Universitas Grand, tempat dirinya pertama kali mengenyam pendidikan perguruan tinggi dulu bukanlah merupakan Universitas terkenal di Avalon. Tetapi meski begitu tempat itu merupakan salah satu kampus pilihan orang - orang di Distrik satu maupun dua.
Selain orang - orang biasa dan menengah, tidak ada sejarahnya orang dari kalangan atas yakni Distrik 3 dan 4 yang akan bersekolah ke kampus tersebut. Mereka tentunya memiliki levelnya sendiri, dengan kata lain sudah memiliki kampus yang jauh lebih baik dan berkualitas daripada sebuah perguruan tinggi kecil di tengah kota Distrik 2 karena memang tidak ada yang spesial dari Universitas Grand, tetapi siapa yang menyangka di dalam kampus yang berlevel menengah itu ada satu orang yang spesial. Satu laki - laki yang mencolok di antara para pria tampan yang ada di kampus itu.
Laki - laki yang menjadi rebutan dan dipuja - puja para mahasiswi, mahasiswa maupun dosen di sana. Pria itu bernama Aiden.
Setiap dirinya melangkah, selalu ada jeritan para wanita yang bersorak girang melihat pemandangan berjalan bak cahaya ilahi yang memancar di wajah laki - laki itu. Setiap dia mengeluarkan suaranya, jantung wanita akan berdebar kencang serasa ditumbuhi bunga - bunga yang bermekaran. Setiap laki - laki itu menatap, para wanita akan tersihir dibuatnya. Dan setiap laki - laki itu tersenyum, para wanita maupun pria akan meleleh bahkan ada yang nyaris pingsan dibuatnya. Termasuk dirinya.
Bagaimanapun Sherly adalah perempuan normal, sangat wajar bila dirinya menyukai keindahan. Tetapi dia tidak gila seperti sebagian besar para wanita di Universitas Grand. Terlebih pria itu adalah pria yang sulit digapai, dan juga terlihat dingin.
Seperti biasa ketika laki - laki itu muncul, suasana kampus yang biasanya terlihat sintrum menjadi begitu riuh.
Para wanita pemuja Aiden berbondong - bondong mencari perhatiannya. Ada yang menggunakan cara santun, cara pura - pura tak tertarik, cara yang biasa, cara gadis genit, sampai cara ekstream sekalipun hanya demi meluluhkan hati sang idola. Bahkan cara mereka itu sampai di luar nalar, sangat gila dan cenderung tidak tahu malu.
Seperti saat ini, para wanita itu berdesakan maju untuk menghampiri Aiden. Memberikan hadiah di hari valentine sekaligus menyatakan perasaannya kepada laki - laki itu.
"Aiden." Panggilan lembut itu membuat langkah Aiden terhenti. Manik emasnya menatap perempuan cantik di depannya yang tersenyum malu - malu ke arahnya.
"Te... Terimalah hadiah dariku!" Dayana mengulurkan tangannya yang menggengam sekotak kado berbentuk hati dengan warna pink berhiaskan pita gold yang dibungkus dengan sangat cantik.
Semua mata tercengang. Para mahasiswa yang melihat kejadian itu sontak menahan nafas, pun dengan para mahasiswi yang juga hendak maju memberikan hadiah serta surat cinta kepada sang idola sontak menghentikan langkah. Mereka seakan dipukul mundur ketika dewi kampus ini, yakni perempuan paling cantik di sini yang kecantikannya melebihi Dilbara Dilmurat, tiba - tiba melangkah maju mendekati Aiden dan meberikan hadiah valentine kepada laki - laki itu.
Semua orang tentunya tahu apa maksud dari semua itu. Bahwa dewi kampus ini juga tertarik kepada Aiden dan memutuskan untuk menyatakan perasaannya padanya.
Para mahasiswa seketika patah hati, dan para mahasiswi seketika berkecil hati. Saingan mereka adalah pria paling sempurna di kampus, dan saingan para mahasiswi itu ialah perempuan tercantik serta memiliki reputasi paling baik di kampus. Dialah Dayana.
Tentunya jika dewi kampus ini maju, kesempatan menang akan sangat tipis.
Pria idola dan wanita idola bersama - sama, tentunya sangatlah cocok. Terlebih dengan pesona seperti itu, Aiden tentunya memiliki kriteria yang sangat tinggi dalam memilih pasangan. Dan seorang Dayana, sangatlah pas.
