Just Junghyo✔

By ShiaMoer

229K 21.5K 6.1K

Beda judul beda alur (Jungkook Jihyo doank isinya) #oneshoot iya, ficlet iya, short story iya juga# note : se... More

My Heart Is Beating Fast (Cast)
My Heart Is Beating Fast (One Shoot)
Like A Fool
Falling In Love With Superstar Bag. 1
Falling In Love With Superstar Bag. 2
24 Hours Meet You
Love ME
Coward
Second Lover *1*
Second Lover *2*
Second Lover *3*
Second Lover *4*
My Ex
Park Jihyo (Fancy) Photo Edit
Converse High (Ficlet)
Rock 'N' Roll
Come Back Home
I will wait for you to break up
The Radio Girl
Learn To Love Me
Come Back Home (2)
Break
Break (2)
Chocolate (Ficlet)
Memory
Come Back Home (3)
Do you like me or not?
Stay With Me (1)
Stay With Me (2)
Stay With Me (3)
Stay With Me (4)
Stay With Me (5)
Is It Too Late? (1)
Is It Too Late? (2)
Is It Too Late? (3)
Is It Too Late? (4)
Is It Too Late? (5)
The Demon
Flipped
I'm Jealous (1)
I'm Jealous (2)
I'm Jealous (3)
I'm Jealous (4)
I'm Jealous (5)
(Not) Mistake Bag. 1
(Not) Mistake Bag. 2
(Not) Mistake Bag. 3
(Not) Mistake Bag. 4
JK's Birthday 💜💜💜
Camera Love
Come Back Home (4)
Pacaran
Virus (1)
Virus (2)
Virus (3)
Virus (4)
Call me "Mommy" (1)
Call me "Mommy" (2)
Call me "Mommy" (3)
Call me "Mommy" (4)
Call me "Mommy" (5)
Pacaran (Speial MAMA 2020)
Christmas Day (1)
Christmas Day (2)
bini
bini (2)
cuek
sok cuek
Serbuk Berlian
💜Purple Heart
💜Purple Heart (1)
💜Purple Heart (2)
💜Purple Heart (3)
💜Purple Heart (4)
💜Purple Heart (5)
💜Purple Heart (6)
💜Purple Heart (7)
💜Purple Heart (8)
💜Purple Heart (9)
💜Purple Heart (10)
💜Purple Heart (11)
💜Purple Heart (12)
💜Purple Heart (13)
[BONUS] 💜Purple Heart (14)
Dreamy Girl
Childish
Serbuk Berlian (2)
Hubby & Wifey
I'm a girl (1)
I'm a girl (2)
I'm a girl (3)
I'm a girl (4)
I'm a girl (5)
I know who I love (1)
I know who I love (2) - END -
Mine (1)
Mine (2) - END -
Annoyed
😭
Grim Reaper
For Love's sake
My Baby (1)
My Baby (2)
My Baby (3)
My Baby (4)
My Baby (6)
My Baby (7) - END -
More Than Friends
Pacaran (Cemburu)
Pacaran (Konser)
Obsession (Ficlet)
The Smart Twins (1)
The Smart Twins (2)
The Smart Twins (3)
The Smart Twins (4)
The Smart Twins (5)
The Smart Twins (6) -END-
The Jeon's : Dying our babies hair pink
I'm not bitch
A Broken Queen Bag. 1
A Broken Queen Bag. 2
A Broken Queen Bag. 3
A Broken Queen Bag. 4
A Broken Queen Bag. 5 -END-
fuck you under the full moon
The blind woman I love (1)
The blind woman I love (2)
The blind woman I love (3)
The blind woman I love (4)
The blind woman I love (5)
The blind woman I love (6)
The blind woman I love (7)
The blind woman I love (8) - END -
Misunderstanding
Geeky
pilih jio atau hidup jungkook?
My Police
Seven - Intro
Seven (1) I am home
Seven (2) Divorce papers
Seven (3) see her again
Seven (4) meet her again
Seven (5) get away from me
Seven (6) she is married
Seven (7) due to jealousy
Seven (8) let me keep my love for you
Seven (9) fake husband
Seven (10) desire
Seven (11) misunderstanding
Seven (12) plan
Seven (13) I love you so much that I want to die
Seven (14) prospective mother-in-law
Seven (15) really miss you
Seven (16) propose to you
Seven (17) marriage anxiety
Seven (18) first night
Seven (19) triples
Seven (20) anniversary -END-

My Baby (5)

515 92 16
By ShiaMoer

Jeon Jungkook | Park Jihyo

Jeon Jeongsan

***

Sore terlihat sangat tenang, namun entah kenapa Jungkook sangat gelisah ketika dia harus beradapan lagi dengan Nara. Mungkin karena dulu ia tidak berlutut di hadapan wanita itu ketika telah merusak kehidupan Jihyo. Jungkook menunduk melihat langkah kakinya yang berhenti di depan pagar rumah Jihyo.

