Just Junghyo✔

By ShiaMoer

229K 21.5K 6.1K

Beda judul beda alur (Jungkook Jihyo doank isinya) #oneshoot iya, ficlet iya, short story iya juga# note : se... More

My Heart Is Beating Fast (Cast)
My Heart Is Beating Fast (One Shoot)
Like A Fool
Falling In Love With Superstar Bag. 1
Falling In Love With Superstar Bag. 2
24 Hours Meet You
Love ME
Coward
Second Lover *1*
Second Lover *2*
Second Lover *3*
Second Lover *4*
My Ex
Park Jihyo (Fancy) Photo Edit
Converse High (Ficlet)
Rock 'N' Roll
Come Back Home
I will wait for you to break up
The Radio Girl
Learn To Love Me
Come Back Home (2)
Break
Break (2)
Chocolate (Ficlet)
Memory
Come Back Home (3)
Do you like me or not?
Stay With Me (1)
Stay With Me (2)
Stay With Me (3)
Stay With Me (4)
Stay With Me (5)
Is It Too Late? (1)
Is It Too Late? (2)
Is It Too Late? (3)
Is It Too Late? (4)
Is It Too Late? (5)
The Demon
Flipped
I'm Jealous (1)
I'm Jealous (2)
I'm Jealous (3)
I'm Jealous (4)
I'm Jealous (5)
(Not) Mistake Bag. 1
(Not) Mistake Bag. 2
(Not) Mistake Bag. 3
(Not) Mistake Bag. 4
JK's Birthday 💜💜💜
Camera Love
Come Back Home (4)
Pacaran
Virus (1)
Virus (2)
Virus (3)
Virus (4)
Call me "Mommy" (1)
Call me "Mommy" (2)
Call me "Mommy" (3)
Call me "Mommy" (4)
Call me "Mommy" (5)
Pacaran (Speial MAMA 2020)
Christmas Day (1)
Christmas Day (2)
bini
bini (2)
cuek
sok cuek
Serbuk Berlian
💜Purple Heart
💜Purple Heart (1)
💜Purple Heart (2)
💜Purple Heart (3)
💜Purple Heart (4)
💜Purple Heart (5)
💜Purple Heart (6)
💜Purple Heart (7)
💜Purple Heart (8)
💜Purple Heart (9)
💜Purple Heart (10)
💜Purple Heart (11)
💜Purple Heart (12)
💜Purple Heart (13)
[BONUS] 💜Purple Heart (14)
Dreamy Girl
Childish
Serbuk Berlian (2)
Hubby & Wifey
I'm a girl (1)
I'm a girl (2)
I'm a girl (3)
I'm a girl (4)
I'm a girl (5)
I know who I love (1)
I know who I love (2) - END -
Mine (1)
Mine (2) - END -
😭
Grim Reaper
For Love's sake
My Baby (1)
My Baby (2)
My Baby (3)
My Baby (4)
My Baby (5)
My Baby (6)
My Baby (7) - END -
More Than Friends
Pacaran (Cemburu)
Pacaran (Konser)
Obsession (Ficlet)
The Smart Twins (1)
The Smart Twins (2)
The Smart Twins (3)
The Smart Twins (4)
The Smart Twins (5)
The Smart Twins (6) -END-
The Jeon's : Dying our babies hair pink
I'm not bitch
A Broken Queen Bag. 1
A Broken Queen Bag. 2
A Broken Queen Bag. 3
A Broken Queen Bag. 4
A Broken Queen Bag. 5 -END-
fuck you under the full moon
The blind woman I love (1)
The blind woman I love (2)
The blind woman I love (3)
The blind woman I love (4)
The blind woman I love (5)
The blind woman I love (6)
The blind woman I love (7)
The blind woman I love (8) - END -
Misunderstanding
Geeky
pilih jio atau hidup jungkook?
My Police
Seven - Intro
Seven (1) I am home
Seven (2) Divorce papers
Seven (3) see her again
Seven (4) meet her again
Seven (5) get away from me
Seven (6) she is married
Seven (7) due to jealousy
Seven (8) let me keep my love for you
Seven (9) fake husband
Seven (10) desire
Seven (11) misunderstanding
Seven (12) plan
Seven (13) I love you so much that I want to die
Seven (14) prospective mother-in-law
Seven (15) really miss you
Seven (16) propose to you
Seven (17) marriage anxiety
Seven (18) first night
Seven (19) triples
Seven (20) anniversary -END-

Annoyed

1.4K 132 42
By ShiaMoer

.

.

.

Jungkook terkejut saat seseorang mencium pipinya dengan tiba-tiba. Ia membalikan kursinya lalu melepas headphone yang masih menutupi telinganya. Jihyo tersenyum lebar lalu menyodorkan sebuah paper bag coklat ke arah Jungkook.

"Makan siangmu, sayang." Jihyo masih tetap dalam posisinya. Jungkook mengangguk, lalu menunjuk sofa di dekat dinding dengan dagunya. Menyuruh gadis itu untuk duduk di situ tanpa mengeluarkan satu patah katapun.

