Just Junghyo✔

Por ShiaMoer

229K 21.5K 6.1K

Beda judul beda alur (Jungkook Jihyo doank isinya) #oneshoot iya, ficlet iya, short story iya juga# note : se... Más

My Heart Is Beating Fast (Cast)
My Heart Is Beating Fast (One Shoot)
Like A Fool
Falling In Love With Superstar Bag. 1
Falling In Love With Superstar Bag. 2
24 Hours Meet You
Love ME
Coward
Second Lover *1*
Second Lover *2*
Second Lover *3*
Second Lover *4*
My Ex
Park Jihyo (Fancy) Photo Edit
Converse High (Ficlet)
Rock 'N' Roll
Come Back Home
I will wait for you to break up
The Radio Girl
Learn To Love Me
Come Back Home (2)
Break
Break (2)
Chocolate (Ficlet)
Memory
Come Back Home (3)
Do you like me or not?
Stay With Me (1)
Stay With Me (2)
Stay With Me (3)
Stay With Me (4)
Stay With Me (5)
Is It Too Late? (1)
Is It Too Late? (2)
Is It Too Late? (3)
Is It Too Late? (4)
Is It Too Late? (5)
The Demon
Flipped
I'm Jealous (1)
I'm Jealous (2)
I'm Jealous (3)
I'm Jealous (4)
I'm Jealous (5)
(Not) Mistake Bag. 1
(Not) Mistake Bag. 2
(Not) Mistake Bag. 3
(Not) Mistake Bag. 4
JK's Birthday 💜💜💜
Camera Love
Come Back Home (4)
Pacaran
Virus (1)
Virus (2)
Virus (3)
Virus (4)
Call me "Mommy" (1)
Call me "Mommy" (2)
Call me "Mommy" (3)
Call me "Mommy" (4)
Call me "Mommy" (5)
Pacaran (Speial MAMA 2020)
Christmas Day (1)
Christmas Day (2)
bini
bini (2)
cuek
sok cuek
Serbuk Berlian
💜Purple Heart
💜Purple Heart (1)
💜Purple Heart (2)
💜Purple Heart (3)
💜Purple Heart (4)
💜Purple Heart (5)
💜Purple Heart (6)
💜Purple Heart (7)
💜Purple Heart (8)
💜Purple Heart (9)
💜Purple Heart (10)
💜Purple Heart (11)
💜Purple Heart (12)
💜Purple Heart (13)
[BONUS] 💜Purple Heart (14)
Dreamy Girl
Childish
Serbuk Berlian (2)
Hubby & Wifey
I'm a girl (1)
I'm a girl (2)
I'm a girl (3)
I'm a girl (4)
I'm a girl (5)
I know who I love (1)
I know who I love (2) - END -
Mine (1)
Mine (2) - END -
Annoyed
😭
Grim Reaper
For Love's sake
My Baby (1)
My Baby (2)
My Baby (3)
My Baby (4)
My Baby (5)
My Baby (6)
My Baby (7) - END -
More Than Friends
Pacaran (Cemburu)
Pacaran (Konser)
Obsession (Ficlet)
The Smart Twins (1)
The Smart Twins (3)
The Smart Twins (4)
The Smart Twins (5)
The Smart Twins (6) -END-
The Jeon's : Dying our babies hair pink
I'm not bitch
A Broken Queen Bag. 1
A Broken Queen Bag. 2
A Broken Queen Bag. 3
A Broken Queen Bag. 4
A Broken Queen Bag. 5 -END-
fuck you under the full moon
The blind woman I love (1)
The blind woman I love (2)
The blind woman I love (3)
The blind woman I love (4)
The blind woman I love (5)
The blind woman I love (6)
The blind woman I love (7)
The blind woman I love (8) - END -
Misunderstanding
Geeky
pilih jio atau hidup jungkook?
My Police
Seven - Intro
Seven (1) I am home
Seven (2) Divorce papers
Seven (3) see her again
Seven (4) meet her again
Seven (5) get away from me
Seven (6) she is married
Seven (7) due to jealousy
Seven (8) let me keep my love for you
Seven (9) fake husband
Seven (10) desire
Seven (11) misunderstanding
Seven (12) plan
Seven (13) I love you so much that I want to die
Seven (14) prospective mother-in-law
Seven (15) really miss you
Seven (16) propose to you
Seven (17) marriage anxiety
Seven (18) first night
Seven (19) triples
Seven (20) anniversary -END-