Menatap sebentar pada pagar kayu yang sepertinya sedang memaki-maki kehadirannya. Tanggapannya selalu sama seperti pertama kalinya ia datang ke tempat ini. Namun di dalam sana Jungkook bisa mendengar gelak tawa Jeongsan. Ia bisa mendengar Jihyo sedang bercengkrama dengan anaknya.

Lalu ia pun mendengar...

"Apa yang kau lakukan di sini!" Suara itu tepat berada di belakangnya, suara yang nyaris membuatnya terlempar hingga ke atas langit. Jungkook menoleh pada Eunwoo yang tengah menatapnya tajam. Dari sorot matanya Eunwoo memang terlihat ingin mengusir Jungkook dari hadapannya.

"Aku menjemput Jeongsan." Jawab Jungkook. Ia tidak harus mengatakan lebih, bukan.

"Kau merepotkan Jihyo lagi?"

"Aku tidak bermaksud merepotkannya, hanya saja Jeongsan sangat menyukainya. Aku putus asa dengan hal itu."

"Sebenarnya siapa ibu kandung dari anakmu itu? Kenapa kau bisa tidak mengetahuinya?" Eunwoo sepertinya sudah tidak tahan Jungkook berada di sekitar Jihyo sepanjang waktu. Pikirannya kalut kalau-kalau Jihyo akan tunduk pada pesona yang ditawarkan Jungkook.

"Aku akan mencari tahu."

"Mencari tahu siapa?" Tiba-tiba Nara muncul. Ia melihat kedatanagn Jungkook dan Eunwoo di depan pagar rumahnya dengan tagapan sinis. Dua orang pria itu sama-sama tidak mendapat simpatinya. Mereka sungguh mengganggu kehidupan Jihyo.

"Bibi, apa Jihyo ada?" tanya Eunwoo dengan sopan. Seperti biasanya. Jungkook melirik sinis, ia tahu Eunwoo kini bersikap sok dihadapan ibu Jihyo.

"Kau kenapa selalu ke sini setiap hari." Nara berbicara tak suka langsung.

Rasa malunya membayang di wajahnya yang putih. Eunwo dan Jungkook saling berpandangan.

"Apakah benar kedatangan saya sangat mengganggu?" tanya Eunwoo kembali menatap Nara.

"Aku bukannya tidak ingin anakku dikunjungi oleh kalian, tapi tidak bisakah dia bersitirahat di masa-masa penyembuhannya."

"Kalau begitu, saya akan mengambil Jeongsan dan membawanya pulang. Saya tidak akan mengganggu Jihyo lagi." Jungkook meminta dengan sopan, ia belajar kesopanan dari Eunwoo seketika.

"Siapa yang menyuruhmu untuk mengambil Jeongsan. Untuk sementara biarkan Jeongsan bersama Jihyo. Dia sangat senang dengan kehadiran Jeongsan di sisinya. "

Jungkook tersenyum.

"Benarkah? Apakah saya boleh melihatnya?" Jungkook segera berjalan masuk. Ia tidak melihat bahwa Nara sempat menghalanginya, namun tentu saja tangan renta itu tidak kuasa menahan tubuh Jungkook yang sangat mudah menerjangnya.

Perasaan Jungkook sungguh antusias dengan semua perkataan Nara padanya.

"Bibi, kenapa anda membiarkan dia masuk?" Eunwoo terlihat panik

"Dia ayah Jeongsan, Eunwoo. Aku tidak bisa menghalanginya." jawab Nara sambil menatap Jungkook yang menyeruak masuk ke dalam rumah.

"Jihyo," panggil Jungkook antusias. Tapi tunggu dulu, kenapa Jungkook memanggil nama Jihyo terlebih dahulu ketimbang nama anaknya sendiri.

Jihyo yang masih duduk di sofanya sambil memangku Jeongsan menoleh.

"Jungkook." Sapa Jihyo dengan senyum

"Apa dia tidur?" tanya Jungkook ketika melihat Jeongsan sedang berbaring di pangkuan Jihyo.

"Tidak. Dia hanya sedang meminum susunya."

Jungkook mendekat dan duduk di sisi Jihyo. Berat tubuhnya membuat tekanan di sofa. Ada segelembung udara terangkat di bawah Jihyo. Tubuhnya terangkat dan seperti sebuah gelombang udara yang membentur sebuah dinding. Ia memantul kemudian. Kenapa menjadi mengasikkan.

"Pak Jungkook, kenapa hari ini kau terlihat sangat tampan." bisik Jihyo, wajahnya mendadak berubah menjadi sedikit genit.