Perlahan uluran tangannya turun, senyum di wajah gadis itu lenyap begitu saja saat Jungkook meresponnya dingin. Pria itu memilih membalikan kembali kursinya dan memakai headphone-nya, dan kembali sibuk dengan komputer dan alat-alat rekaman yang tidak gadis itu mengerti.

Dengan berat hati Jihyo memilih untuk menuruti apa perintah kekasihnya, ia mengenyakan tubuhnya di sofa beludru yang empuk. Jihyo tidak melakukan apapun, Ia hanya mengamati punggung Jungkook dari tempatnya.

"Selamat siang." Jihyo menoleh ke arah pintu dan mendapati gadis berparas cantik masuk ke dalam ruang rekaman. Ia tidak asing dengan wajah itu, Jihyo pernah melihatnya beberapa kali di acara musik di televisi. Bae Irene, Penyanyi baru yang di produseri oleh Jungkook. dan ini kali pertamanya bertemu dengan penyanyi itu secara langsung.

Irene menatap bingung ke arah Jihyo dengan senyum yang masih mengembang. Seolah bertanya kepada Jihyo melalui tatapannya, 'siapa kau? Sedang apa disini?'

"Kau sudah datang?" Jungkook melepas headphone-nya dan membiarkannya menggantung di leher.

Irene tersenyum senang lalu menghampiri Jungkook dengan langkah riang, "Selamat siang, Sajangnim." Sahut gadis itu ceria.

Jihyo menganga tak percaya. Jungkook bahkan tidak mengeluarkan satu patah kata-pun padanya sejak ia datang. Tapi dengan mudahnya Jungkook menyambut artis barunya, bahkan dia yang menyapanya duluan.

"Yang benar saja.." gumam Jihyo antara kesal dan tak percaya. Ia menatap sinis Jungkook yang terlihat akrab dengan Irene. Bahkan ekspresi pria itu terlihat lebih rileks saat mengobrol dengan Irene.

Jihyo mengerti bahwa ini adalah pekerjaan, Ia tidak pernah keberatan kalau Jungkook memproduseri penyanyi wanita di agensinya. Tidak pernah sama sekali. Tapi Jihyo hanya merasa kesal karena Jungkook tidak menyambutnya atau memberi reaksi yang menyenangkan kepadanya, padahal Jihyo adalah kekasihnya. Jungkook terlihat tidak menginginkan kedatangannya.

Jihyo mendengus kesal, lalu berdiri dan keluar dari studio tanpa mengeluarkan satu patah kata-pun.

Beberapa karyawan menyapanya ramah, dan Jihyo hanya menanggapi dengan senyum tipis.

"Kau sudah selesai? Cepat sekali, tumben." Sapa Jimin saat berpapasan dengan adiknya. Jihyo tidak mengindahkan pertanyaan kakaknya dan melewatinya begitu saja. Berjalan ke arah pintu keluar dengan langkah lebar. Membuat Jimin menatap sosok adiknya dengan heran.

Jimin membuka pintu studio dan mendapati Jungkook yang tengah sibuk dengan monitor di hadapannya. Dan juga Irene yang sedang berada di tempat rekaman suara. Tidak ada yang salah disini, pikirnya.

Jimin menyandarkan tubuhnya kepada sofa, dan mengamati proses rekaman berlangsung. Sesekali ia mengangguk mendengar Irene mendendangkan lagu ciptaan Jungkook. Gadis itu memang berbakat, ia menyanyikan lagu begitu sempurna dan juga indah.

Matanya menangkap paper bag coklat yang tergeletak di atas meja. Jimin mengambilnya dan mengintip isinya, penasaran. Termos kecil, dan dua kotak bekal makan mengisi tas kertas itu. Ia membuka isinya dan mendapati potongan buah yang terlihan sedikit berantakan. Lalu kotak bekal satu lagi berisi nasi dengan tumisan daging yang terlihat menggiurkan.

Jimin tahu siapa pemilik kotak makan bergambar beruang ini, Adiknya sendiri. Jimin menaruh kembali bekal itu pada posisi semula. Ia menatap punggung Jungkook heran, kenapa adiknya terlihat seperti tidak baik-baik saja? Padahal Jungkook hanya bekerja seperti biasa.

"Mungkin dia sedang datang bulan." Jawab Jimin pada pertanyaan yang di buatnya sendiri. Ia kembali menyandarkan tubuhnya santai lalu mengambil ponselnya, wajah bahagia dirinya dan Mina di hari pernikahannya terpampang jelas ketika ia membuka kunci layarnya.

"Ya, halo?" Jimin mengangkat telepon yang tiba-tiba datang.

"Apa yang terjadi dengan Jihyo?" sahut Mina di sebrang sana.

"Memangnya ada apa?" dahi Jimin mengerenyit, ia memelankan suaranya.

"Jihyo datang ke Cafe dan memesan kopi–"

"Bukannya dia biasa minum kopi?" Jimin memotong kalimat istrinya.

"Dengarkan aku dulu! Ini sudah kopinya yang kesepuluh! Dan aku yakin ada yang tidak beres dengannya."

"Sepuluh? Yang benar saja?"

