa yang akan diucapkan ibunya lagi.

"Syukurlah. Oh Tuhan aku sangat mengkhawatirkannya. Jungkook, apa dia sekarang bersamamu? Bolehkah aku berbicara dengannya sebentar saja?"

Jungkook kembali melirik Yohan. Wajah Yohan terlihat berbinar, mengangguk cepat. Dengan helaan nafas pelan, ia pun menyerahkan ponselnya pada Yohan. Pria remaja ini menerima dengan antusias.

"Ibu, apa kabarmu?"

Jungkook mengernyit melihat Yohan malah mematikan speaker itu, hingga membuatnya tak bisa mendengar pembicaraan apa yang dibicarakan ibu dan anak itu.

"Yohan-ah... ibu sangat baik. Bagaimana denganmu, nak? Ayah bilang kau bertengkar lagi mmh...?"

Yohan malah terkekeh, membuat Jungkook jadi melirik terus penasaran apa yang dibicarakan kedua orang itu.

"Mianhae ibu. Aku suka melakukannya hahahaa..."

Tak sadar ujung bibir Jungkook tertarik kecil mendengar tawa keras putranya. Sudah lama sekali rasanya ia tidak mendengar tawa Yohan seikhlas ini.

"Hei, jangan melakukannya lagi. Atau ibu yang akan datang kesana?"

"Baiklah, aku akan melakukannya agar ibu datang." Yohan malah bersorak senang.

"Yohan!"

"Heheee... ibu aku sangat merindukanmu, datanglah. Minju juga selalu bertanya padaku kapan ibu datang."

Yohan mengernyit tak mendengar balasan disana. Sejenak ia menjauhkan ponsel Jungkook dari telinganya memeriksa apakah panggilan itu masih tersambung. Nyatanya masih tersambung, lalu kenapa ibunya diam.

"Ibu, kau masih disana?"

"Mmh... ibu masih disini sayang."

"Jadi bagaimana bu? Kau akan datang, kan?"

"Ibu tidak janji."

"Kenapa bu? Apa yang menahanmu sehingga membuatmu tidak bisa kesini."

"Pokoknya sebisa mungkin ibu akan berusaha datang."

"Benarkah bu? Aku menunggunya bu."

Jihyo terkekeh pelan diseberang sana mendengar antusias Yohan. "Iya, sudah berikan kembali ponselnya pada ayahmu."

Yohan menurut memberikan kembali ponsel itu pada Jungkook. Mungkin lebih asiknya melihat jalanan tak sengaja jempol Jungkook menekan loudspeaker itu kembali.

"Kenapa Jihyo?" tanya Jungkook setelah ia mendekatkan ponselnya ke telinganya.

"Jaga anak-anak, aku mencintaimu."

Jungkook tertegun seketika baru menyadari bahwa ini loudspeaker yang artinya Yohan dapat mendengar. Kikikan jelas dari Yohan membuat Jungkook berdehem beberapa kali.

"Sudah aku tutup ya."

"Jangan lupa makan siang."

"Baiklah."

Suara tekikik Yohan masih saja terdengar setelah 1 menit yang berlalu panggilan itu terputus. Jungkook melirik Yohan masih saja tersenyum memandang kedepan. Kenapa ia menjadi malu.

"Ehemm... kau perlu memangkas rambutmu."

"Aku tidak mau ayah."

"Baiklah." Jungkook hanya berusaha menghilangkan rasa malunya saja tiba-tiba setelah kejadian panggilan tadi.

***

Yohan terpenjat seketika dengan bantingan pintu kamarnya. Mendapatkan sang ayah kini terlihat dengan tatapan tajam penuh amarah.

"Dimana Minju?"

Yohan awalnya menggeleng. Jungkook semakin mendekat menatap Yohan semakin tajam. "Berani kau membohongi ayah?"

"Aku sungguh tidak tahu ayah."

Jungkook berdecih. Suara TV yang menampilkan sebuah game mengusik Jungkook, emosinya saat ini benar-benar meluap seakan tidak terkendalikan sama sekali. Kursi belajar Yohan seketika menjadi alat untuk menghancurkan benda elektronik besar itu.