"Heum?" Jungkook menoleh dramatis untuk melihat tatapan Jihyo padanya. Matanya berkedip beberapa kali. Untuk kesekian kalinya ia meneliti tatapan itu. Jihyo tengah tersenyum padanya. Jihyo tersenyum dengan sangat manis. Dan apa tadi? Pak Jungkook?

"Jihyo, apa kau sudah mengingat tentang diriku?" Jungkook mengusap kepala Jihyo.

"Entah kenapa aku sangat senang kau datang. Perasaanku... Jungkook. Apakah sekarang aku boleh memanggilmu dengan sebutan Jungkook sa—saja?" Jihyo menunduk menatap Jeongsan.

Tidak. Jihyo belum mengingat tentang Jungkook yang dulu. Dia hanya merasakan sebuah perasaan yang terdampar.

"Silahkan. Kau boleh memanggilku apa saja. Kau boleh memanggilku sesuka hatimu."

"Aku ingin Jeongsan malam ini menginap di sini. Aku ingin dia tidur di sisiku." Jungkook mengerutkan dahinya ketika mendengar hal itu. Kenapa perhatian Jihyo pada Jeongsan begitu lembut dan sangat tulus.

"Apa tidak akan mengganggumu?" tanya Jungkook ragu.

"Tidak sama sekali. Aku sangat menyayanginya." Jihyo beralih cepat pada Jungkook menatap memohon.

"Baiklah." jawab Jungkook tanpa merasa keberatan. Merasa cukup lega jika hal itu tidak membuat Jihyo merasa repot.

"Kau sangat baik sekali, Jungkook."

Sang dosen tampan itu hanya menunduk. Mungkin merasa malu karena sebutan manusia baik itu bukan predikat yang tepat untuknya. Jihyo hanya belum mengingat satu kenangan mengenai dirinya.

"Aku akan bicara dengan bibi sebentar." Jungkook berdiri, berjalan ke arah luar. Ia berharap Eunwoo sudah pergi. Langkah Jungkook tertinggal di depan pintu ketika mendengar Nara sedang menyapa sebuah nama. Ayahnya. Ia berusaha menahan diri untuk tidak melanjutkan lagi niatnya.

Berbisik-bisik bukanlah sebuah pilihan yang terlalu bagus. Suara Nara cukup terdengar di telinga Jungkook.

"Dia di sini, Tuan Jeon. Ya, menjemput Jeongsan." Begitu yang didengar Jungkook.

"Dia pasti setuju kalau malam ini Jeongsan tidur bersama ibunya. Lagi pula sepertinya Jihyo merindukan anaknya."

Buk!

Jungkook menjatuhkan tas ranselnya ke lantai. Jihyo adalah ibu kandung dari Jeongsan. Secepat itu Jungkook menoleh ke arah Jihyo yang sempat bingung dengan sikap Jungkook menatapnya. Namun demikian Jihyo tersenyum manis.

Jihyo... Jeongsan... anak itu.

Jungkook memegang dadanya bergerumuh, yang sepertinya sedang menghentak-hentak karena berbagai macam perasaan tak menentu. Terkejut, mungkin syok. Lalu bahagia, mungkin. Tapi lega karena sebuah alasan yang selama ini tidak diketahuinya. Bagaimana mungkin Jihyo bisa menyembunyikan hal ini. Jeongsan. Anaknya sudah sebesar itu, dan Jungkook baru mengetahuinya.

Jungkook kembali mendekati Jihyo dengan pikiran penuh.

"Apakah ibu tidak ada di luar?" Jihyo bertanya sambil mengambil tangan Jungkook dan menggoyangkannya. Karena sejak tadi Jungkook sepertinya sedang melamun, atau apalah itu.

"Ada. Dia sedang menelepon seseorang." Jungkook bersimpuh di depan Jihyo sambil mengusap kepala Jeongsan, yang selalu nyaman dalam pelukan Jihyo. Pantas saja Jeongsan selalu menyebut Jihyo sebagai ibu. Ternyata Jihyo memang ibu-nya.

"Kau kenapa?" Jihyo bingung sikap Jungkook mendadak berubah menjadi pendiam.

Jungkook menggeleng dengan air muka yang sedih. Ia tengah membayangkan kehidupan Jihyo saat pertama kalinya Jungkook merenggut kesuciannya. Wajah yang manis dan cantik itu terpaksa merona karena nafsu yang Jungkook ajarkan. Dosen macam apa dirinya. Kenapa ia bisa begitu menginginkan Jihyo. Apa kesalahannya sehingga ia memilih Jihyo dan membuat gadis belia ini sebagai pasangan seks-nya.

"Jungkook, aku harus ke kamar mandi sebentar. Apa kau bisa menjaga Jeongsan sebentar?" tanya Jihyo sambil menggendong Jeongsan dan menyerahkannya pada Jungkook.

"Baiklah." Jungkook menerima Jeongsan.