"Jihyo! Astaga, jangan pesan la–"

Dan sambungan telepon pun terputus tiba-tiba. Jimin menatap ponselnya heran, lalu menatap Jungkook yang baru saja selesai dengan rekamannya. Dia berjalan santai ke arah Jimin.

"Kau kenapa, Hyung?" Jungkook menegak air mineral dari botolnya, "Ada masalah dengan Mina?" lanjutnya setelah menelan. Irene keluar dari ruang rekaman lalu berjalan ke arah Jungkook dan Jimin. Irene membungkuk sopan ketika melihat Jimin.

Jimin tidak menggubris gadis itu dan tetap mempertahankan wajah penuh kebingungannya.

"Kau ada masalah dengan Jihyo?" tanya Jimin. Jungkook kembali menegak air mineralnya sambil menggeleng polos.

"Tidak, kami baik-baik saja. Memangnya ada apa?"

"Ji—Jihyo?" Irene terlihat bingung dengan nama yang di sedang di bicarakan oleh mereka berdua.

"Tunanganku." Jawab Jungkook enteng. Ia duduk di sebelah Jimin dan menyambar tas kertas yang tadi di bawa oleh Jihyo.

Seketika mata pria itu berbinar melihat bekal yang sudah di siapkan untuknya. "Sejak kapan kemampuan masaknya sehebat ini?" Jungkook mengambil sumpit dan segera memasukan makanan itu kedalam mulutnya.

"Ini enak. Sangat enak." Komentar Jungkook puas.

"Sini, aku coba." Jimin mengambil sumpit dari tangan Jungkook lalu memasukan potongan daging itu ke dalam mulutnya. Ekspresi Jimin tidak sebaik Jungkook, ia mengunyah daging itu cepat-cepat.

"Ini asin sekali ! dagingnya memang empuk, tapi ini kebanyakan garam. Uhuk!" Jimin menyambar minum milik Jungkook.

"Kau mau coba?" tawar Jungkook kepada Irene. "Tidak, terimakasih." Tolaknya halus, ekspresi gadis itu berubah menjadi sedikit masam.

"Kemana dia? Biasanya dia menungguku disini." Tanya Jungkook di sela kunyahannya.

"Jihyo? dia ada di Cafe." Jawab Jimin setelah menghabiskan minumnya.

"Cafe? Kenapa dia tidak makan bersamaku disini? Padahal dia makan membawakanku bekal."

Jimin mengidikan bahunya.

"Kau benar-benar tidak sedang bertengkar dengan Jihyo, kan?" tanya Jimin untuk kesekian kalinya.

"Tidak, Hyung! Kami baik-baik saja. Memangnya ada apa sih?" cecar Jungkook yang mulai gerah dengan pertanyaan serupa.

"Jihyo menghabiskan sepuluh cangkir kopi, apa kau pikir dia sedang baik-baik saja?"

Kunyahan Jungkook terhenti, Ia menaruh kotak bekal itu dengan sembarang di meja, Membuat isinya sedikit berceceran. Jungkook melangkah dengan tergesa keluar dari ruang studio.

Jungkook tidak menghiraukan karyawan yang menyapanya, ia terus berlari menuju ke arah pintu keluar.

"Bawakan mobilku!" perintahnya pada petugas yang biasa mengurusi mobilnya. "Cepat !" bentaknya tak sabaran. Tak sampai satu menit mobil sedan hitam miliknya sudah terparkir di hadapannya. Dengan gerakan tak sabaran ia segera masuk ke dalam mobil dan langsung menancap gas secepat yang ia bisa.

"Dasar, gadis gila." Desisnya, matanya menatap tajam pada jalanan kota yang tidak terlalu padat.

—–

Mina menahan gerakan tangan Jihyo saat gadis itu akan menyeruput es kopinya. Jihyo menatap sebal ke arah Mina, dan dengan terpaksa ia kembali menaruh gelas kaca itu di meja.

"Sudah cukup. Ini kopimu yang keduabelas Jihyo!" Mina menyingkirkan gelas kopi itu dari hadapan Jihyo, memberikan kepada pegawainya yang kebetulan lewat. "Kalau dia memesan lagi, biarkan saja. Jangan di buat pesanannya." Perintah Mina.

"Kau ada masalah?" selidik Mina.

Jihyo menyilangkan tangannya di depan dada dengan wajah cemberut. Ia membuang pandangannya ke arah jendela. "Tidak ada." Jawabnya ketus.

"Kau bohong. Pasti ada sesuatu yang mengganggumu." Mina duduk di sebrang Jihyo, menatap gadis itu dengan seksama. "Jungkook melakukan apa padamu? Apa dia genit dengan perempuan lain? Aku rasa Jungkook tidak akan melakukan hal serendah itu."

Jihyo menggeleng pelan, kali ini ia menopang dagu dengan tangannya. "Dia tidak melakukan itu."

"Jadi, dia melakukan apa sampai kau minum kopi sebanyak ini?" tatap Mina dengan pandangan penuh selidik.