The Smart Twins (2)

468 90 22
Por ShiaMoer

***

Jihyo sibuk pada pekerjaannya, menggambar, mengatur, dan juga menjahit gaun pengantin pelanggannya saat ini. Kepalanya sedikit pusing, konsentrasinya pecah hanya karena memikirkan Lia. Apakah Lia baik-baik saja di hutan sana? Jihyo tak bisa menghilangkan kekhawatirannya.

Pintu ruangannya kemudian terbuka, Jihyo melihat Rose selaku rekan kerjanya datang tersenyum membawa beberapa lembar kertas.

"Hai Jihyo, aku dengar dari Taehyung kau sedang pusing memikirkan Lia sedang melakukan camping dari sekolahnya."

Taehyung adalah asisten pribadi Jihyo, jadi jika tidak bersama Lia, Taehyung akan mengikuti Jihyo kemanapun termasuk menemani wanita itu bekerja. Taehyung akan menunggu di bawah, setidaknya menghilangkan rasa bosan ia akan mencoba berbaur pada orang-orang pekerja di perusahaan ini. Jadi Taehyung dan Rose pun termasuk akrab, karena Taehyung memiliki sikap friendly terhadap semua orang.

Jihyo menghembuskan nafasnya kasar. "Apakah Lia baik-baik saja di sana, Rose?" tanyanya seraya menyandarkan tubuhnya pada kursi kerjanya.

Rose terkekeh pelan, "di sana ramai sekali, Jihyo. Aku yakin dia pasti baik-baik saja. Percayakan saja pada guru-guru di sana, Lia pasti aman." Ujarnya mencoba menenangkan sahabatnya itu.

"Oh iya, aku membawa beberapa ide gambaran gaun pengantin yang baru, bagaimana menurutmu?" sambung Rose memberikan beberapa kertas pada Jihyo.

Jihyo menerima dan melihatnya secara teliti. Mereka hening beberapa menit, hingga tak sengaja Rose melihat sebuah majalah terletak di meja teruntuk tamu di sisi kiri meja Jihyo. Rose mengambil majalah itu memperhatikan cover-nya.

"Jihyo, lihat!"

Jihyo mengalihkan atensinya. Melihat majalah yang dipampang Rose di hadapannya. Kerutan dahinya yang tadi serius melihat ide gaun pengantin buatan Rose, seketika menghilang beganti dengan tatapan sendu.

"Astaga, jangan langsung bersedih begitu. Dia tampan, kan? Mantan suamimu ini." Rose melupakan reaksi sedih Jihyo, ia kembali melihat cover majalah di tangannya. Seorang pria tampan dengan setelan jas dan mimik wajah serius memancarkan ketajaman yang telah menjadi pengusaha sukses di usianya yang masih muda.

Hanya mengabaikan saja didapatkan Rose, melihat Jihyo malah berpura menunduk sibuk sendiri. Rose mendekat meletakkan majalah itu. "Apa kau tidak merindukan dia, Ji?"

Jihyo memandang sendu mantan suami-nya di dalam majalah itu. Dia semakin tampan di usianya semakin beranjak. Rahang tegas itu dengan tubuh proporsional, serta sorot mata tajam namun penuh kelembutan di saat 8 tahun yang lalu untuk seorang Jihyo saja. Jihyo tidak pernah lupa bagaimana bibir tipis pria itu tertarik menjadi senyuman lembut mengucapkan kata 'cinta' tanpa henti setiap pergerakan tubuh mereka bergesek di ranjang yang sama. Ketika kedua tangan besar dipenuhi tato itu memimpin pergulatan panas tanpa ampun namun membuahkan kisah cinta di keduanya memenuhi ruang yang panas. Ketika setiap jengkal tubuhnya disentuh oleh pria itu. Itu hanya 8 tahun yang lalu, yah... sudah sangat lama. Namun, Jihyo amat sangat merindukan sosok pria pemilik gigi kelinci itu ketika tertawa. Bayang pria itu tidak pernah bisa lepas dari hidupnya.