Tatapan Jungkook terus membuntuti Jihyo yang menghilang di batas pintu.

"Apa kau akan membawa Jeongsan pulang?" tanya Nara masuk ke rumah.

Jungkook mendongak, melihat pada wanita yang seharusnya dia panggil ibu mertua. Seharusnya Jungkook menikahi Jihyo saat itu. Namun justru membawa Jihyo pada seorang tukang jagal. Ini sungguh dosa yang begitu berat. Apa yang terjadi? Apakah Jihyo berpura-pura membunuh janin ini. Jeongsan. Dia begitu manis. Lucu. Bayi ini adalah darah dagingnya. Dalam tubuh Jeongsan ada dirinya, sebagian dari dirinya, ingat.

Jungkook menunduk tanpa menjawab pertanyaan Nara.

"Kau kenapa?" Tanya wanita itu.

"Aku tidak akan membawanya pulang. Aku akan membiarkan Jeongsan bersama ibunya." jawab Jungkook.

Nara tertegun. "Jungkook?"

Wanita berumur itu menatap Jungkook dengan tatapan terkejutnya. Jungkook mendengarnya, mendengar pembicaraan tadi. "Oh Tuhan!" Nara menghempaskan dirinya di sofa. Berseberangan dengan Jungkook. Ia terus memegang dahinya.

"Maafkan saya." gumam Jungkook penuh sesal sambil terus menatap Jeongsan. Ia menahan sesuatu di dalam hatinya.

"Bukan aku yang berhak memaafkanmu." jawab Nara.

"Jihyo pasti sangat membenciku."

Nara menggeleng. "Percayalah padaku, dia lebih membenci dirinya sendiri karena dia tidak bisa memberikan kehidupan yang baik untuk Jeongsan."

Secepat itu Jungkook memeluk Jeongsan dan menenggelamkan wajah Jeongsan dalam ciumannya.

"Jeongsan, anakku." bisiknya berkali-kali.

"Apa sekarang kau akan mengambil anak itu?" tanya Nara

"Aku akan membahagiakan Jihyo dan Jeongsan." Jungkook mulai dipenuhi dengan air mata yang menetes. Ia tidak bisa lagi menahan perasaannya.

"Ibu..." teriakan Jihyo membuat Jungkook sgera bangkit berdiri. Buru-buru Jungkook menyerahkan Jeongsan pada Nara kemudin berlari ke arah dapur untuk melihat Jihyo.

"Ada apa Jihyo?" Jungkook meneyerbu tubuh Jihyo yang berpegang pada pilar. Jihyo sepertinya terpeleset dan jatuh. Sebelah kakinya lurus dan sebelahnya tertekuk, ia mencoba untuk bangun namun tidak sanggup.

"Astaga, Jihyo." Jungkook segera menggendong Jihyo dan membawanya ke kamar. Kemudian membaringkan Jihyo di atas kasur. Seluruh perhatiannya terpusat pada darah yang tercetak di atas bantal.

"Jihyo, kau berdarah." Jungkook panik meraba bagian belakang kepala Jihyo yang berdarah.

"Apa yang kau lakukan ?

Jungkook tekejut dengan pertanyaan Jihyo. Perhatiannya menatap sengit ke arah Jungkook dan mendorong tubuh pria tampan itu untuk menjauh darinya.

"Ibu!" teriak Jihyo kemudian. Nara datang tergopoh-gopoh sambil menggendong Jeongsan.

"Jihyo, ibu di sini. Ada apa, nak? Ibu sedang memanggil dokter. Kau kenapa?" tanya sang ibu cema.s

"Ibu, berikan Jeongsan padaku."

Jungkook yang tak bisa bergerak karena merasa canggung, hanya melihat Jihyo mengambil Jeongsan dan memeluknya.

"Jihyo, kepalamu berdarah. Aku harus membawamu ke dokter." Ujar Jungkook semakin panik.

"Ibu , suruh dia pergi. Jangan biarkan dia ke sini lagi, aku tahu dia pasti berusaha mengambil Jeongsan. Dia ingin membunuh Jeongsan." teriak Jihyo histeris.

Nara sempat kaget mendengar pernyataan Jihyo, namun ia menuruti perkataan putrinya.

"Jungkook, ayo kita keluar" Ajak Nara. Jungkook enggan sekali namun sepertinya dalam keadaan seperti ini ia harus keluar.

Setelah berada di luar jangkauan Jihyo, Nara hanya menatap dengan tatapan penyesalan pada Jungkook.

"Maafkan aku karena membuatmu repot selama ini." ujar Nara dengan berat.

"Saya rasa, ingatan Jihyo sudah kembali. Dia sudah melihat saya sebagai pria yang merusak hidupnya." Jungkook menelan salivanya susah payah, sakit rasanya. Di hatinya perasaan berat ini sungguh membuatnya merasa sebagai laki-laki yang benar-benar berdosa.