"Dia tidak melakukan apapun. Aku hanya sedang ingin minum kopi, memangnya tidak boleh?" protes Jihyo. kali ini ia menatap Mina dengan pandangan sebal. "Kau pilih mana. Aku minum banyak kopi di sini, atau aku duduk di bar dan menghabiskan banyak minuman keras?"

Mina menghela napas, percuma menjawab pertanyaan kekanakan gadis itu. Jihyo sedang benar-benar kesal.

"Park Jihyo!" Jungkook menerobos masuk dan berjalan terpogoh-pogoh ke arah Jihyo. Mina beringsut dari tempat duduknya lalu menepuk pundak Jungkook sebelum meningalkan mereka berdua.

"Pastikan kalian tidak membuat keributan di Cafe-ku, oke?"

Jihyo masih menatap ke luar jendela. Tidak ada niatan untuk menatap wajah Jungkook sama sekali.

Jungkook menarik tangan gadis itu kasar, membuat tubuh mungilnya tersentak.

"Ikut aku." Ucap Jungkook dengan suara rendah yang mengancam. Jungkook menyeret Jihyo dengan paksa keluar dari Cafe itu.

"Seharusnya kau bayar pesanan tunanganmu, Jungkook." gerutu Mina saat melihat mereka berdua keluar dari Cafe-nya.

***

"Lepas!" Jihyo menarik tangannya, berusaha melepaskan dari cengkraman Jungkook. tapi usahanya tidak berhasil karena pria itu mencengkramnya dengan begitu kuat. Jungkook tidak mengindahkan protes yang terlontar dari bibir Jihyo, dia terus menariknya ke arah mobil.

Brak!

Jihyo tersentak saat pintu mobil di sampingnya di banting dengan keras oleh Jungkook. ia menggigit bibir bawahnya, tampaknya ia tidak bisa menghindari kekasihnya kali ini.

Suara pintu mobil yang tertutup keras terdengar kedua kalinya. Jungkook menyalakan mesin mobilnya dan langsung menginjak pedal gas dalam-dalam. Membuat ban mobil itu berdecit sebelum mulai berjalan. Jihyo menahan napas berkali-kali saat Jungkook mengemudikan mobilnya seperti orang kesetanan, ia menikung tajam dan juga menyalip mobil lain dengan kecepatan yang mengerikan.

Jungkook memberhentikan mobilnya di taman dekat apartemen yang di tinggali oleh mereka berdua.

Jungkook menginjak pedal rem tiba-tiba, membuat tubuh Jihyo menabrak dashboard dengan keras karena gadis itu tidak memakai sabuk pengamannya. Jungkook terdiam menatap Jihyo yang merintih pelan.

"Apa maksudmu minum kopi sebanyak itu?" Jungkook menarik kasar tangan Jihyo, membuat gadis itu menghadap ke arahnya. Jihyo menepis tangan Jungkook kasar, satu tangannya mengelus pelan daerah tulang selangka dan dadanya yang tadi terbentur.

"Kau berlebihan. Aku hanya sedang ingin minum kopi." Balasnya ketus.

"Bohong. Pasti ada sesuatu, katakan padaku." Sergah Jungkook, ia kembali menarik tangan Jihyo dan menahannya kuat-kuat supaya gadis itu tetap menghadap ke arahnya. Sudut mata Jungkook menangkap beberapa plester yang tertempel di jari Jihyo.

Gadis itu hanya diam, memandang Jungkook dengan tatapan dingin. Ia takut, tapi rasa kesal dan kecewanya lebih besar ketimbang rasa takutnya. Di tambah rasa sakit di dadanya dan pergelangan tangannya, membuat gadis itu menatap Jungkook dengan pandangan yang sangat dingin dan sinis.

"Sudah hampir sebulan aku sibuk di kantor. Bahkan aku jarang sekali pulang ke rumah karena aku ingin cepat-cepat membereskan semua pekerjaanku supaya bisa bersantai denganmu. Kenapa kau menggangguku dengan membuat ulah seperti ini? Apa kau tidak bisa sedikit bersabar?" cecar Jungkook emosi. Jihyo hanya diam menatap Jungkook.

"Bisakah kau tidak membuat ulah sampai pekerjaanku selesai? Apa kau akan terus menganggu pekerjaanku dengan tingkah kekanakanmu seperti ini? Jangan membuatku khawatir dan kesal!"

Napas Jungkook terengah-engah, sesak dengan emosi yang menyelimuti dirinya.

"Apa aku memintamu untuk datang?" sahut Jihyo datar. "Aku hanya ingin menikmati kopi kesukaanku, apa aku salah? Aku punya caraku tersendiri untuk menghibur diriku."

"Apa menghibur diri harus dengan merusak tubuhmu? Membuatku khawatir dan menganggu pekerjaanku?" sergah Jungkook sinis.

"Aku tidak pernah menganggumu sekalipun! Aku bahkan tidak peduli kau bekerja dengan artis wanitamu itu. Aku selalu menahan diri untuk menghubungimu duluan karena aku takut mengganggumu!" suara Jihyo mulai meninggi, diiringi genangan air yang tertahan di pelupuk matanya.