Yohan spontan membesarkan matanya tercengang melihat layar TV-nya sudah retak dan pecah.

"Kenapa—kenapa... kau melakukan ini ayah?"

"Kau masih ingin berbohong?"

Yohan menggertakkan giginya. "Pantas saja ibu tidak betah padamu. Ayah selalu saja melampiaskannya dengan kekerasan."

"Berhenti menyebut ibumu! Sekarang aku bertanya sekali lagi, dimana Minju, Yohan?"

Yohan menghela kasar. "Di pemotretan bintang porno."

***

Seperti kesetanan Jungkook menerobos masuk ke dalam gedung dengan penuh beberapa orang. Yohan yang masih ikut di belakangnya berlari juga mengejar sang ayah.

Pintu ruangan itu berhasil Jungkook dobrak, dan seketika ia mendapatkan putri bungsungnya sedang berfoto di depan kamera dengan hanya memakai bra and panties. Jungkook mengepalkan tangannya kuat hingga menampilkan buku-buku itu mulai memutih.

"Shit!"

Dan seketika Jungkook menghajar kameramen pria itu yang begitu genitnya memfoto putrinya. Yohan cepat mencari sebuah kain besar dan kemudian membungkus tubuh Minju.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Minju merasakan jantungnya mulai melemah melihat sang ayah dipukuli beberapa orang karena berhasil memukul kameramen itu.

"Ayah... hiks..." Minju menangis, tubuhnya melemas dipelukan Yohan melihat sang ayah mulai tak berdaya.

"Tunggu disini." Yohan segera mendekati ayahnya.

"Berhenti!" Anak berusia 17 tahun ini ikut memukuli orang-orang yang memukul ayahnya. Jangan salah, kan Yohan pintar bertengkar, terbukti ia selalu menang di sekolahnya. Namun, sepertinya untuk kali ini Yohan kalah dan terakhir Yohan hanya bisa melihat Minju dibawa kabur orang-orang sambil menangis memanggil dirinya dan ayah mereka.

***

Jungkook mengernyitkan dahinya, mencoba membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah seorang wanita bermata besar yang menatapnya penuh khawatir.

"Kau sudah sadar. Syukurlah..."

Jungkook berusaha mendudukkan dirinya, dibantu wanita itu. "Kapan kau datang?"

"Tadi malam. Aku sangat khawatir mendengar kalian dipukuli." Mata wanita itu mulai terlihat memerah.

Jungkook mendesah kasar mencoba menggapai tangan wanita itu. "Maafkan aku Jihyo. Aku gagal menjaga anak kita."

Jihyo mengangguk pelan berusaha menahan tangisnya, ia meremas pelan tangan Jungkook. "Minju... bagaimana?"

"Aku berjanji akan menemukannya bagaimana pun caranya."

Jihyo hanya bisa berdoa agar anak gadisnya segera dapat ditemukan. Kenapa banyak sekali orang jahat yang melukai putri bungsunya.

Jungkook memajukan wajahnya baru saja berniat mencium Jihyo, seketika berhenti mendengar erangan dari Yohan. Jihyo cepat memundurkan wajahnya, dan memilih mendekati bangsal Yohan.

"Yohan..."

Yohan perlahan membuka matanya. "Ibu..." erangnya.

Jihyo mengusap lembut kepala Yohan. "Iya ibu disini Yohan."

"Maafkan aku bu, gagal menjaga Minju."

"Jangan berkata seperti itu. Kau sudah melakukan yang terbaik Yohan." Jihyo tak bisa menahan tangisnya, air matanya jatuh seketika.

"Kalian pria terhebat ku jangan menyesali apa pun itu, mmh..." Jihyo menarik tangan Jungkook menggenggamnya begitu pun satu tangan yohan juga.