"Sangat, Rose..." lirih Jihyo berusaha menahan air mata yang siap jatuh.

Rose menghela nafas pelan, mengusap bahu Jihyo lembut. "Kenapa tidak berbaikan saja?"

Jihyo mendongak terkejut, "apa?"

"Berbaikan Jihyo. Kalian kembali bersama, hidup bersama sebagai pasang suami istri seperti dulu lagi."

"Idemu buruk, Rose." Jihyo menggeleng mencoba mengenyahkan bayangan mantan suaminya masih melekat dalam pikirannya.

"Hei Jihyo, kau harus mengalahkan ego-mu. Jika Jungkook tidak bergerak, kau bisa bergerak duluan."

"Lalu jika dia menolak kehadiranku, bagaimana? Aku sama saja mempermalukan diriku sendiri, Rose!"

"Kau belum mencobanya Park Jihyo. Ayolah, kedua anak kembarmu pun pasti menginginkan orangtua-nya kembali."

Ucapan Rose itu seketika membisukan Jihyo. Ia tidak mampu lagi berkata. Jujur saja, dalam hatinya ia sangat merindukan keharmonisan keluarganya dulu. Setelah mereka menikah selama tiga tahun lebih, mereka dikaruniakan dua anak kembar yang cantik. Tetapi tak lama kemudian karena pertengkaran Jihyo kabur membawa satu anak kembar-nya, dan melayangkan surat cerai. Setelah itu, ia pergi menghilang dihadapan Jungkook. Melupakan ntah bagaimana terpuruknya seorang Jeon Jungkook tanpa Park Jihyo. Dan sekarang Jihyo sangat merindukan putri kecilnya satu lagi, Jisu-nya, apa kabar si cantik kembaran Lia itu? Di sini ibunya sangat merindukannya.

"Tapi... Rose... bagaimana bisa?" pandangan sedih terpancar di kedua mata Jihyo, mendongak menatap Rose masih berdiri di sebelahnya.

"Tiga minggu lagi akan ada event Seoul Fashion Show, dan beberapa pengusaha akan diundang untuk bergabung. Aku yakin Jungkook juga akan hadir. Dia pengusaha sukses sekarang, kan? Tidak ada yang tidak mengenalnya Jihyo. Sekarang waktunya, kau harus ikut dan mulai bereaksi seperti ular berbisa."

"A—apa?" Jihyo tergagap mendengar tuturan panjang Rose. Tiga minggu lagi... berarti waktunya bertemu dengan Jungkook kembali setelah delapan tahun akan sebentar lagi. Apakah Jihyo siap? Oh tidak, jantungnya bahkan sudah berdebar kencang.

Rose tersenyum penuh seringai, ia menepuk bahu Jihyo menyadarkan wanita itu. "Ingat, bereaksilah seperti ular berbisa." Bisiknya terkekeh pelan.

***

Sementara di sisi lain, terlihat pria berwatakan tinggi ini sibuk memperhatikan kebun luas miliknya. Pakaiannya persis seperti layaknya seorang petani dengan topi berbahan jerami itu.

Hari ini Jungkook tidak ada pekerjaan di kantor, jadi ia lebih banyak menghabiskan waktu di perdesaan satu seharian. Jujur saja, Jungkook lebih suka bekerja di perdesaan memperhatikan kebun-kebun serta perternakan miliknya daripada dipusingkan banyak berkas menumpuk dihadapannya, belum lagi dentingan email selalu masuk di komputer memecahkan kepalanya saja.

Berbeda jika di perdesaan, aroma segar yang begitu sejak paling digemari Jungkook. Tapi di kota hanya ada kebisingan suara kendaraan.