"Terserah kau saja! Kau tidak pulang selamanya juga aku tidak peduli!" Jihyo menarik paksa tangannya dari cengkraman Jungkook. membuka pintu mobil lalu membantingnya keras, dan berlari meninggalkan Jungkook yang termanggu di dalam mobil.

***

Jungkook kembali ke kantornya, Dengan langkah lunglai ia berjalan menuju ruangannya di lantai atas.

Suasana kantor menjadi sedikit sepi karena beberapa karyawan sudah pulang, menyisakan karyawan yang masih berkutat dengan proses produksi album artis yang di tanganinya.

Jungkook mengistirahatkan tubuhnya di kursi besar miliknya, memutarnya menghadap jendela besar yang menyajikan pemandangan lampu-lampu gedung malam hari.

Hatinya merasa gelisah, mengingat kejadian yang tidak sengaja diperbuat olehnya. Ia menyesal, seharusnya ia berkendara lebih hati-hati dan juga memakaikan sabuk pengaman pada gadisnya, ia khawatir dengan konsidi gadisnya yang terbentur dashboard mobilnya.

Jungkook memutar kursinya menghadap meja, matanya menangkap tas kertas yang tadi siang dibawakan oleh Jihyo. ia mengambil termos yang belum di sentuhnya sama sekali. Membuka tutupnya dan menjadikannya gelas.

Cairan berwarna coklat karamel mengisi gelas di tangannya, Jungkook mengendus wanginya dan tersenyum samar. Walaupun sudah dingin, minuman itu tetap terasa nikmat di lidahnya.

Milk Tea buatan gadis itu memang minuman favoritnya. Jihyo selalu membuatkan untuk Jungkook setiap kali pria itu sedang bekerja di rumah, menemani jam sibuk Jungkook dengan rasa manis yang membuatnya tetap fokus.

Kesibukannya di kantor membuatnya hampir sebulan tinggal disini. Hanya sesekali pulang untuk mengambil baju atau bertemu Jihyo jika gadis itu kebetulan sedang ada di rumah.

Jungkook mengacak rambutnya frustasi, rasa bersalah menyelimuti hatinya. Kejadian tadi siang berputar kembali di kepalanya. Jihyo yang datang tiba-tiba dengan sebuah kecupan hangat di pipi, lalu memanggilnya dengan sebutan sayang, sebutan yang hampir mustahil dilontarkan oleh Jihyo. lalu tangannya yang terluka karena membuatkannya bekal. Seharusnya Jungkook tidak menyambutnya dengan dingin.

Ya, pria itu sadar apa yang membuat gadis itu sampai berbuat hal seperti itu. Dirinya lah yang membuat Jihyo sedih, hingga menghabiskan minuman penuh kafein itu dengan jumlah di luar batas toleransi tubuh.

Jungkook meneguk habis minumannya, lalu mendesah pelan. Kata-kata Jihyo tadi entah mengapa sangat membekas di ingatannya.

"Terserah kau saja! Kau tidak pulang selamanya juga aku tidak peduli!"

Jungkook tersenyum getir, ia merasa begitu bodoh hingga membuat kekasihnya melontarkan kalimat seperti itu.

Tidak menyambutnya dengan hangat, menariknya dengan paksa, mencelakainya, membentaknya, dan menuduhnya dengan tuduhan yang tidak seharusnya. Membuat perasaan bersalah di benaknya semakin menumpuk.

Jungkook menghela napas. Memandang potret dirinya dan Jihyo yang terbingkai manis dalam figuran kayu di atas mejanya dalam diam. Tangannya terulur meraih figuran, lalu menatap gambar wajah gadis itu lekat-lekat. Wajah manis yang berbalut senyum hangat. tanpa sadar Jungkook tersenyum, perlahan rasa rindu menyelimuti hatinya. Membuat hatinya terasa linu, ia butuh gadis itu sekarang.

***

Napas Jihyo tercekat, ketika sepasang tangan kokoh melingkar mesra di perutnya. Perlahan ia membuka matanya yang mengantuk dan menatap ke arah tangan yang memeluknya. Tangan Jungkook.

"Kau sudah tidur?" bisik Jungkook, tak ada reaksi dari Jihyo. Perlahan ia merapatkan tubuhnya, hingga permukaan dadanya tak berjarak dengan punggung Jihyo. menghirup wangi gadis itu yang sudah lama tidak menggelitik hidungnya. Jihyo kembali memejamkan matanya, seketika rasa kesalnya hilang begitu saja. Ia lebih memilih diam, dan kembali tidur dalam pelukan hangat Jungkook.

Bukan Jungkook namanya kalau ia tidak bisa mendapatkan apa yang ia mau. Perlahan jemari indahnya menyingkap gaun tidur tipis yang dipakai oleh Jihyo. mengelus permukaan kulit pahanya yang halus, membuat pria itu betah berlama-lama mengelusnya.

Jihyo menarik kakinya, mengenyahkan tangan Jungkook dari pahanya. Tapi usahanya terasa begitu sia-sia ketika kedua tangan Jungkook sudah masuk ke dalam gaun tidurnya. Mengelus perut Jihyo lembut, dan menggelitik pusar gadis itu dengan jarinya. Membuat Jihyo kelabakan dan berusaha supaya ia tetap terlihat sedang tidur.