***

Setelah sadar Jungkook benar-benar langsung mencari keberadaan putri bungsunya. Tekadnya adalah jangan pulang sebelum membawa putri bungsu mereka. Yohan meminta keras untuk ikut, dan Jungkook juga membalas tolakan keras. Kedua pria ini memang sangat keras kepala. Jungkook berhasil menuruni sifat keras kepalanya pada Yohan. Alhasil Yohan menjadi ikut. Jihyo hanya bisa tinggal di rumah berdoa semua akan baik-baik saja pada keluarganya. Jungkook sempat mencoba agar mempercayainya, memberikan ciuman hangat sebelum pria itu pergi meninggalkannya.

Selepas kepergian Jungkook dan Yohan, Jihyo masih diam di rumah Jungkook saat ini. Rumahnya dulu...

Ia tidak bisa diam berjalan kesana kemari, cemas dengan keadaan Jungkook, Yohan serta Minju. Paling ditakutkannya adalah putri kecilnya. Ia menyalahkan dirinya sendiri yang bodohnya meninggalkan Minju, alhasil gadis kecilnya tidak bisa menjaga diri baik-baik.

Sesuatu menarik perhatian Jihyo saat tak sengaja ia menangkap sebuah amplop besar terletak begitu saja di meja ruang santai itu. Jihyo membuka amplop coklat itu. Sebuah kertas dengan perkalimat. Sejenak matanya mulai membesar.

"Dia... belum menandatanganinya?"

***

Malam hari ini, Jungkook dan Yohan kembali. Jihyo terkejut dengan penampilan Jungkook sangat kacau. Lebam di wajah pria itu semakin membanyak. Tapi tidak dengan Yohan, sedangkan Minju sudah menangis berlari kearahnya. Ia tak bisa menahan tangisnya lagi. Ikut menangis memeluk Minju.

"Ibu... maafkan aku... hiks..."

Jihyo mencium kening Minju. "Tidak apa-apa sayang."

***

Yohan dan Minju terlihat sudah terlelap di kamar mereka. Sekarang saatnya Jihyo mengurus Jungkook. Pria itu terlihat seperti baik-baik saja, tapi tidak untuknya menganggap Jungkook sedang kesakitan.

"Aku akan membersihkan lukamu."

Jungkook langsung menahan tangan Jihyo menyuruh wanita itu duduk disebelahnya. Jihyo pun menurut saja.

Pria tampan itu menarik ujung bibirnya kecil. "Apa aku keren sekarang?"

Jihyo tak bisa menahan senyumnya. Lucu saja tiba-tiba Jungkook malah bertanya seperti itu.

"Kau sangat jelek."

Jungkook malah menyisir rambutnya dengan jemari tangannya. "Sekarang bagaimana?"

Jihyo tertawa pelan, menangkup wajah Jungkook. "Tidak ada bedanya."

Jungkook malah memayunkan bibirnya. "Aku berbohong. Siapa yang bilang kau tidak keren? Semua wanita pasti menganggap seperti itu." kekeh Jihyo kecil kemudian menurunkan kedua tangannya.

"Bagaimana hubunganmu dengan kekasihmu." Lanjut Jihyo masih tersenyum.

Jungkook tidak suka Jihyo membahas hal itu disaat keadaan mereka saat ini sedang hangat. "Aku sudah memutuskannya."

Jihyo mengernyit. "Kenapa?"

"Dia tidak bisa menggantikanmu."

Jihyo tersenyum tipis. "Jarang sekarang wanita menerima dua anak yang sudah besar-besar. Kau perlu mengenalinya lebih dalam dulu mungkin."

Tangan kekar milik Jungkook meraih tangan Jihyo mengenggamnya hangat menatap Jihyo dalam.

"Aku akan kembali ke guri besok."

Jungkook meremas pelan tangan Jihyo. "Haruskah secepat itu?"

"Tidak enak tinggal disini terus Jungkook."

"Kenapa, ini juga rumahmu."

"Dulu, sekarang tidak."

"Kita belum bercerai Jihyo." Jungkook semakin meremas kuat genggaman tangannya.

Jihyo mengangguk mencoba menetralkan dadanya yang malah menjadi sesak tiba-tiba. "Aku tahu, aku sudah melihat surat perceraian kita. Kau belum menandatanganinya."