"Aku memberikan Jeongsan padamu, saat Jihyo harus membutuhkan banyak waktu untuk beristirahat setelah mengalami kecelakaan itu. Aku berharap kau bisa menjaga Jeongsan."

"Maafkan saya, karena saya tidak menjadi ayah yang baik. Saya justru merepotkan Jihyo lagi."

"Mungkin sudah takdir kalian harus bertemu kembali."

"Jihyo membenci saya."

"Tidak. Dia hanya sedang terkejut dengan kehadiranmu yang tiba-tiba."

"Apakah saya diijinkan untuk datang lagi?" tanya Jungkook ragu.

"Kau boleh datang. Hanya saja, aku tidak tahu apakah Jihyo akan memberikan kesempatan untukmu."

Jungkook menarik napasnya dalam-dalam. Malam ini ia berjalan dengan gontai diantara lampu-lampu jalan yang berharap bisa menerangi jalan hidupnya. Ada kalanya ia tidak sanggup berharap banyak dari semua hal yang ia tuai dari masa lalunya yang kusam. Kotor. Dan brengsek.

***

Jihyo terdiam di atas kasur. Sang ibu membersihkan darah yang sudah mengering di rambutnya. Wajahnya terlihat muram dengan apa yang baru saja ia hadapi beberapa saat lalu. Kenapa Jungkook bisa muncul lagi dalam kehidupannya.

"Ibu yang membawa Jeongsan padanya." Nara bersuara sambil mengusap kepala Jeongsan yang tertidur pulas.

"Kenapa ibu melakukan itu. Aku tidak ingin dia tahu kalau Jeongsan hidup."

"Dia menyesalinya, Jihyo. Apakah salah jika kalian berkumpul kembali."

"Berkumpul bagaimana? Apa ibu tidak pernah mendengar dari Tuan Jeon kalau putra semata wayangnya itu tidak perrnah serius dengan wanita manapun. Apa ibu rela jika aku dipermainkan lagi olehnya."

Nara menunduk. Ia tidak akan pernah rela jika Jungkook memperlakukan putrinya lagi seperti dulu. Namun masa telah berlalu, ada sebuah pelajaran yang sudah diambil dari semua ini. Tapi tetap saja Nara tidak bisa memaksakan hal itu pada Jihyo. Karena hanya Jihyo yang berhak menerima atau menolak Jungkook saat ini.

"Dia menangis." bisik Nara.

Sebenarnya Nara tidak ingin membela Jungkook, namun entah kenapa setelah beberapa waktu melihat Jungkook, ia merasa bahwa Jungkook bisa membuktikan bahwa pria itu bisa menjadi manusia yang utuh dan berguna.

Nara berjalan meninggalkan kamar Jihyo, membiarkan Jihyo merenungi semua masalah ini dengan hati dan kepala tenang.

Ketika ibunya berlalu, Jihyo menutup wajahnya. Hatinya tersedot ke dalam perasaan rindu dan cintanya kembali pada Jungkook. Mendengar dari ibunya bahwa Jungkook menangis. Ia pun tak urung ikut menangis. Menangis karena tidak bisa memafkan dirinya sendiri sebab Jungkook sudah membuat kehidupannya seperti ini.

***

Jihyo bisa merasakan keringatnya mengalir hingga ke bagian dasar lehernya. Ia memperhatikan sosok wajah yang ingin dihindarinya berdiri di depan. Ini terlalu pagi untuk seorang Jeon Jungkook datang bertamu.

"Jihyo..."

Jihyo kembali masuk ke dalam rumah. Menutup pintu dan membiarkan Jungkook berdiri di depan pintu tertutup dengan wajah runyam. Sekarang Jungkook harus menghadapi konsekuensi yang seperti dibayangkannya.

"Apa Jihyo tidak mau menemuimu?" Nara berdiri di belakangnya, membawa banyak sayuran dan buah dalam satu kantong plastik berwarna putih. Jungkook membantu membawakannya. Wanita itu tersenyum. Entah kenapa ia lebih menyukai Jungkook daripada Eunwoo.

"Apa Jihyo baik-baik saja? Maksudku kepalanya. Apa dia sudah mendapat pertolongan medis?" Jungkoo jelas saja khawatir dengan apa yang terjadi tadi malam.

"Dia tidak apa-apa. Mungkin benturan itu yang menyebabkan dia mengingatmu lagi. Apa kau mau bertemu Jeongsan?"

"Pasti Jihyo tidak akan mengijinkannya." Suara Jungkook terdengar lesu.

Tidak ada senyuman yang berarti dari seorang Jungkook. Perjuangannya untuk mendapatkan perhatian dan cinta dari orang yang selama ini disakitinya sangat membuatnya frustasi. Namun ia merasa bahwa hal ini setimpal, pantas mendapatkannya. Mungkin jika perlu Jihyo harus membunuhnya.