"Aku tahu kau tidak tidur, Jihyo ... " Jungkook menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Jihyo, mengendus wangi manis dan mengecup ringan leher gadisnya berkali-kali. Jungkook tersenyum tipis saat merasakan permukaan kulit gadis itu meremang, ia kembali menyerang bagian leher gadis itu dengan menjilatnya, dan menciumnya tanpa ampun.

Satu desahan lolos dari bibir Jihyo, membuat pergerakan Jungkook terhenti. Jungkook memegang bahu Jihyo lalu memutar tubuh gadis itu menghadapnya. Tanpa ada perlawanan gadis itu membalikan tubuhnya ke arah Jungkook dengan wajah yang merona, dan juga nafasnya yang tak teratur membuat dadanya naik turun.

"Apa kau memang selalu memakai gaun tidur semenggoda ini?" Jungkook menarik nakal bagian dada gaun tidur Jihyo yang rendah, mengintip dan membuat belahan dadanya terekspos menggoda. Jungkook menelan liurnya samar, ia merasa matanya sedikit tidak fokus.

Jihyo mengangguk pelan, "Ya, aku memang selalu memakai gaun tidur sebulan belakangan ini." suara serak khas orang baru bangun tidur menyapa lembut telinga Jungkook. Pria itu merasa beruntung ia memilih untuk pulang dan menemui Jihyo, dan dia mendapatkan pemandangan indah seperti ini.

Dengan tidak sabaran Jungkook menarik tengkuk Jihyo dan mengunci rapat-rapat bibir mereka berdua. Satu tangannya yang terbebas merengkuh tubuh Jihyo dan menariknya mendekat, merapat kepada tubuhnya dan mendapat kehangatan dari gadisnya. Jihyo larut dalam ciuman hangat Jungkook. Pria itu paling tahu cara membuatnya meleleh dengan segala tindakannya.

Jungkook mencium Jihyo dengan rakus dan menuntut. Tangannya bergeriliya meraba-raba tubuh Jihyo. Gaun tidur gadis itu sudah melorot di sana-sini akibat ulah Jungkook. bagian yang seharusnya tertutupi sudah terekspos dengan bebas. Jungkook membagi konsentrasinya dengan baik. Bibirnya sibuk mencium, dan tangannya sibuk melepas gaun tidur yang dirasa sudah tidak berguna untuk dipakai.

Jihyo memukul-mukul dada Jungkook panik, dengan malas Jungkook melepaskan ciumannya, lalu menatap Jihyo.

"Apa kau memang selalu seperti ini?" nafas gadis itu terengah-engah. Jungkook hanya diam memandanginya dengan tatapan teduh.

"Kau marah sesukamu, lalu melukaiku sesukamu, dan menciumku sesukamu?" Jihyo memukul dada Jungkook gemas. Dengan gerakan kilat Jungkook kembali melumat bibir gadis itu lalu melepasnya kembali.

"Menurutmu?" ujarnya tenang dengan senyum miring khasnya.

"Kau menyebal– " Jihyo merasakan telapak tangan Jungkook menyusup ke satu-satunya benda yang masih melekat di tubuhnya, celana dalam.Lalu meremas bokongnya pelan.

"Jeon Jungkook kau menyebalkan!" teriak Jihyo kesal lalu berusaha mengeyahkan tangan Jungkook dari bokongnya, tapi usahanya sia-sia. Semakin ia berusaha menyingkirkan tangan Jungkook, pria itu mengunci bibir Jihyo dengan menciumnya dan meremas bokongnya lebih keras lagi.

"Kau tidak rindu padaku?" bisik Jungkook di sela ciumannya.

"Kau curang. Kau tahu aku tidak bisa marah lama-lama kepadamu tuan Jeon." Protes Jihyo tanpa menghiraukan pertanyaan Jungkook sebelumnya.

"Kau tidak rindu padaku? Hm?" Jungkook tersenyum miring lalu menurunkan celana dalam Jihyo perlahan dengan satu tangannya. Membuat wajah Jihyo memerah dan hanya menatap Jungkook dengan pandangan malu.

"Menurutmu?" kali ini Jihyo yang berkata seperti itu. Ia menatap Jungkook sebal, sedangkan tangannya mulai membuka satu persatu kancing kemeja Jungkook.

"Lihat, betapa egoisnya dirimu tuan Jeon." Jihyo menyibak kemeja Jungkook, lalu mengelus dada bidang Jungkook lembut. Membuat darah di tubuh pria itu semakin berdesir. "Aku sudah tidak memakai apapun. Sedangkan kau–masih berpakaian lengkap." Tangan mungilnya dengan cekatan bergerak di atas ikat pinggang Jungkook. Melonggarkannya, lalu menurunkan resleting celananya.

Jihyo berusaha melepaskan kemeja Jungkook, menarik-nariknya pelan dan meloloskan kemeja biru muda dari tubuh Jungkook. Jihyo menarik-narik celana Jungkook dengan jari kakinya, membuat celana itu lama-lama turun dan memamerkan dalaman Jungkook yang berwarna hitam. Jungkook menghentakan kakinya dan membuat celananya jatuh ke lantai begitu saja. Membuat Jihyo tersenyum tipis.