"Aku tidak bisa menandatanganinya. Aku masih membutuhkanmu Jihyo."

Jihyo membalas genggaman Jungkook dengan satu tangannya. "Bukankah kau yang ingin bercerai dulu Jungkook? Kenapa kau merubah pikiranmu?"

"Aku menyesal berkata seperti itu. Kumohon kembalilah pada kami Jihyo." Lirih Jungkook.

Jihyo merasakan Jungkook kembali meremas tangannya. Pria di depannya ini selalu saja berhasil membuatnya ingin menumpahkan air matanya lagi dan lagi.

"Bagaimana jika aku tidak bisa?"

"Aku tidak akan bisa hidup tanpamu."

Jihyo malah terkekeh tiba-tiba dengan jawaban Jungkook yang menurutnya sedikit lucu. "Bagaimana jika aku sudah memiliki kekasih?"

Jungkook tertegun seketika. "Sungguh?"

Jihyo tersenyum tipis. "Mana mungkin aku bisa melupakanmu. Kau cinta pertamaku Jungkook."

Seketika Jungkook dibuat bodoh dengan wanita bermata besar ini. "Apa ini jawabanmu mau kembali pada kami?"

Jihyo menggeleng pelan berhasil menurunkan senyum Jungkook. "Aku belum menjawabnya."

"Aku berjanji Jihyo jika kau kembali bersama kami, aku akan merubah sikap kerasku. Aku bersumpah tidak akan membentakmu lagi. Aku tidak akan lagi memarahi anak-anak. Aku berjanji akan merubah sikapku, pegang janjiku Jihyo."

"Jika kau melanggarnya?"

"Hukum aku."

"Apa pun itu?"

Jungkook mengangguk mantap. "Apa pun itu."

Jihyo menarik kedua ujung bibirnya. "Apa kau masih mencintaiku?"

"Jangan ditanya lagi. Bahkan kau selalu mengelilingi pikiranku. Jelas, aku sangat mencintaimu Jihyo sampai detik ini dan akan selamanya."

"Bagaimana agar aku percaya dengan kata-katamu itu?"

"Kau menerimanya agar aku bisa membuktikannya."

Jihyo terkekeh pelan. Ia hanya diam menunduk memperhatikan cincin pernikahan mereka masih saling melekat di jari manis mereka masing-masing.

"Mmh...?" Jungkook berdehem meminta jawaban Jihyo segera.

Jihyo kembali mendongak, matanya menyipit, kedua ujung bibirnya saling menarik dan kemudian kepalanya mengangguk beberapa kali.

"Sungguh?"

Jihyo kembali mengangguk. "Iya, aku menerimanya Jungkook. Aku menerima kembali pada kalian."

Jungkook terlihat bernafas begitu lega, rasanya seperti melewati ujian yang membahayakan hanya untuk menunggu jawaban pasti dari Jihyo.

"Terima kasih Jihyo, terima kasih banyak." Jungkook menarik cepat tubuh Jihyo ke dalam pelukannya. Jihyo membalas pelukan itu dengan tersenyum samar. Ini adalah jawabannya yang tepat.

Lepas Jungkook memeluk Jihyo, ia melonggarkan pelukan mereka dan kemudian memiringkan wajahnya untuk menyatukan bibir mereka. Jihyo memejamkan matanya membalas ciuman lembut dari Jungkook. Ciuman penuh kelembutan serta kerinduan yang selama ini mereka pendam. 5 bulan terpisah jarak berhasil membuat mereka harus menahan dalam-dalam kerinduan ini. Kejadian 5 bulan lalu sangat menyakitkan. Pertengkaran hebat dan berakhir Jungkook mengeluarkan kata 'cerai'. Jihyo awalnya menolak keras, apa lagi Jihyo masih mengingat kedua anak mereka yang masih bersekolah masih perlu kasih sayang orangtua. Namun, pada akhirnya saat melihat Jungkook menggandeng gadis lain membuatnya terpaksa menerima begitu saja. Jihyo lebih memilih kembali ke kota asalnya, guri. Tak rela meninggalkan kedua anaknya di seoul karena tuntutan ilmu. Yohan dan Minju bahkan ikut menangis mengetahui orangtua mereka bercerai, yang mereka tahu pun sampai sekarang kedua orangtua mereka bercerai, tapi nyatanya belum. Pernikahan Jungkook dan Jihyo juga masih dibilang sangat muda. Disaat mereka masih di high school, keduanya terpaksa menikah karena kecerobohan Jungkook menanamkan benih di rahim Jihyo, dan sekarang mereka masih pantas dibilang seperti anak muda. Usia 34 tahun cukup dibilang sangat muda yang sudah memiliki 2 anak yang sudah besar-besar.