Jungkook pergi ke perternakannya menggunakan mobil klasik miliknya sedan Packard Blue. Jaraknya cukup jauh, makanya Jungkook memilih memakai mobil.

Setelah sampai Jungkook mulai sibuk pada peternakannya, memperhatikan beberapa pekerja membungkuk sopan memberi makan hewan-hewan semacam sapi, babi, serta domba. Tidak bisa dihitung lagi berapa penghasilan Jungkook selama ini hanya dari peternakan saja.

Tidak berapa lama sebuah mobil lain datang, Jungkook menoleh melihat seorang wanita berpernampilan seksi turun. Pakaiannya yang setengah menampilkan perut ratanya serta menggunakan rok pendek secerah cabai, wanita itu mendekat menurunkan kacamata hitamnya.

"Hai sayang!" wanita seksi itu mencium kedua pipi Jungkook bergantian.

"Kau tidak bekerja Eunha?"

"Hari ini aku libur sayang. Merindukanmu... mhh..." ujar Eunha manja memeluk tubuh proposal Jungkook. Eunha bekerja sebagai model di perkotaan. Pertemuan mereka pertama kali ketika Eunha sedang melakukan modeling, Jungkook juga menonton lalu dari situ Eunha mulai tertarik pada pria itu dan mendekatinya terus.

"Ayo ke rumahku, kau pasti lelah perjalanan dari kota."

Eunha tersenyum nakal meremas bokong Jungkook, "aw! Kau nakal sayang."

Jungkook mengusap kepala Eunha lalu membawa Eunha masuk ke dalam mobilnya. Sementara mobil Eunha ditinggal, akan ada pesuruhnya membawa mobil Eunha ke rumahnya.

Sesampai di rumah Dahyun melihat tuan-nya sudah pulang, ia segera membukakan pintu. Namun melihat wajah Eunha juga muncul dari belakang Jungkook, mengubah wajah Dahyun menjadi masam. Dahyun tentunya sangat tidak menyukai Eunha, kekasih tuan-nya. Selain karena Eunha sangat centil, Eunha juga suka memoroti keuangan Jungkook. Ia tidak mau nantinya Jisu mendapat ibu tiri secerewet Eunha ini.

Eunha melewati Dahyun dengan sinis. Gaya berjalannya saja sangat centil, Dahyun akui memang Eunha sangat seksi dengan tubuh langsing itu. Tapi tetap saja Eunha tidak pantas bersanding bersama tuan-nya yang baik hati.

Sepertinya bukan hanya Dahyun yang tidak menyukai kehadiran Eunha, bahkan Bam langsung berlari menggonggongi wanita itu.

"Errhhh... gong! Gong gong gong...!"

"Ah... sayang aku takut sekali," ujar Eunha manja memeluk Jungkook.

"Bam ayo hentikan, ambil ini." Jungkook melempar mainan tulang menjauh dan langsung dikejar Bam.

"Bam seperti tidak pernah melihatmu saja."

Jungkook heran dengan perilaku anjing pintarnya itu. Sudah sering sekali padahal Bam melihat Eunha, tapi Bam tetap saja menggonggong garang melihat Eunha, seperti tidak suka sama sekali.

"Aku tidak suka dengan anjingmu itu, uh! Menyebalkan!" dengus Eunha menatap jengkel Bam sudah tertidur dengan mainan tulang di mulutnya.

"Kau sudah makan Eunha?" Jungkook tidak memedulikan omongan Eunha, ia beralih menuju dapur melihat apa saja yang pantas untuk dimakan.

"Tuan, aku sudah memasak makan siang anda. Ada sup pangsit, nasi gulung, mie kacang hitam dan otak-otak." Segera Dahyun datang menyiapkan dua makan siang, dengan menatap tak suka pada Eunha sudah duduk santai memakai lipstik di meja makan. Wanita sialan, Dahyun tidak menyukai wanita itu.

Makanan pun sudah disajikan rapi di meja. Jungkook bersama Eunha menyantap nikmat. Dahyun sibuk di dapur mendumel pelan melirik ke arah Eunha.