Sebuah mobil berhenti di depan pagar. Eunwoo datang lagi. Pria itu tidak pernah menyerah untuk Jihyo. Seharusnya Jungkook mempelajari semangat Eunwoo untuk mendapatkan Jihyo, karena memang Jihyo pantas untuk diperjuangkan.

"Kenapa kau di sini lagi?" Eunwoo menatap Jungkook dengan sebuah bisikan yang memprovokasi emosi. Keadaan Jungkook sedang tidak baik. Jungkook masih gelisah dan syok mengenai kenyataan hidup yang terjadi pada dirinya dan Jihyo.

"Sedangkan kau sendiri apa yang akan kau lalukan pada Jihyo?" sambut Jungkook.

"Aku tidak perlu menjelaskan padamu mengenai kedatanganku, kau pasti tahu."

Nara berdiri diantara dua pria yang sedang beradu ketegangan. Tatapan mereka jatuh pada wajah renta yang terlihat cemas.

"Kalian sebaiknya tidak usah menemui Jihyo lagi. Biarkan saat ini dia menenangkan diri."

Pintu kemudian terbuka. Jihyo menyeruak melihat suasana yang terjadi. Ia menatap kehadiran Eunwoo dan terpaku.

"Eunwoo oppa, kau meniemputku? Apa aku masih diterima bekerja di perusahaanmu? aku akan bekerja lagi di sana. Apa kau akan menerimaku lagi?"

Jihyo berjalan mendekati Eunwoo yang tentu saja sangat lega dengan keputusan Jihyo. Pria itu semula ragu untuk mendapatkan perhatian Jihyo.

"Ibu, aku menitipkan Jeongsan padamu."

"Kenapa kau terburu-buru memutuskan untuk bekerja lagi?" Nara menjadi sedikit cemas.

"Kenapa Jungkook tidak membawanya. Bukankah Jeongsan anaknya. Kenapa dia harus merepotkanmu?" Pertanyaan itu disambut sebuah seringaian di bibir Jungkook.

"Dia memang anakku, tapi Jihyo lah yang sudah melahirkannya. Apa kau belum tahu, kalau ibu dari anakku adalah Jihyo."

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat keras di pipi Jungkook. Pria tampan itu terkesiap dan memegang pipinya dengan spontan. Tatapannya nanar pada Jihyo. Jihyo melakukannya dengan kesadaran penuh.

"Sekarang kau mengakuinya," lirih Jihyo. Hatinya seperti tercabik. Sementara Eunwoo terdampar pada sebuah perasan kaget yang mencekik lehernya. Sebentar ia mengendorkan dasi dan kerah lehernya. Wajahnya pucat.

"Apakah itu benar?" Eunwoo masih tidak mempercayainya. Nara yang disuguhkan pertanyaan Eunwoo hanya menunduk dengan mengulum bibirnya. Semua sudah terbongkar.

"Kenapa bisa terjadi? Kenapa sampai seperti ini? Apa kalian pernah menjalin hubungan? Arrrh, tentu saja kalian menjalin hubungan." Eunwoo mengacak-acak rambutnya.

"Ayo kita berangkat, Eunwoo oppa! Kita akan terlambat nanti."

Jihyo menarik lengan Eunwoo, namun laki.laki itu masih menatap Jungkook dengan tatapan kebencian. Kenapa harus Jungkook.

Ingatan Eunwoo melayang pada sebuah kejadian masa lalu ketika mereka masih menjalani masa kuliah bersama. Eunwoo tidak lupa kenapa ia bisa membenci Jungkook. Seorang wanita bernama Lisa, kekasihnya yang termakan rayuan gombal Jungkook, bercinta dengan pria tampan brengsek itu di pesta ulang tahunnya. Bahkan Jungkook bisa membuat Lisa begitu menyukai permainan seksnya yang begitu gila. Jungkook tidak hanya menyetubuhi Lisa, namun juga membuat kekasihnya itu seperti ketagihan dan terus menginginkan Jungkook.

Sekarang pikirannya tertuju pada Jihyo. Wanita ini bahkan sudah mempunyai anak dari si brengsek ini. Apakah sekarang ia pun harus kalah dari Jungkook. Ia tidak akan menyerah. Eunwoo menggenggam jemari Jihyo yang memegang lengannya. Namun Jungkook tiba-tiba menarik tangan Jihyo yang lain. Posisi mereka kini benar-benar sedang memperebutkan tubuh Jihyo.

"Hentikan!" Hardik Jihyo. Ia melirik tajam Jungkook.

"Jungkook oppa, lepaskan tanganku!" ingatan Jihyo sudah sepenuhnya kembali, Jungkook memang lebih tua darinya.