Jihyo terkekeh geli ketika melihat sesuatu yang menyembul di balik dalaman Jungkook.

"Kenapa kau tertawa? Huh?" Jungkook menggenggam tangan Jihyo, lalu meletakan tangan gadis itu tepat di bagian bawah tubuhnya yang sudah terasa keras, membuat gadis itu tersipu.

"Jangan menggodaku, nona Park." Jungkook merapatkan kembali tubuh mereka, lalu sedikit merendahkan tubuhnya dan menenggelamkan kepalanya di lekukan leher gadis itu. Mengecupnya dan menjilatnya dengan gerakan perlahan. membuat Jihyo bergerak gusar dan bibirnya sedikit terbuka tanpa mengeluarkan desahan.

Jungkook dan Jihyo menoleh ke arah meja nakas di samping tempat tidur secara bersamaan, saat ponsel milik Jihyo berbunyi. Jihyo mendorong tubuh Jungkook pelan, lalu membalikan tubuhnya. Tangannya terulur ke arah meja dengan susah payah, berusaha meraih ponselnya.

"Halo, oppa?"

Jungkook memandangi tubuh Jihyo yang memunggunginya. Ia melepas penutup terakhir di tubuhnya dan bergerak perlahan ke arah Jihyo yang terlihat begitu menggoda dengan tubuh polosnya.

"Eum, aku baik-baik sa– kya!" Jihyo memekik kaget ketika salah satu dadanya di remas dengan keras oleh Jungkook. Sedetik kemudian ia merasakan dada Jungkook menempel dengan punggungnya.

"A—aku baik-baik saja. Tadi ada cicak jatuh, aku jadi terkejut." Jihyo tertawa hambar. Jungkook tersenyum miring lalu menempelkan bagian tubuh bawahnya yang mengeras tepat di belahan bokong Jihyo, lalu menggerakannya pelan. Tangan Jungkook yang menganggur pun akhirnya menemukan kegiatan seru, meremas kedua dada besar Jihyo.

Jihyo menggigit bibirnya pelan, menahan desahannya dengan susah payah. Gadis itu hanya pasrah ketika ia merasakan tangan Jungkook mulai menggoda bagian tersensitif di tubuh bawahnya. Jari-jari panjang milik Jungkook sibuk keluar-masuk dari tempat sensitif Jihyo. Membuat gadis itu bergerak gelisah di tengah sambungan telepon dengan kakaknya.

"Aku tidak apa-apa oppa, sungguh! Hidungku sedikit mampet, jadi aku bernafas lewat mulut." Satu tangan gadis itu memegangi tangan Jungkook yang sedang sibuk bermain di tubuh bawahnya. Mencubit punggung tangan Jungkook dan memukulnya pelan, menyuruhnya untuk berhenti.

Jungkook menurut, ia mengeluarkan jari-jarinya yang basah. Dan mengelap cairan bening itu di paha Jihyo. Gadis itu menghela nafas berat. Ia tidak menghiraukan Jungkook yang makin merapat ke tubuhnya dan mulai sibuk sendiri dengan kaki gadis itu.

"Aku sudah hampir tidur, tapi kau meneleponku –tiba ...tiba.. hh.." Jihyo menutup mulutnya dengan tangan, menahan desahannya. Rasanya ia ingin sekali menjitak Jungkook yang tiba-tiba memasukan bagian bawah tubuhnya dengan sedikit menghentak. Jungkook memegang pinggang Jihyo dan mendesak miliknya hingga masuk seutuhnya. Ia dapat merasakan tubuh Jihyo yang sedikit menegang lalu menjadi lemas.

Jungkook memeluk tubuh Jihyo dari belakang erat-erat. Ia merasa miliknya dan juga kakinya meleleh seketika saat milik Jihyo berdenyut pelan. Jihyo masih mengobrol dengan Jimin, fokusnya perlahan memudar. Tubuhnya bergerak pelan, ada perasaan ingin mendapat kenikmatan lebih dari ini.

"Oppa, aku ingin tidur. Aku sangat lelah hari ini, selamat malam."

Dengan tidak sabaran Jihyo mematikan sambungan telepon lalu mematikan ponselnya juga. Ia tidak mau malamnya di ganggu lagi.

Tanpa aba-aba, Jungkook menghentakan miliknya dan membuat Jihyo mendesah keras. Dengan tak sabaran, Jungkook memposisikan dirinya di atas tubuh gadis itu. Dan kembali menyerang Jihyo dengan benda miliknya, menggerakan tubuhnya dengan kecepatan stabil.

"Aahh... Jungghhh..." Jihyo mengelus dada Jungkook dengan gerakan tak beraturan. Matanya terpejam, dan bibirnya tidak berhenti mengeluarkan desahan-desahan nikmat yang seolah menyemangati Jungkook untuk berbuat lebih.

Jungkook menggeram, bagian tubuh bawahnya bereaksi berlebihan ketika Jihyo memanggil namanya seperti itu. Jungkook menundukan tubuhnya lalu kembali melumat bibir Jihyo, tanpa mengurangi kecepatannya.