"Harusnya aku tadi mencampur racun di minumannya," gumam Dahyun kesal.

Lihatlah mereka tengah bersuapan mesra. Ah, tidak. Lebih tepatnya Eunha menyuap Jungkook berlagak sok romantis. Sementara Jungkook menerimanya dengan senyuman.

***

Ini bukanlah hutan belantara seperti yang dibayangkan ibunya. Lia memandang sekitarnya, tidak gelap sepenuhnya seperti hutan pada umumnya yang ia tonton di televisi. Masih ada banyak cahaya masuk melalui pepohonan tinggi di sekitar mereka. Dan ada juga sepanjang mereka jalan beberapa rumah penduduk walaupun sedikit. Setidaknya hutan ini tidak terlalu berbahaya.

Intruksi dari Sana, guru mereka membuat Lia harus bergegas berkumpul agar tidak tertinggal rombongan. Mereka ternyata telah sampai. Rupanya mereka tidur bukan di tenda seperti biasa orang camping, melainkan di sebuah rumah yang cocok seperti pondok. Cukup banyak juga.

Bus lain akhirnya datang juga. Ramai siswa sekolah dasar pun segera turun dari bus mereka. Sekolah Lia termasuk sekolah perkotaan yang jelas-jelas orang di dalamnya lebih berkelas. Mereka sebagian bersikap angkuh memandangi kawanan siswa yang berasal dari desa. Termasuk Lia dan kedua tangannya, Yeji dan Yuna.

"Oh tidak, aku tidak suka bergabung dengan mereka." Keluh Yeji memandang keki pada sekumpulan siswa dari perdesaan.

Lia memutar bola matanya, "tidak bisakah kita pulang saja?"

"Kalau bisa, aku ingin ikut." Rengek kecil dari Yuna.

Tiga gadis kecil ini memandang perkumpulan siswa dari perdesaan itu, sampai Soobin bocah lelaki yang ditaksir Lia melewati mereka begitu saja. Spontan Lia merapikan rambut panjangnya yang indah segera mengikuti langkah kecil Soobin.

"Hai Soobin, hari yang indah bukan." Lia berusaha mensesajajarkan langkah kaki Soobin.

Terlihat Soobin enggan memabalas, melirik Lia saja tidak. Malah memilih bergabung dengan teman laki-laki-nya yang lain. Lia berhenti mengikuti Soobin, melipat tangannya di dada begitu kesal. Selalu saja begitu, sulit mendapatkan perhatian Soobin.

"Ayo anak-anak, semuanya berkumpul! Dan jangan lupa bawa semua tas dan barang-barang kalian. Jangan ada yang tertinggal!" seruan itu berasal dari Sana, membuat Lia buru-buru bergabung dengan teman-temannya.

Di sisi lain, ada gadis kecil yang sangat mirip dengan Lia tengah membawa ranselnya begitu enteng. Dengan gaya tomboy-nya berjalan bersama dua teman dekatnya, Ryujin dan Chaeryeong. Mereka bertiga segera berbaris sesuai dengan sekolah mereka.

"Ini akan menyenangkan Chae, jangan merengut seperti itu." Ujar Jisu menyadari wajah satu temannya tampak tidak nyaman.

"Aku hanya tidak suka dengan keberadaan mereka. Lihatlah tatapan mereka semua, seperti mengintimidasi kita semua."

Charyeong benar, saat Jisu dan Ryujin mengalihkan pandangan, ada banyak siswa dari perkotaan memandang mereka dengna tatapan berbeda. Mereka seperti enggan untuk bergabung bersama. Tapi apa peduli Jisu, ia lebih mengutaman menyenangkan diri camping ini.

"Biarkah saja mereka, yang pasti kita harus bersenang." Ryujin berujar memainkan alisnya memandangi kedua temannya, membuat kedua temannya tersenyum lebar.