Jungkook mengakhiri ciuman itu sejenak, masih jarak wajah mereka sangat dekat. Hidung dan kening mereka masih bersentuhan. Deru nafas keduanya yang berusaha mencari oksigen masing-masing.

"Rantai aku Jihyo kumohon." Lirih Jungkook.

"Cambuk aku jika melakukan kesalahan lagi."

"Kau bisa melakukan apa pun padaku, asal kau tidak lagi meninggalkanku sendirian bersama anak-anak."

Jihyo tersenyum haru dan berhasil meneteskan air matanya. Sungguh, perkataan Jungkook terdengar sangat tulus membuatnya semakin percaya pada pria ini bahwa Jungkook benar-benar ingin berubah.

Jungkook kembali menyatukan bibir mereka, dan setelah itu larut dalam percumbuan panas di dalam kamar Jungkook tepatnya.

***

"Oppa tidak akan memberikan ponsel ini jika kau tidak menghapus rekaman video tadi."

Minju berdesis kecil. "Aish... ayolah oppa. Ini kejadian yang langkah. Kau tidak lihat, betapa romantisnya ayah pada ibu. Ini pertama kalinya kita lihat juga, aku perlu mengabadikannya. Kemarikan oppa."

Minju berjinjit berusaha menggapai ponselnya yang malah diangkat semakin tinggi oleh Yohan. "Pertama, kau beraninya membintangi bintang porno, dan sekarang kau mengabadikan video yang bisa dibilang porno? Usiamu masih 16 Minju."

"Oppa! Itu tidak porno. Ayah dan ibu hanya berciuman, bukan? Mereka bahkan sudah masuk ke dalam kamar melanjutkannya. Ck kemarikan oppa."

Yohan kembali menggeleng. "Apa passwordnya?"

"Tidak! Kau akan menghapusnya nanti."

Yohan menarik sebelah ujung bibirnya. "Tidaklah, aku ingin melihatnya. Kita bisa meledek ayah dengan video ini."

Minju langsung menjentikkan ide Yohan. "Majja!"

Kedua kakak beradik itu malah menonton video yang bisa dibilang tak pantas itu.

"Menurutmu apa bulan depan kita akan mendapatkan adik?" sahut Yohan setelah mereka selesai menonton video romantis orangtua mereka.

Minju bertepuk antusias. "Aku mengharapkannya. Aku ingin adik kembar."

"Aku ingin adik laki-laki."

"Aku ingin adik perempuan."

"Laki-laki lebih kuat, perempuan akan menyusahkan."

"Enak saja! Laki-laki yang akan menyusahkan."

"Bukankah itu terbalik."

Minju menggeram pelan. "Besok akan kuberitahu ibu agar melahirkan adik perempuan saja."

Yohan mengernyit, apa bisa? "Terserahmu sajalah, oppa ingin tidur." Kemudian berjalan memasuki kamarnya. Minju yang masih di tempat betepuk antusias kembali, bahagiannya dirinya akhirnya ibu dan ayahnya kembali lagi bersatu seperti dulu lagi. Ibunya telah kembali ke rumah.

***
END...

Continue Reading

You'll Also Like

25.1K 2.2K 39
Mendapat bullying di sekolah membuat seorang Irene zavania tak putus semangat untuk menuntut ilmu . Ia sdh berjanji pada orang tuanya untuk sukses d...
367K 38.5K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
728K 34.9K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
932K 40.7K 97
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...