Di sana, Aiden masih terdiam menatap kado yang terulur di depannya. Lalu manik emasnya bergulir menatap perempuan cantik yang saat ini menunduk dengan semburat merah di pipinya. Dayana menggigit ujung bibirnya gugup,
"Se... Sebenarnya sudah lama aku ingin memberikan ini." Jelasnya, perempuan itu lalu dengan malu - malu mengangkat kepalanya menatap mata emas Aiden yang membuatnya terpukau sejak pertama kali melihatnya, "Tapi aku baru menemukan keberanian sekarang." Ucapnya lirih dan sedetik kemudian ekspresinya berubah serius dan penuh semangat saat dirinya kembali bicara,
"Aku pikir.... aku harus mengatakannya sebelum terlambat Aiden. Bahwa sebenarnya, sudah lama aku mengagumimu. A... Aku benar - benar ingin sekali dekat denganmu. Dan aku menyukaimu, Aiden." Dayana meremat kedua tangannya, menggigit ujung bibirnya penuh tekad. Karena dia sudah mengumpulkan segenap keberaniannya, dan juga mengenyahkan harga dirinya untuk mengatakan isi hatinya.
Dan dirinya entah kenapa begitu yakin bahwa Aiden sebenarnya juga menaruh perhatian padanya. Mereka sempat berada dalam satu kelompok yang sama dan pernah terlibat komunikasi, hingga Dayana yakin bahwa sedikit atau banyak, Aiden yang terlihat acuh pada perempuan itu, sebenarnya juga menyimpan perasaan padanya. Siapa laki - laki yang tak tertarik dengan wajah cantiknya serta kepribadiannya yang menyenangkan ini bukan?
Dan wajar tipe lelaki es seperti Aiden menyembunyikan perasaannya. Oleh karena itu, daripada dirinya terus menunggu lelaki ini berinisiatif mengajaknya berkencan, lebih baik dirinya yang terlebih dulu maju untuk menyatakan perasaannya sebelum perempuan - perempuan lain yang bagai ngengat itu mengerubungi pujaannya.
"Jadi maukah kau menjadi kekasihku?" Imbuh Dayana yang sontak membuat seisi lapangan itu bergemuruh.
Mereka tercengang, ada yang kesal, cemburu, takjub, sakit hati dan perasaan lainnya yang melingkupi hati mereka ketika melihat adegan bagai sinetron itu. Lalu mereka juga seketika menunggu, harap - harap cemas akan jawaban yang Aiden berikan.
Begitupun dengan Dayana. Tangannya sudah berkeringat dingin, dan lelaki itu masih terdiam. Ekspresinya sama sekali tak terbaca. Bahkan tak ada kernyitan di dahi maupun matanya yang menyimpit sebagai suatu tanda untuknya berpikir.
Aiden hanya terdiam dengan pandangan tak terbaca sebelum kemudian menjawab......
"Tidak."
Suara gemuruh sontak kembali hadir bahkan Dayana tak sempat menangis dan menunduk malu atas penolakan itu lantaran begitu jawaban tersebut keluar, para mahasiswi yang juga memuja lelaki itu cepat - cepat maju mencari kesempatan mereka untuk memperoleh peruntungan.
Semunya berbondong - bondong, satu persatu mendekat. Mereka tak peduli dewi kampus ini yang tampak malu dan tertunduk patah hati. Prioritas mereka adalah memberikan kado valentine, menyatakan cintanya pada sang idola mereka.
Siapa tahu, keberuntungan memihak salah satuu dari mereka.
"Aiden, aku menyukaimu!"
"Aiden, maukah kau berkencan denganku?"
"Aiden, sudah lama aku memujamu."
"Aiden, aku benar - benar menyukaimu."
"Aiden, kau sangat tampan. Aku bisa melakukan apapun yang kau mau!"
"Mau kah kau berpacaran denganku?"
"Mau kah kau menjadi kekasihku?"
"Maukah kau menikah denganku?"
Cerca perempuan - perempuan yang mengerubungi Aiden bagai ngengat yang melihat lampu menyala.
Mereka benar - benar sudah gila.
Sherly hanya menaikkan alisnya menatap tontonan tak masuk akal ini. Bahkan teman dekatnya juga ikut ke dalam barisan ngengat itu.
Cihh, benar - benar tidak masuk akal dan gila bukan?
Sementara itu kening Aiden mulai berkerut, ia mendengkus. Mulai tak nyaman dan risih.
Sialan.
"Maafkan aku, nona - nona! Aku sudah punya kekasih." Ujar Aiden yang sontak menghentikan aksi para wanita itu.
"Dialah kekasihku!" Tunjuk Aiden. Mengarah kepada seorang perempuan yang duduk acuh tak acuh di pojokan sembari memakan snacknya.
Tatapan semua orang sontak mengarah kepadanya.
Dan Sherly hanya melongo dengan mata melebar saat Aiden mendekat ke arahnya.
Hah?
***