Para siswa diperintahkan mengantar semua barang-barang mereka ke dalam pondok masing-masing yang sudah ditentukan. Pondok-pondok yang berada di atas mengharuskan mereka menaiki beberapa puluh tangga dan itu pasti melelahkan, tidak sedikit siswa dari perkotaan mengeluh betapa lelahnya ini. Setelah itu mereka diharapkan untuk turun ke bawah lagi mengikuti aba-aba dari banyaknya guru sudah di bawah. Mendengarkan seksama, dan kemudian di hari pertama mereka lebih banyak mendengar ceramah dan peraturan-peraturan yang berlaku selama mereka tiga hari di hutan ini.

Malamnya, Jisu dan dua temannya sudah sampai di pondok. Mereka membicarakan ntah hal apapun di tempat tidur. Kebetulan sekali tempat tidur di pondok mendapatkan single bed untuk satu orang jadi mereka tidak harus merelakan tubuh mereka terhimpit ketika tidur. Tidak ada raut kerinduan mereka pada orangtua mereka, terlihat sekali mereka begitu mandiri.

Berbeda pada satu pondok yang tak jauh jaraknya dengan pondok Jisu, ada satu pondok tampak berisi tiga gadis cemberut. Pondok itu berisi Lia dan dua temannya. Mereka terlihat sedih merindukan kedua orangtua mereka seakan ingin pulang segera.

"Aku ingin pulang rasanya, rindu sekali dengan ibu, kakek dan paman Taehyung." Ujar Lia kemudian bangun dari tidurnya dan duduk. Ia tidak bisa tidur karena tempat ini masih asing untuknya.

"Aku juga Lia. Ini tidak enak, tempatnya mengerikan." Sahut Yeji memandang jendela yang tampak sudah gelap gulita.

"Aku ingin menelepon ibu~" Yuna lagi-lagi merengek seakan ingin menangis.

Lia menoleh, "hei tenanglah Yuna. Jangan menangis, kita bersama."

Yuna menghapus air matanya yang sempat terjatuh. Ia tersenyum sedikit lega. Ketiga gadis kecil itu menoleh ke arah pintu ketika sebuah cahaya masuk dari celah-celah pintu kayu pondok itu. Sontak Lia dan kedua temannya membelakak.

"Ayo segera kita tidur." Seru Lia dan ketiganya serentak merebahkan diri dan menutupi semua tubuhnya dengan selimut. Mereka tahu itu adalah Sana dan Nayeon sedang patroli sebagaimana seorang guru memeriksa siswanya apakah sudah tidur atau belum dengan setia mereka membawa senter.

Merasa aman Lia dan kedua temannya sudah tertidur, Sana dan Nayeon pun menghela nafas. Pasalnya mereka tadi sempat mendengar suara obrolan mengundang dua wanita ini mengecek pondok Lia.

Hari keesokannya, satu harian ini dipenuhi dengan permainan. Canda tawa dari siswa menghiasi tempat ini. Mereka terlihat sangat menikmati, begitupun siswa dari perkotaan melupakan kesedihan mereka. Tampak kini mereka sudah mulai beradaptasi dan sebagian dari mereka mulai berteman dengan beberapa siswa dari perdesaan.

Permainan kali ini tembak air, Lia dan kedua temannya sudah siap dengan senapan air di tangan mereka. Sangat cerita menodongkan senapan itu pada lawan mereka saat ini. Tanpa sadar lawan Lia saat ini adalah Jisu dan kedua temannya. Tidak terlalu memedulikan dan tidak ada yang sadar, semuanya sangat asik melihat pertempuran air itu. Sorak-sorakan sangat ricuh di sekitar dua tim lawan ini dari perkumpualan siswa-siswa mendukung tim mana yang pantas memenangkan pertempuran ini.

Sampai kemudian senapan air itu tepat di depan Lia, air itu terus ditembak ke wajahnya. Lia mulai kelalapan air dan tidak bisa lagi melihat dengan jelas. Lia mengusap wajahnya dengan kasar berusaha menghindar namun sulit, gadis di depannya tidak memberi ampun.