Jihyo memeluk tubuh Jungkook. Mengelus punggung lebarnya yang dibasahi peluh, sesekali ia meremas rambut Jungkook atas reaksi yang dirasakan di tubuh bawahnya. Setiap inci tubuh gadis itu merindukan Jungkook, begitu juga dengan Jungkook. Jihyo menghirup dalam-dalam aroma pinus yang menguar lembut dari tubuh Jungkook. Begitu menyenangkan bisa mencium wangi tubuh pria itu setelah sekian lama.

Jungkook melepaskan tubuhnya, lalu dengan gerakan tak sabaran ia menelungkupkan tubuh Jihyo lalu kembali memasukannya. Jihyo yang lemas hanya mengikuti kemauan Jungkook tanpa banyak protes. Ia hanya mampu mendesah dan meremas seprai dan bantal di dekatnya.

Jungkook merasakan sesuatu yang mendesak pada junior-nya. Secara alami ia mempercepat gerakannya dan membuat Jihyo mendesah lebih keras lagi, memenuhi rongga tubuh gadis itu dan menyentuh titik sensitif di dalam sana. Membuat Jihyo bergerak gelisah dan merasakan desakan seperti yang Jungkook rasakan.

"Jungghhh...!" pekik Jihyo tertahan. Di saat bersamaan Jungkook menggeram dan menghentakan tubuhnya dengan keras. Tubuh mereka berdua menengang bersamaan, terdiam beberapa detik hingga tubuh Jungkook ambruk di atas tubuh Jihyo. Nafas keduanya memburu, Jungkook mengecup kepala Jihyo sebelum menggeser tubuhnya.

Jihyo memutar tubuhnya menghadap ke arah Jungkook. Memperhatikan mata Jungkook yang terpejam, dadanya naik turun mengatur nafas. Merasa diperhatikan, Jungkook menoleh ke arah Jihyo lalu ikut memutar tubuhnya.

"Kau lelah?" Jungkook mengelus pipi Jihyo lembut.

Jihyo hanya tersenyum manis lalu memajuhkan tubuhnya, mendekat ke arah Jungkook.

Jari mungil gadis itu menekan-nekan ujung hidung Jungkook, pria itu tidak protes dia hanya diam dan tersenyum geli.

"Kau melukai jarimu." Jungkook menggenggam tangan Jihyo lalu memperhatikan jari yang terbalut plester dengan tatapan tidak suka.

"Hanya luka kecil tuan Jeon, tidak perlu khawatir." Jihyo menggerak-gerakan jarinya seperti ulat, menunjukan bahwa itu hanyalah luka yang tidak berarti. "Bagaimana rasanya?" lanjut Jihyo.

Jungkook tersenyum miring, lalu meremas bokong Jihyo dengan satu tangannya yang menganggur.

"Menurutmu?"ucapnya dengan suara rendah.

"Makanannya, bodoh. Dasar mesum." Jihyo menatap Jungkook sebal, membuat pria itu tertawa.

"Enak, aku suka. Tapi aku tidak suka kau jadi terluka gara-gara menyiapkan bekal untukku." Jungkook memegang jari telunjuk Jihyo yang terluka.

"Benarkah? Padahal aku tidak sengaja menumpahkan garam terlalu banyak." Jihyo menatap Jungkook ragu. Tetapi pria itu hanya tersenyum.

"Jangan sampai terluka lagi, mengerti?" Jungkook mengecup jari Jihyo lalu menariknya ke dalam pelukan. Jungkook merasakan anggukan pelan Jihyo di dadanya, pria itu tersenyum lalu memejamkan matanya. Elusan lembut di punggungnya membuatnya begitu nyaman dan mengantuk, sudah sebulan ini Jihyo tidak merasa setenang ini saat akan tidur.

"Jihyo sayang, maafkan aku..." Jungkook menunduk, melihat Jihyo yang sudah duluan terlelap. Jungkook menghela napas pelan sembari tersenyum lembut. Ia mengecup puncak kepala Jihyo dan membisikan sesuatu sebelum ia ikut menyusul gadis itu ke alam mimpi.

"Aku mencintaimu, Jihyo."

***

END...

Continue Reading

You'll Also Like

45.6K 6.1K 32
𝐑𝐨𝐬𝐞𝐤𝐨𝐨𝐤 𝐚𝐫𝐞𝐚🦄 ●𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐤𝐡𝐢𝐚𝐧𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐉𝐮𝐧𝐠𝐤𝐨𝐨𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐑𝐨𝐬𝐞 𝐦𝐚𝐮 𝐭�...
26.5K 6.7K 73
[VJOY] [TAEJOY] Saat dunia tidak lagi berada di sisiku, aku percaya kau tetap disana. Mengulurkan tangan dan meraihku untuk bangkit. "Perempuan hebat...
241K 19.4K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
5.9K 649 40
Jisoo seorang solois terkenal asal Korea selatan selalu di pasangkan sama taehyung salah satu idol grup pria terkenal di Korea selatan oleh para fans...