Nara hanya mencoba untuk menengahi, ia mengusap lengan Jungkook dan mencoba menenangkan ayah dari cucunya itu.

"Kau jangan seperti ini, Jungkook." Nara berbicara lembut pada Jungkook.

"Kenapa ibu bersikap baik padanya?" Jihyo tidak senang ibunya begitu baik pada Jungkook.

"Jihyo, kita harus bicara." Ujar Jungkook penuh permohonan.

"Lepaskan!" Jihyo masih bersikeras.

"Lepaskan dia, Jungkook!"

"Aku tidak bicara padamu, Brengsek!"

Bugh!

"Arrgh!" Jihyo memekik.

Sebuah tinju melayang ke wajah Jungkook. "Siapa yang kau panggil brengsek!" Eunwoo berteriak dan menyeringai penuh emosi. "Jangan pernah kau menemui Jihyo lagi!"

Jungkook masih sibuk dengan bibirnya yang pecah akibat tinju yang dilayangkan Eunwoo ke wajah tampannya. Tawa yang hambar meluncur dari rasa sakit dan perihnya. Matanya tetap tertuju paa Jihyo.

"Apa kau tidak malu pada dirimu sendiri? Setelah sekian lama kau melupakan aku, sekarang kau bersikap seolah-olah mempunyai arti dalam hidupku." Jihyo merasa sedih dan sesak.

Jihyo tidak ingin melihat Jungkook mendapatkan perlakuan seperti itu dari Eunwoo, namun ia tidak berdaya. Jihyo harus membiarkannya agar Jungkook bisa mengerti bahwa Jihyo bukan wanita biasa yang mudah didapatkan lalu ditinggalkan kemudian datang lagi dengan sikap tanpa dosa.

Memang benar, Jihyo tidak pernah bisa berlalu dari Jungkook karena memiliki apa yang telah Jungkook berikan untuknya. Jeongsan. Selamanya Jihyo tidak akan pernah terlepas dari Jungkook.

"Jihyo, kau harus mendengarkan aku. Aku ingin..."

Eunwoo menarik tangan Jihyo untuk pergi. Dengan tatapan berkaca-kaca Jihyo meninggalkan halaman rumahnya. Jihyo melihat wajah Jungkook yang begitu memohon, namun di dalam hati, Jihyo masih belum bisa memaafkan laki-laki itu. Belum. Tidak secepat dan semudah ini.

Jungkook hanya bisa melihat Jihyo berlalu bersama Eunwoo. Pria itu seperti sedang menunjukkan betapa dia ingin memenangkan Jihyo.

"Aku akan membawa Jeongsan!" Jungkook segera melangkah masuk ke dalam rumah. Ia secepat itu mendapatkan Jeongsan dan menggendongnya dengan perasaan kalut.

"Jangan kau lakukan Jungkook! Jihyo pasti akan sangat bersedih. Dia akan membecimu karena hal ini."

"Dia akan mencariku. Hanya itu yang aku mau. Aku tidak ingin Eunwoo mengambilnya. Tolong, aku akan mengembalikannya setelah aku bisa berbicara dengan Jihyo, bu."

Nara tidak bisa mengatakan apapun selain menatap Jungkook yang pergi dari pandangannya. Pria itu sudah begitu nekat dan frustasi. Semua yang terjadi telah membuat pikirannya menjadi semrawut.

***

"Apa yang terjadi?"

Eunwoo berusaha menenangkan Jihyo yang menangis. Air matanya mengalir, terisak tanpa suara. Matanya mengarah vertikal dengan deru napas yang putus-putus. Kedua tangannya gemetar jika harus mengingat lagi Jungkook dalam hidupnya. Perasaannya sulit dijelaskan. Cinta. Suara lembut itu. Desah napas itu. Memabukkan. Menggodanya, meracuni pikirannya. Lalu kedua tangan itu, menggerayangi tubuhnya. Memberikan sebuah ilusi yang manis, menyedihkan. Jihyo pun tunduk pada akhirnya.

Jihyo menggeleng. Berkali-kali menggeleng sambil mengusap airmatanya. Eunwoo bersimpuh di depannya, menatap miris dan iba. Suasana hatinya tak jauh berbeda, merasakan apa yang Jihyo rasakan.

"Apa kau ingin aku melakukan sesuatu padanya?"

"Tidak." Jihyo menggeleng.

Eunwoo menggeram yang menyayangkan kenapa Jihyo melarangnya untuk melakukan sesuatu pada Jungkook. Hal itu pasti akan sangat membuatnya merasa puas, bisa menghajar si brengsek itu.

"Apa dulu dia mengancammu?" Eunwoo mengamati wajah sembab Jihyo. Beruntung Eunwoo membawa Jihyo ke rumahnya, bukan ke tempat kerjanya, sehingga pria itu bisa membuat Jihyo merasa nyaman.