"Hei! Hentikan! Kau curang!!" teriak Lia sangat lantang. Hal ini menghentikan permainan itu seketika. Tidak ada lagi sorak-sorak, semuanya terdiam sesaat.

"Bu Sana, dia curang bu!" adu Lia tidak ingin kalah menunjuk tepat depan gadis di depannya.

"Tidak. Aku tidak curang! Hei! Ini wajar, permainanya seperti ini, bodoh!" Jisu tidak mau kalah, melawan ucapan Lia tanpa berpikir.

Lia membesarkan matanya, "apa? Bodoh? Siapa yang kau katakan bodoh?!"

"Kau! Bodoh! Pulanglah jika tidak tahu bermain!" balas Jisu kasar menyemprotkan percikan air itu lagi dari senapan airnya ke wajah Lia.

Lia geram, sisi kejahatannya muncul. "Kau lebih bodoh! Tidak bisa bermain dengan sesuai peraturan! Kau tidak lihat jarak yang seharusnya sudah ditentukan! Bukan mendekat seperti jarak ini!" tatapnya tajam penuh amarah, ia ikut menodongkan senapannya dan menyemprotkan air ke wajah Jisu.

Jisu yang sudah basah kuyup mengusap wajahnya kasar. Dengan dada menaik turun cepat dan masih memandang Lia tajam, ia mulai menyerang Lia tanpa hati dengan geram. Hal ini sontak membuat peperangan itu kembali terjadi, tapi ini lebih ribut.

Nayeon dan Lisa segera datang memisahkan. Namun, Lia dan Jisu tampaknya tidak puas. Keduanya masih saling menyemprotkan air walaupun sudah ditarik paksa menjauh. Tersirat dari wajah keduanya penuh dendam bersama.

"Eh? Tunggu, kenapa kalian sangat mirip?" Pertama kali Nayeon menyadari kedua gadis cilik itu. Ia menoleh beberapa kali pada Lia dan Jisu. Dan malah diikuti orang-orang di sekitar mereka.

Perkataan Nayeon sontak menghentikan peperangan air itu. Jisu dan Lia saling memandang dalam diam. Walaupun kerutan di dahi mereka masih jelas menandakan saling ketidaksukaan, tapi mereka serentak saling meneliti wajah seksama. Mulai dari mata, hidung, bibir, serta bentuk wajah pun ternyata tidak ada yang berbeda dari mereka. Bahkan tinggi badan, mereka baru menyadari mereka setara. Hanya perbedaan dari rambut saja dan aksesoris yang melekat di tubuh mereka masing-masing.

Seperti terikat batin, Lia dan Jisu bersamaan membesarkan kedua mata mereka dan mulut terbuka. Mengapa bisa terjadi?

"Lia, Jisu kalian tidak pantas mengatakan 'bodoh', kalian harus dihukum." Ujar Sana menghentikan aksi mereka saling menatap.

"Kenapa bu? Aku tidak salah. Tapi dia yang salah! Dia yang curang duluan, bu." Lia tidak terima, ia menunjuk kasar pada Jisu.

"Apa-apaan kau ini! Kau yang duluan tidak bisa bermain, karena kalah malah mengatakan curang. Kalau tidak bisa bermain, tidak usah ikut." Ejek Jisu meremehkan.

"Hentikan. Jangan berdebat lagi! Hukuman kalian, malam ini kalian berdua harus tidur di satu pondok kosong di atas. Ibu tidak mau tahu, besok kalian sudah berbaikan." Ujar Nayeon menghentikan keduanya yang siap saling menyaut.

Lia dan Jisu tidak bisa lagi menjawab, mereka akhirnya menunduk pasrah.

***

TBC...

Seguir leyendo

También te gustarán

83.3K 4.5K 43
Mature Love Story --- Sakiti aku dengan kejujuran, jangan membuatku nyaman dengan kebohongan - Sehun 🥀
262K 20.8K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
726K 34.7K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
48.6K 5.8K 52
mencintai seseorang dengan cara yang sulit memang membuat seorang Taehyung terpuruk. Lebih lagi ia harus menghadapi berbagai konflik keluarga dan ra...