"Aku tidak tahu. " Jihyo merasa malu untuk menjelaskan semua kegiaan yang dilakukannya bersama Jungkook ketika itu. Betapa dia pun akhirnya begitu menikmati permainan Jungkook yang begitu menggoda. Karena juga ada unsur cinta termasuk.

"Aku tahu siapa dia. Karena dulu dia pun sudah membuat Lisa meninggalkanku. "

Jihyo mengerutkan alisnya, tangisnya mulai reda. Wajahnya bingung mengenai Lisa.

"Dia kekasihku. Aku sangat mencintainya, tapi Jungkook menggodanya. Pria sialan itu sudah membuat Lisa tidak bisa melupakan malam yang aku anggap sebagai tragedi menjijikkan dalam hidupku."

"Dia sudah seperti itu sejak dulu." Gumam Jihyo sedih. Harapannya semakin pupus, tidak mungkin bisa memberikan kesempatan pada Jungkook meski itu hanya setitik.

"Itu sebabnya aku tidak ingin kau kembali padanya ataupun memberikan dia kesempatan meskipun Jeongsan adalah anaknya. Aku harap kau tidak memberikan dia kesempatan."

Jihyo menatap gamang.

"Jika kau memang memberikan dia kesempatan, maka kau sudah tidak waras." Tegas Eunwoo.

Jihyo menyimak hal itu. Dadanya bergemuruh menghadapi semua kejadian yang tiba.tiba seperti berulang dalam hidupnya.

"Aku masih syok ketika melihat dan mengingatnya lagi."

"Dia memperalatmu lagi."

"Aku tidak sadar. Aku mengalami amnesia, menurut ibu."

"Ya." Eunwoo mengusap wajah Jihyo.

"Kau pun memanfaatkan aku. Apa yang sudah kau katakan padaku kemarin. Kau adalah kekasihku?" Jihyo menatap Eunwoo yang mendadak gugup. Eunwoo buru-buru melemparkan pandangan ke arah lain.

"Maafkan aku."

"Apa aku harus memaafkanmu? Apakah kau tidak mencoba mengambil keuntungan dariku juga, dari sakitku?"

"Maafkan aku. Aku terlalu mencintaimu, aku tidak tahu harus bagaimana." Eunwoo masih menghiba.

"Eunwoo Oppa, aku tidak tahu harus bagaimana terhadapmu. "

"Jihyo, aku akan menikahimu. Kita bisa hidup bersama. Kau, aku dan Jeongsan. Aku akan menganggap Jeongsan sebagai anakku." Ucapan Eunwoo penuh harapan.

Jihyo terdiam seribu bahasa. Haruskah Jeongsan hidup bersama ayah tiri. Jungkook tidak akan pernah membiarkannya, mereka bermusuhan. Baik Eunwoo dan Jungkook saling melempar pandangan sengit ketika bertatap muka. Mereka tidak akan pernah membiarkan Jeongsan hidup dengan tenang. Jihyo tidak bisa berpikir mengenai itu, banyak hal yang harus dipertimbangkan.

"Aku tiak akan membiarkanmu bekerja untuk memenuhi kebutuhan Jeongsan. Aku yang akan memberikannya."

Jihyo menggeleng. "Kau tidak perlu seperti itu. Jeongsan sebenarnya sudah mendapat tunjangan lebih dari cukup dari kakeknya."

"Kakeknya?"

"Tuan Jeon."

"Jadi ayah Jungkook juga ikut dalam drama yang terjadi pada hidupmu?"

Jihyo mengetahuinya dari sang ibu tadi malam, saat Ibunya begitu membela Jungkook. Dalam hati, Jihyo merasa sedikit lega jika ayah Jungkook mengetahui hal ini dan mengakui kalau Jeongsan adalah darah daging keluarga Jeon Dan perasaan Eunwoo semakin runyam. Harapan pun seperti semakin tipis.

***

TBC...

Continue Reading

You'll Also Like

6.8K 963 39
Sebuah cerita tentang 8 orang laki laki yang sama sama belajar apa arti sebuah keluarga dan kesetiakawanan. Bahwa terkadang keluarga bukan cuma orang...
25.1K 2.2K 39
Mendapat bullying di sekolah membuat seorang Irene zavania tak putus semangat untuk menuntut ilmu . Ia sdh berjanji pada orang tuanya untuk sukses d...
94.6K 11.6K 33
[M] Keluarga besar Kim dan keluarga besar Park, merupakan musuh bebuyutan sejak tujuh keturunan yang lalu. Tetapi anehnya terjadi hal buruk menimpa m...
83K 4.5K 43
Mature Love Story --- Sakiti aku dengan kejujuran, jangan membuatku nyaman dengan kebohongan - Sehun 🥀